Bukan Raskal namanya jika tidak melakukan sesuatu hal yang berbahaya. Iya, kini pria itu tidak berpikir panjang untuk menemui sang kritikus spageti yang membuatnya menjadi sasaran kebencian Steven.
Wanita anggun nan cantik itu duduk di pojok, sendirian hanya ditemani oleh sebuah buku tebal yang tidak Raskal ketahui tentang apa. Tidak penting juga. Yang jelas ia hanya akan menyelesaikan urusannya dengan wanita itu sekarang.
"Hm, sepertinya ini pertama kalinya aku didatangi seorang Chef," ujar wanita itu tanpa menoleh pada Raskal yang telah berdiri di sampingnya. Dia pun sadar akan kedatangan Raskal namun tidak pula memberi sapaan ramah atau apalah itu. Juga tidak penting.
"Haruskah anda merasa bersyukur? Sebenarnya masih banyak pekerjaanku di dapur, tapi karena ada suatu hal yang mengganggu harga diri saya, jadi saya memutuskan untuk keluar dari tempat panas sana dan datang ke mari." Perkataan Raskal yang terlampau formal namun cukup membingungkan itu berhasil membuat sang wanita itu menutup buku bacaanya. Kepala yang dihiasi oleh rambut panjang warna kecoklatan itu bergerak, menghadap sosok Chef yang tengah memandangnya dingin di sana.
"Jadi, apa itu berhubungan dengan aku?" tanyanya dengan heran sendiri.
"Yap. Karena anda." Raskal pun mengulum senyum sinisnya. "Tentang spageti yang kemarin dan hari ini anda pesan. Apa anda memiliki masalah dengan makanan itu?"
Lantas membuat wanita itu berpikir dua kali saat mendengar kata spageti dari mulut Raskal. Oh, apakah ini sebuah pernyataan tidak terima atas kritik yang diberikannya kemarin mengenai makanan itu? Ini alasan pria itu menghampirinya? Mengajak ribut?
"Oh, jadi kamu Chef-nya." Wanita mengangguk seakan mengerti atas apa yang terjadi saat ini. "Spageti itu memang nggak enak. Apa aku salah untuk mengatakan rasa kecewaku?"
"Oh itu berarti ada kesalahan pada indera perasa anda. Apa anda tahu jika rasa kecewa anda itu membuat saya harus mendapatkan cacian oleh kepala Chef di sini?" Raskal benar-benar kesal mendapati respon sang wanita yang sangat jauh dari dugaannya. Harusnya dia minta maaf, ya? Bukan malah semakin menambah tekanan emosi Raskal.
"Jadi, itu kesalahanku? Yang aku tahu begitu lah kerja seorang Chef. Harus menerima semua risiko yang ada termasuk menerima komplain dari pelanggan, 'kan?" ungkapnya semakin membuat Raskal mendenguskan tawa malas.
"Baik, kalau begitu pertanyaannya, mengapa anda memesan lagi makanan yang anda bilang tidak enak? Harusnya anda bisa memesan makanan yang lebih baik dari 'spageti tidak enak' itu, 'kan?"
Wanita bersurai panjang itu memberikan senyum kecil kala itu, bersamaan dengan raut wajah Raskal yang seketika berubah. Katakan dia sedang terpesona akibat senyuman yang mendadak muncul dari bibir wanita itu.
"Aku cuma ingin memastikan lagi makanan yang aku pesan kemarin. Benar katamu, jika indera perasaku terbukti salah dan jika spagetimu hari ini terasa enak, maka aku akan minta maaf," ucap wanita itu sontak membuat mata Raskal berkedip untuk beberapa kali.
Raskal masih bergeming di tempat sementara sang wanita telah sepenuhnya mengahapnya di sana.
"Jika berkenan, boleh buatkan aku makanan itu lagi? Kali ini aku akan berikan review di depanmu, dan aku pastiin kamu nggak bakal kena marah Kepala Chef kamu lagi, gimana?"
Tawaran yang bagus. Raskal menyetujuinya usai sempat mendiamkan wanita itu selama satu menit lebih.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...