BAB 30 || Persidangan Naya

33.2K 4.1K 393
                                    

Hallo semuanya!!!

Guys aku mau cerita, beberapa hari yang lalu aku sempet baca komen dan ada yang ngasih tahu kalau ternyata kata 'Mamas' itu juga ada di bahasa sunda, dan punya arti yang lain. Jujur aku baru tahu artinya😭

Tapi dari awal kata 'Mamas' yang aku maksud disini itu yang dari bahasa Jawa yang punya arti sama dengan kata 'Mas'. Dan aku pake kata 'Mamas' juga terinspirasi dari real life.

Jadi menurut kalian gimana? Tetep lanjutin dengan sebutan Mamas atau harus ganti?

Tapi jujur aku udah gemes sama sebutan 'Mamas'


***

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Zefanya langsung Kembali masuk kedalam kamarnya. Ia mendapati Gus Farez yang sudah rapi dengan baju koko dan sarung hitamnya.

“Mas ada yang mau aku bicarain.”

“Udah adzan. Nanti setelah shalat jama'ah, ya?”

“Tapi ini penting, Mas,” geram Zefanya.

“Shalat lebih penting, Sayang. Mendingan sekarang kamu siap-siap juga shalat jama'ah.” Gus Farez berjalan keluar kamar menuju ke masjid. Hari ini jadwal dirinya menjadi imam di masjid.

Didalam kamar sana Zefanya tengah menggerutu kesal. Dia tidak akan kesal hanya karena suaminya pergi shalat berjamaah kalau saja situasinya berbeda.

Zefanya menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ia pun berjalan ke kamar mandi berniat mengambil wudhu. Ia teringat ucapan Gus Farez kala itu.

“Kalau kamu lagi marah, coba kamu hilangkan dengan air wudhu. Insya Allah, kemarahan itu akan hilang perlahan.”

Dan ajaib, rasa kesal yang tadinya meledak-ledak kini redup seketika ketika ia sudah mengambil air wudhu.

***

Gus Farez dan Zefanya masuk bersamaan ke Ndalem. Mereka mendapati Kiai Ibrahim dan Umi Bilqis di ruang tengah. Dua orang pengasuh pesantren itu baru saja kembali setelah menghadiri undangan dari pesantren lain.

Zefanya dan Gus Farez kemudian menyalami tangan Kiai Ibrahim dan Umi Bilqis secara bergantian.

“Umi, Abah ada yang mau Zefa bicarakan.” ucapan Zefanya terdengar serius membuat semua mata menatap ke arah Zefanya tak terkecuali Gus Farez.

“Mau bicara apa, Nak?” tanya Kiai Ibrahim.

Zefanya berdeham sejenak sebelum memulai. “Zefa nggak sengaja mergokin Naya pelukan sama laki-laki di depan ndalem.”

Semuanya kompak melebarkan bola matanya tak percaya. Gus Farez yang duduk disamping Zefanya langsung menoleh. “Ze...” panggilnya.

Zefanya hanya menoleh sebentar ke arah Gus Farez, lalu kembali menatap wajah kedua mertuanya. “Sebenarnya Zefa juga udah dua kali mergokin Naya teleponan sama orang dikamar.”

“Nak Zefa yakin melihat langsung kejadiannya?” tanya Kiai Ibrahim.

“Zefa yakin, Bah. Zefa lihat dengan mata kepala sendiri. Zefa yakin Naya pasti diam-diam pacaran.”

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang