BAB 37 || Kehancuran Zefanya

32.4K 4.2K 320
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Gus Farez terlihat tengah mempelajari sebuah kitab ditangannya dengan posisi duduk diatas kasurnya. Punggungnya tak lupa ia sandarkan pada kepala ranjang dan kaki yang ia luruskan kedepan.

Zefanya yang baru keluar dari kamar mandi kemudian berjalan menaiki kasur dan duduk disamping Gus Farez.

“Lagi baca kitab apa, Mas?” tanyanya penasaran.

“Kitab Ikhya Ulumuddin,” jawab Gus Farez.

“Kamu tau siapa pengarang kitab ini?” sambungnya.

Zefanya menggelengkan kepala pertanda tidak tahu.

“Ini kitab karangan Imam Ghazali. Mau denger cerita beliau?”

Zefanya mengangguk penuh antusias. “Mau!”

“Imam Ghazali ini masuk surga bukan karena sebab dia mengarang kitab-kitab. Melainkan karena seekor lalat.”

Zefanya menautkan kedua alisnya. “Kok, bisa?” tanyanya yang mulai makin penasaran.

“Jadi, saat beliau mengarang kitab Ikhya Ulumuddin. Beliau pernah menyombongkan dirinya dengan mengatakan dalam hati kalau tidak ada yang bisa menyaingi kitab karangannya ini. Dan kamu tahu? Seketika pahala mengarang kitabnya itu dihapus oleh Allah karena kesombongannya,”

“Suatu hari, waktu beliau sedang menulis ada seekor lalat yang hinggap di mangkuk tintanya. Lalat itu meminum tinta di mangkuk tersebut, dan Imam Ghazali membiarkannya karena melihat lalat itu yang sepertinya sedang kehausan. Karena kebaikan kecil itulah yang akhirnya membuat Imam Ghazali ditempatkan di surga.”

“Masya Allah banget ya, Mas. Tapi kok bisa tahu kalau Imam Ghazali di surga karena hal itu?”

Gus Farez tersenyum. “Kisah itu diceritakan oleh seorang ulama yang merupakan sahabat dekat dari Imam Ghazali. Sahabatnya ini bermimpi setelah beberapa hari imam Ghazali wafat.”

“Sekarang Mas tanya, hikmah apa yang bisa kamu ambil dari cerita tadi?”

Zefanya tampak berpikir sejenak. “Emmm... Harus kasih makan lalat?”

Gus Farez sontak tertawa renyah. “Bisa sih, tapi bukan itu intinya.”

“Terus?”

“Hikmah yang bisa diambil yaitu jangan sekali-kali meremehkan amalan-amalan kecil. Karena bisa jadi, amalan yang kita anggap kecil itu ternyata dipandang baik di mata Allah.”

“Paham, Sayang?” sambungnya sembari menarik pelan hidung Zefanya.

“Aku ambil air minum dulu ya,” pamit Zefanya. Ia lalu beranjak keluar kamar dan menuju ke dapur.saat hendak kembali ke kamar, Naya yang sedang duduk di ruang tengah berhasil menarik perhatiannya. Zefanya pun menunda niatnya yang ingin ke kamar. Ia berjalan mendekati Naya dan turut duduk disamping adik iparnya.

“Lagi ngapain, Nay?” tanya Zefanya.

“Kutekin kuku. Teteh mau?” tawarnya.

“Emang boleh dipake shalat?”

“Kalau yang henna boleh dipakai shalat, Teh. Ini ambil aja kalau Teteh mau, kebetulan Naya udah selesai.”

“Ok. Makasih ya, Nay.” Setelahnya Zefanya bangkit dari duduknya dan kembali berjalan memasuki kamar.

“Ngambil air lama banget?”protes Gus Farez.

“Tadi lihatin Naya yang lagi pakai henna,” ucapnya sambil menunjuk henna di tangannya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang