Bab 19 || Bubu

36.4K 4.5K 181
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

***

Pagi ini Zefanya tengah berjalan mengelilingi taman bersama Naya. Lepas salat subuh tadi Naya mengajak dirinya joging, lebih tepatnya memaksa. Zefanya awalnya menolak keras karena gadis itu berniat tidur kembali seperti biasanya. Namun, keinginannya tidak terwujud karena Naya sempat mengadu ke Umi. Mau tidak mau Zefanya akhirnya mengikuti permintaan adik iparnya itu dengan syarat ia harus ditraktir semangkuk bubur ayam.

"Ayo Teh, lari!" seru Naya yang sudah berada cukup jauh di depan.

Zefanya menghentikan larinya. "Gue udah capek, Nay!" Ia membungkukkan badannya, keduanya tangannya berada diatas lutut. Perlahan Zefanya menarik napas dalam-dalam berusaha mengatur kembali pernapasannya.

"Jompo banget gue, anjir!" keluhnya.

Dari jauh sana, Zefanya melihat sileut tubuh Naya yang berlari kembali ke arahnya. Rupanya adik iparnya itu mengambil putar balik untuk melihat kondisi Zefanya yang tak kunjung menyusulnya.

"Teh Zefa baik-baik aja, kan?"

"Lo nggak liat gue udah ngos-ngosan gini?"

"Punten atuh, Teh. Naya kira Teh Zefa bakalan kuat lari keliling taman."

Zefanya mendongak menatap wajah Naya. "Kuat sih kuat Nay. Tapi kalau kelililingnya sepuluh kali ya gue tepar yang ada." Zefanya lalu memilih menepi dari area joging dan duduk disana. "Kecil-kecil cabe rawit juga tuh bocah!" gumamnya.

"Mau lanjut nggak, Teh?" tanya Naya.

"Nggak! Lo kalau masih mau lanjut, sana joging sendiri." jawab Zefanya dengan mendengus kesal.

"Yaudah ayo kita cari tukang bubur aja kalau gitu."

Keduanya pun kembali berjalan sembari mencari tukang bubur ayam di dekat area taman. Setelah menemukan, mereka pun berhenti disana.

"Mang pesan dua ya," ujar Naya.

"Punya gue jangan dikasih kacang!" teriak Zefanya yang sudah duduk santai di atas bangku.

"Yang satu sesuai pesanan dia ya, Mang," ucap Naya seraya menunjuk ke arah Zefanya diam-diam. Penjual bubur itu pun hanya mengangguk pelan.

"Jangan teriak-teriak atuh Teh, malu diliatin banyak orang," nasihat Naya dengan hati-hati .

"Bodo amat! Lagian gue nggak kenal sama mereka!"

Mendengar balasan Zefanya, Naya pun menggerakkan tengkuknya perlahan seraya mengembuskan napas panjang.

Setelah pesanan tiba, keduanya lalu menyantap bubur ayam dengan nikmat. Apalagi tenaganya tadi sudah dikuras habis untuk joging. Kenikmatan makan buburnya semakin bertambah berkali-kali lipat.

Zefanya dan Naya berjalan kembali ke pesantren setelah menghabiskan sarapan mereka. Di tengah perjalanan menuju pesantren, Zefanya samar-samar mendengar suara kucing. Ia pun berjalan dengan pelan menuju ke semak-semak. Dan benar saja, disana ia menemukan anak kucing yang terlihat sangat menggemaskan bagi Zefanya. Ia pun mengambilnya dan membawanya kedalam gendongannya.

 Ia pun mengambilnya dan membawanya kedalam gendongannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang