BAB 50

46.7K 4.8K 1.7K
                                    

Jangan buru-buru bacanya. Keep calm, oke!

***

Zefanya terlihat gelisah semenjak mobil yang ditumpanginya mulai melaju ke arah pulang. Dirinya terus menatap layar ponselnya yang menampilkan chat terakhirnya dengan Gus Farez.

Mamas❤️
Udah sampe mana, Mas?

Umi Bilqis yang menyadari kegelisahan Zefanya lantas menepuk pundak menantunya itu dengan pelan. "Kenapa, Nak? Perut kamu sakit?" tanyanya dengan khawatir.

"Nggak, Umi. Zefanya cuma lagi nunggu balesan chat dari Mas Farez."

"Mungkin Farez masih di perjalanan," ucap Umi Bilqis berusaha menenangkan. Meskipun dalam hatinya ia juga merasakan kegelisahan atas putra sulungnya.

Sementara di lain tempat, tubuh Gus Farez kini sudah dibawa oleh mobil ambulan dan siap menuju ke arah pesantren.

Para santri yang melihat melihat mobil ambulan berjalan memasuki area pesantren tentu dibuat terkejut. Kiai Ibrahim yang mulanya sedang berada dikamar juga langsun setelah mendengar suara sirine yang mendekat. Rupanya Naya juga ikut keluar dari kamarnya.

Keduanya keluar dari Ndalem dan berjalan beriringan. Mereka begitu terkejut saat melihat tubuh Gus Farez yang tengah digotong banyak orang menggunakan tandu.

"Ada apa ini?" tanya Kiai Ibrahim panik.

Tak ada yang mampu berbicara. Semuanya memilih diam membisu Sampai akhirnya David yang memberanikan diri untuk menjelaskan.

"Gio kecelakaan dijalan, Bah," ucap David dengan menunduk.

"Innalillahi. Terus kenapa tidak kalian bawa ke rumah sakit?"

Kali ini David tidak langsung menjawabnya. Lidahnya terasa kelu saat ingin menjelaskan kondisi Gus Farez saat ini yang sebenarnya. Dia semakin menundukkan kepalanya dalam.

"Gi-gio meninggal di tempat, Bah."

"Innalillahi wainna ilaihi rojiun." Air mata Kiai Ibrahim seketika menetes begitu saja dari kelopak matanya.

"Aa'..." lirih Naya.

Gadis itu langsung lemas saat mendengar ucapan David barusan. Tubuhnya langsung di rangkul kuat oleh Kiai Ibrahim yang berdiri di sebelahnya.

Mendengar lirihan Naya lantas membuat keempat anggota inti Vescorioz itu ikut meneteskan air matanya.

Kiai Ibrahim kemudian langsung meminta bantuan teman-teman Gus Farez untuk segera memandikan jenazah putranya.

Kini tubuh Gus Farez sudah rapi dengan kain kafan yang melapisi tubuhnya. Darah-darah yang tadi ada di sekitar kepalanya kini sudah bersih tak tersisa. Aroma amis dari darah kini juga sudah tergantikan oleh wewangian sabun.

Naya mulai membacakan surah Yasin dihadapan jenazah sang kakak. Ia bahkan sempat berhenti membaca berkali-kali karena tidak sanggup menahan air matanya yang terus menetes.

Sedangkan Aldi, Kavin serta Naufal baru saja selesai membacakan Yasin. Mereka masih setia duduk dihadapan tubuh Gus Farez yang kini sudah terbujur kaku.

"Ini yang lo bilang mau istirahat, Gi?" kata Aldi dengan meneteskan air matanya. "Istirahat untuk selamanya?" sambungnya sembari memejamkan kedua matanya. Menahan sesak di dada yang kian terasa semakin menyakitkan.

"Gue berharap sekarang ini gue lagi mimpi buruk, Gi," ucap Naufal seraya memandangi wajah Gus Farez yang mulai memutih.

"Lo nggak mungkin ninggalin kita secepat ini, kan, Gi?" tambah Kavin. Laki-laki itu sudah tak sanggup lagi menahan sesak di dadanya. Air matanya terus meluruh sejak tadi.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang