HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!
***
Sore harinya Zefanya mengajak Gus Farez untuk berziarah ke makam Syila—mamanya.
Keduanya berjongkok dihadapan gundukan tanah yang sudah rata. Zefanya menatap lama ke arah batu nisan yang tertulis nama mamanya.
Rindu.
Perasaan itu yang selalu menyelimuti hati Zefanya setiap hari.
“Assalamualaikum, Mah. Hari ini akhirnya Zefa bisa berkunjung lagi ke makam Mama. Bahkan sekarang Zefa udah nggak sendiri lagi. Zefa bawa laki-laki yang sangat menghormati Zefa.” Zefanya menoleh sekilas ke arah Gus Farez.
“Assalamualaikum, Mah. Kenalin aku Farez. Menantu mama, suami Zefanya sekarang. Mama yang tenang disana ya. Karena sekarang Farez janji akan menjaga putri kesayangan Mama,” tutur Gus Farez. Ia pun lalu merangkul tubuh Zefanya agar lebih dekat dengan dirinya.
Setelah membacakan surah Yasin dan doa, keduanya pun beranjak dari makam.
Malam ini Keduanya memilih menginap di rumah Om Satya dan juga Tante Risma. Mereka berjalan memasuki salah satu kamar yang ada di lantai atas. Gus Farez mengedarkan pandangannya menatap ke sekeliling kamar yang didominasi dinding berwarna merah muda.
“Ini kamar yang sengaja dibuat oleh Om Satya buat aku,” jelas Zefanya.
Keduanya lalu sama-sama duduk di atas ranjang besar yang ada di kamar tersebut.
“Dulu... Aku sering banget kesini setiap habis dimarahin sama papah. Bisa dibilang, kamar ini tempat pelarianku setiap lagi dapat masalah.”
***
“Aku bukan pembunuh!”
“Ampun, Pah. Jangan pukul Zefa lagi...”
“Zefa nggak bunuh mama.”
“AKU BUKAN PEMBUNUH!”
Zefanya terbangun dari tidur lelapnya dengan napas yang terengah-engah setelah mimpi buruk itu kembali menghampirinya. Ia pun bangkit dari posisinya menjadi duduk dan menangis terisak.
Gus Farez yang tidur di sebelahnya pun ikut terbangun akibat mendengar isak tangis Zefanya. Melihat istrinya yang menangis, tanpa lama-lama Gus Farez langsung membawanya kedalam pelukannya.
“Kamu tenang ya. Itu cuma mimpi,” ucapnya seraya mengelus punggung Zefanya.
“Aku bukan pembunuh...hiks...” lirik Zefanya sembari masih terisak.
Gus Farez lalu menggerakkan tangan lainnya ke arah nakas untuk mengambil gelas yang ada disana. “Kamu minum dulu ya biar tenang.”
Zefanya menurut. Ia menghabiskan separuh air dalam gelas itu.
“Sekarang tidur lagi ya.” Gus Farez menuntun Zefanya berbaring kembali. Ia menarik selimut hingga menutupi tubuh Zefanya sampai batas dada.
Tangan kanan Gus Fares sengaja ia ulurkan untuk menjadi bantalan kepala Zefanya. Sedangkan tangan satunya ia gerakkan untuk mengelus puncak kepala Zefanya.
Zefanya setia dalam posisi memeluk Gus Farez sampai dirinya kembali terlelap.
***
Zefanya dan Gus Farez turun bersama ke lantai bawah. Mereka menuju ke meja makan dan menghampiri Om Satya dan juga Tante Risma yang sudah lebih dulu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAREZ [TERBIT]
SpiritualPART MASIH LENGKAP NOVEL TERSEDIA DI MARKET PLACE SHOPEE JAKSAMEDIA Ini adalah kisah seorang gadis bernama Adhara Zefanya Claire. Gadis dengan trauma masa lalunya. Dibenci, dihina, dan di siksa adalah makanan sehari-harinya sejak kecil. In juga ki...