BAB 22 || Serangan Fisik

35.4K 4.1K 165
                                    

Hai semuaaaa!
Maaf lama up nya yaa. Baru seminggu kok, belum ada sebulan hehe😂

HAPPY READING

JANGAN LUPA COTE DAN COMMENT!

***

Kondisi kamar mandi pagi ini  mengantri cukup panjang. Pasalnya hari ini tepat hari minggu dimana semua anak sekolah mendapat jatah libur. Mereka menggunakan waktu liburnya untuk mencuci baju yang tentunya memakan waktu cukup lama di kamar mandi.

Sandra sedang mengantri berdiri didepan salah satu kamar mandi yang tertutup. Gadis bermata sipit itu menahan dirinya kuat-kuat agar tidak pipis di celana. Dengan tidak sabaran, Sandra menggedor-gedor pintu kamar mandi berharap yang berada didalam sana cepat keluar.

“Ayo buruan!” serunya membungkuk seraya memegangi perutnya.

“Sabar atuh, Teh. Eta make baju.” (Sabar dong, Teh. Ini lagi pakai baju).

“Sabar-sabar! Udah setengah jam aku nunggu!”

Saat hendak kembali menggedor pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka membuat tubuh Sandra hampir saja jatuh ke depan. Ia pun langsung mendelik tajam ke arah santriwati yang baru keluar itu.

“Nggak usah melotot-melotot, Teh. Mata nggak bisa melek aja sok-sokan melotot!”

Mendengar hal itu, Sandra semakin kesal dibuatnya. Ia pun dengan cepat mengambil air dengan gayung lalu mencipratinya ke arah santriwati tersebut.

Mendapatkan serangan air mendadak, santriwati itu langsung mengambil langkah cepat untuk kabur sebelum tubuhnya benar-benar basah disiram dengan air satu gayung.

***

Zefanya berjalan hendak menuju ke kamar Gus Farez. Langkahnya mendadak terhenti saat mendengar suara samar-samar yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Zefanya pun langsung bersembunyi saat mengetahui suara itu berasal dari kamar Naya yang pintunya sedikit terbuka. Zefanya mengintip sekilas dan dapat melihat adik iparnya itu tengah menelepon seseorang. Jiwa penasaran mendadak bergejolak. Ia pun langsung mendekatkan kepalanya, berusaha menajamkan indra pendengarannya.

“Naya lagi dikamar sekarang,” ucap Naya pada seseorang di seberang telepon sana.

“Iya, kamu hati-hati ya. Kabari aku aja kalau ada apa-apa,” lanjutnya.

Zefanya langsung memicingkan matanya, merasa curiga setelah menguping pembicaraan Naya. Ia berpikir keras dengan siapa adik iparnya itu bertelepon. Pasalnya nada ucapan Naya terdengar sangat lembut.

“Gue harus selidiki, nih. Jangan-jangan nih bocah diem-diem pacaran!” gumamnya. Zefanya lantas melanjutkan langkahnya menuju ke kamar Gus Farez.

Saat memasuki kamar, ia dikejutkan dengan pemandangan tubuh atletis suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Zefanya terpaku sejenak menatap Gus Farez yang bertelanjang dada dengan hanya memakai celana pendek selutut.

Gus Farez masih belum sadar akan kehadiran Zefanya di dalam kamarnya. Pria itu berjalan menuju ke lemari pakaian sembari menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil.

Setelah selesai memakai pakaian, Gus Farez membalikkan tubuhnya ke belakang dan terkejut saat mendapati istrinya yang tengah berdiri mematung di dekat pintu.

Zefanya yang melihat Gus Farez tengah menatapnya, langsung tersadar dari kekagumannya. Ia pun berdehem pelan untuk mengusir kecanggungan di antara keduanya.

Tatapan Gus Farez masih belum beralih dari wanita di hadapannya. “Sejak kapan kamu disitu?” tanyanya sembari menaikkan alis sebelah.

Zefanya tegegap. “E-ee barusan. I-iya barusan.” Bohong, jelas saja Zefanya berbohong. Padahal ia sudah masuk ke dalam kamar sejak tadi dan melihat pemandangan segar bagi kaum hawa.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang