BAB 46 || Aldi Sang Super Hero

29.1K 4.6K 868
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Zefanya masih asik bersantai di ruang keluarga bersama Om Satya dan juga papanya. Meskipun ada suasana canggung sesaat, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Om Satya berhasil mencairkan suasana.

Zefanya duduk disamping papanya karena disuruh lelaki paruh baya tersebut. Tubuhnya dirangkul dari samping oleh papanya dan itu sontak membuat dirinya sedikit tersentuh. Sudah lama sekali ia tidak merasakan sentuhan kasih sayang dari sosok papa.

“Papa gimana kabarnya?” tanyanya sembari mendongak menatap Idris.

“Papa alhamdulillah sehat,” balas Idris sembari tersenyum.

Zefanya mengangguk lalu kembali memfokuskan pandangannya ke layar televisi.

“Zefa bantuin Tante masak-masak, yuk!” ajak Tante Risma tiba-tiba.

“Masak apa, Tan?”

“Kita bikin kue aja gimana?”

“Boleh tuh, Tan. Udah lama juga nggak ngerasain kue buatan Tante.” Dulu saat Zefanya sering berkunjung ke rumah Tante Risma pasti ada saja stok kue kering buatannya di toples.

Idris tiba-tiba melepaskan rangkulannya dari pundak Zefanya. “Kalau gitu aku juga pamit mau pulang dulu,” ucapnya seraya bangkit dari sofa.

“Kok, udah mau pulang, Pa?” tanya Zefanya dengan raut kecewa.

“Papa mau istirahat dulu di rumah,” balas Idris sembari mengusap puncak kepala Zefanya, berusaha memberikan pengertian terhadap putrinya itu.

“Heem... Yaudah kalau gitu. Hati-hati dijalan ya, Pa.”

Idris mengangguk lalu beranjak pergi meninggalkan rumah adik laki-lakinya itu.

Setelah mengantar Idris ke depan rumah, Zefanya pun menyusul Tante Risma ke area dapur.

Tante Risma mulai menata bahan-bahan yang nantinya dibutuhkan dalam pembuatan kue keringnya. Dia menimbang-nimbang terigu di tangannya.

“Ini terigunya kayanya kurang deh, Ze,” ujarnya sembari menunjuk satu bungkus terigu di tangannya.

“Kurang berapa, Tan?” tanya Zefanya.

“Masih kurang 2 bungkus kayanya,” tebak Tante Risma.

“Yaudah kalau gitu biar Zefa aja yang beli di supermarket depan.”

“Perlu diantar om Satya apa nggak?”

“Nggak usah lah, Tan. Zefa udah umur 22 tahun, lho.” Zefanya sendiri kadang heran diusianya yang sudah menginjak kepala dua, tapi masih saja sering dianggap anak kecil oleh Tante Risma maupun Om Satya.

Zefanya merapikan jilbabnya sebentar sebelum melangkah keluar. Supermarket itu terletak tidak jauh dari rumah Om Satya. Hanya sekitar 500 KM.

Sesampainya di supermarket Zefanya langsung mengambil barang yang dibutuhkannya. Dua kantung terigu kini sudah berada di tangannya. Dia kemudian berjalan mendekati box es krim. Rasanya siang-siang begini akan terasa nikmat jika es krim yang dingin itu bisa masuk kedalam tenggorokannya. Tanpa berpikir lama, Zefanya langsung mengambil 5 buah es krim dengan rasa yang sama.

Usai membayar, Zefanya langsung bergegas pulang takut-takut jika nanti es krimnya akan mencair. Namun, baru saja tiba di persimpangan jalan tiba-tiba ada sosok yang tak dikenal membekap mulutnya dari belakang menggunakan kain. Sekeras apapun Zefanya berteriak nyatanya hal itu tidak sebanding dengan kuatnya bekapan di mulutnya. Hingga akhirnya dia jatuh tak sadarkan diri.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang