BAB 14 || Teror

43.7K 5K 287
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Zefanya melangkahkan kakinya ke asrama putri, dengan balutan gamis berwarna hitam membuat gadis itu sedikit lebih anggun dari biasanya. Sepanjang perjalanan banyak santri putri yang menundukkan kepalanya saat Zefanya melintas di depannya, hal itu sebagai bentuk penghormatan terhadap Ning baru mereka. Namun, ada pula beberapa santri yang terang-terangan membicarakan Zefanya karena tingkah laku gadis itu yang memang tidak baik sejak awal masuk pesantren. Zefanya memilih abai, ia terus melanjutkan langkahnya hingga tiba di depan kamar.

Tanpa mengucapkan salam Zefanya langsung masuk begitu saja ke dalam kamarnya. Hanya ada Falsya disana yang baru selesai melaksanakan salat dhuha. Falsya melipat mukenahnya lalu meletakkannya di tempat asal.

"Tumben sendiri lo," ujar Zefanya. Falsya pun memutar bola matanya malas. Ternyata meskipun Zefanya sudah menjadi Ning namun panggilan lo-gue masih saja melekat dalam diri gadis itu.

"Sandra lagi di kamar atas."

"Kok dia sekarang sering banget ke kamar atas?"

"Ghibahin pengurus mungkin," balas Falsya sembari mengangkat bahunya acuh.

"Panggilan lo-gue-nya diubah, Ze," imbuhnya. Falsya lalu berjalan mendekati Zefanya yang sudah duduk terlebih dahulu di dekat jendela kamar.

"Nggak lo, nggak dia. Sama aja!" gerutu Zefanya.

Falsya mengerutkan keningnya. "Dia siapa?"

"Si bule songong itu!"

Awalnya Falsya tidak paham, namun detik berikutnya ia tersenyum. "Gitu-gitu suami kamu, Ze."

Falsya tiba-tiba merapatkan tubuhnya pada Zefanya. "Oh iya, Ze. Gimana rasanya nikah sama Gus Farez?" tanyanya dengan antusias.

"Asem pedas manis," balas Zefanya tak minat.

"Aku nanya serius, Ze..."

"Ya, lagian baru nikah sehari udah ditanya rasanya apa. Ya mana gue tau, orang nggak gue jilat."

"Apanya?" tanya Falsya polos lantaran mendengar jawaban Zefanya yang terdengar ambigu.

Plak!

"Awwsh... Kok, dipukul, sih?" Falsya mengelus lengannya yang kena pukul.

"Lo ngeselin!"

Falsya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Emang ada yang salah ya?

"Kamu yang sabar ya, Ze," ujar Falsya tiba-tiba. Zefanya menautkan kedua alisnya lantaran tak paham dengan maksud ucapan Falsya.

"Sabar kenapa?"

"Kan, Gus Farez orangnya cuek banget. Jadi, kamu yang sabar aja jadi istrinya."

Zefanya terdiam sejenak. Detik berikutnya ia justru tersenyum tipis. Sial, dia nggak tau aja bule songong itu mendadak jadi hello kitty kalau sama gue.

"Dih, malah senyum-senyum. Kamu masih sehat, kan, Ze?"

Zefanya tak menanggapi ucapan Falsya. Ia masih sibuk dengan pikirannya yang kembali pada saat ciuman pertamanya dicuri oleh Gus Farez. Rona merah terpampang nyata di pipinya sekarang. Sesaat ia tersadar dari lamunannya. Zefanya langsung menepuk pelan kedua sisi kepalanya sendiri dengan tangannya.

Falsya yang melihat tingkah Zefanya semakin bergidik ngeri. "Bener-bener udah nggak sehat kamu kayanya, Ze," ucap Falsya yang masih diabaikan oleh Zefanya.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang