BAB 41 || Istri Sepenuhnya

38.8K 5.1K 414
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

* * *

Zefanya terlihat merenung di bangku taman. Gadis itu setia menunduk memikirkan tentang aib fotonya yang dipajang di mading pesantren.

“Darimana Sandra dapet foto itu?” gumamnya seraya menggigiti ujung kuku jempolnya.

“Zefa,” panggil seorang perempuan yang tiba-tiba sudah berdiri dihadapan Zefanya.

“Eh, Ibu. Ada apa Bu Asma?”

Bu Asma tersenyum. “Boleh Ibu duduk?” tanyanya.

Zefanya mengangguk lalu menggeser posisinya memberikan tempat untuk Bu Asma.

“Ibu yang seharusnya tanya. Kamu kenapa kelihatan gelisah gitu?”

“Eeee...”

“Cerita aja, nggak perlu sungkan sama Ibu. Siapa tahu Ibu bisa bantu kamu.”

Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Zefanya. “Zefa masih mikirin kejadian mengenai aib foto Zefa, Bu.”

“Bukanya Sandra sebagai pelaku sudah dikeluarkan dari pesantren? Lalu apa masalahnya?”

“Zefa cuma bingung Sandra dapet foto itu darimana, Bu. Zefa yakin Zefa baru ketemu Sandra di pesantren. Sedangkan foto itu adalah foto Zefa sebelum masuk ke pesantren.”

“Zefa nggak punya musuh lagi diluar?” tanya Bu Asma yang langsung mendapatkan tanggapan berupa gelengan kepala dari Zefanya.

“Ya sudah. Kamu jangan terlalu keras mikirin hal ini lagi ya. Yang terpenting masalahnya udah selesai. Sandra juga sudah dikeluarkan dari pesantren.”

Zefanya mengangguk. Ia membenarkan ucapan Bu Asma. Masalah sudah selesai dan kekacauan kemarin berhasil diselesaikan oleh Gus Farez. Suaminya itu sempat mengumpulkan para santri dan memberikan klarifikasinya disana.

“Ya sudah, Ibu ke dapur dulu, ya,” pamit Bu Asma lalu beranjak menuju dapur.

Selang lima menit terlihat sosok laki-laki blasteran berjalan mendekat ke arah Zefanya.

“Sayang...”

Zefanya tersentak mendengar panggilan dari suara yang sangat familiar di telinganya. Ia pun  menoleh dan mendapati Gus Farez yang sudah duduk disampingnya.

“Kamu ngapain disini?” tanya Gus Farez heran.

“Ee aku lagi cari angin.”

Gus Farez mengerutkan dahinya menatap curiga ke arah Zefanya. “Ada yang kamu sembunyiin?”

Zefanya tersenyum seraya merangkul lengan kiri Gus Farez. “Nggak ada, Mas.”

Gus Farez menoleh, tangan lainnya bergerak mengelus tangan Zefanya yang merangkul lengannya. Detik berikutnya pundaknya terasa berat saat kepala gadis itu ternyata tengah bersandar disana.

“Jangan kaya kemarin lagi ya, Ze,” ucap Gus Farez yang membuat Zefanya seketika mendongak menatap wajahnya.

Kerutan dahi tercetak jelas di wajah Zefanya. Gadis itu tidak tahu Gus Farez memintanya tidak mengulang tindakan kemarin yang mana.

Seakan paham kebingungan istrinya, Gus Farez pun kembali bersuara. “Jangan lakuin hal yang kaya di kebun teh lagi,” ulangnya lagi dengan memperjelas. Sorot matanya menatap dalam ke arah Zefanya menyiratkan permintaan yang lebih ke arah memohon.

“Demi Allah, Mamas nggak ridho kamu ngelakuin hal kaya gitu lagi.”

Air mata Zefanya tanpa diminta menetes dengan sendirinya. Ia benar-benar merasa bersalah dan menyesal atas tindakannya kemarin. Ia akui dirinya sangat bodoh sampai tidak berpikir secara logika. Gadis itu semakin mengeratkan rangkulannya pada lengan Gus Farez.

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang