BAB 40 || Hukuman Sandra

30.4K 3.8K 256
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Di ruang ndalem, tepatnya di ruang tengah berjejerlah Gus Farez, Zefanya, Kiai Ibrahim, Umi Bilqis dan juga Sandra disana. Mereka duduk lesehan diatas karpet dengan suasana yang sedikit tegang.

“Ada apa ini?” tanya Kiai Ibrahim selaku pengasuh pesantren.

“Sebelumnya, Farez mau ngasih informasi lebih dulu ke Abah sama Umi. Ternyata selama ini tanpa Farez ketahui, Zefanya selalu mendapatkan teror berupa tulisan-tulisan yang mengganggunya. Dan akhirnya sekarang berkat bantuan Aldi, Farez bisa tau siapa pelaku dibalik teror itu.”

“Siapa?” tanya Umi menyela.

“Sandra, Mi.”

Umi Bilqis tentu saja terkejut mendengarnya. Beliau tahu bahwa Zefanya dekat dengan Sandra karena memang keduanya tinggal dalam satu kamar. Lalu bagaimana bisa Sandra yang menjadi pelaku teror?

“Sandra juga yang sudah mengunci Zefanya dikamar mandi hingga harus dilarikan ke rumah sakit,” terang Gus Farez.

“Dan yang terakhir, aib foto Zefanya yang dulu ditempel di mading sampai membuat Zefanya malu. Dan itu pelakunya juga Sandra,” sambungnya.

Umi Bilqis mengelus dadanya sembari terus mengucapkan kalimat istighfar. Sedangkan Kiai Ibrahim terus menatap lekat kearah Sandra yang tengah menunduk.

“Apa benar begitu Sandra?” tanya Kiai Ibrahim dengan tegas.

Sandra mengangguk.

“Farez minta kebijakan Abah untuk mengeluarkan Sandra dari pesantren,” sahut Gus Farez sampai membuat Kiai Ibrahim kini beralih menatapnya.

Kiai Ibrahim masih terdiam, berusaha memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk semuanya. Menit berikutnya, ia merasakan lengan kanannya dirangkul oleh Umi Bilqis yang duduk disebelahnya.

“Apa yang Farez bilang benar, Bah. Mengeluarkan Sandra itu adalah jalan keluar yang terbaik.”

Kiai Ibrahim kembali terdiam sesaat. Setelahnya ia mendongak, menatap kembali ke arah Sandra.

“Sandra... Kamu tahu bukan perbuatan kamu sudah sangat melewati batas kewajaran. Disini kamu hanya membuka aib seseorang, tapi kamu juga sudah membahayakan nyawa orang lain, yang tidak lain adalah menantu Abah sendiri.”

“Jadi, Abah putuskan untuk mengembalikan kamu pulang ke rumah.”

Sandra yang sedari tadi menunduk kini memberanikan diri mendongakkan kepalanya.

“Bah...” panggilnya sembari terisak.

“Abah berharap kamu bisa berubah jadi lebih baik dan belajar dari kesalahan kamu saat ini.”

Zefanya yang semula menunduk pun ikut mendongakkan kepalanya menatap sendu ke arah Sandra. Rasanya ia tidak tega melihat Sandra yang harus dikeluarkan dari pesantren. Mau bagaimanapun Sandra pernah menjadi temannya dimana pada saat awal-awal masuk pesantren tidak ada yang mau dekat dengan dirinya.

“Abah tidak bisa pertimbangin lagi?” tanya Zefanya bergetar. Gus Farez menoleh menatap tak percaya ke arah istrinya.

“Tidak ada yang perlu dipertimbangin lagi. Mas udah setuju dengan keputusan yang Abah buat,” ujarnya dengan begitu tegas.

Zefanya menghela nafasnya pelan. Tidak ada lagi yang bisa ia perbuat. Mungkin memang benar kalau ini sudah menjadi keputusan yang terbaik.

Sandra hanya bisa terus mengeluarkan air matanya yang tak mau berhenti. Ia kemudian menatap ke arah Zefanya dan memanggilnya pelan.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang