"Tak liat-liat ada beda dari kamu akhir-akhir ini, Kal."
Pemuda bernama Made yang juga merupakan teman dekat Raskal itu menjadi satu-satunya orang yang merasakan sedikit perubahan dari temannya itu. Jelas ia merasakan itu, apalagi melihat senyum yang sering tiba-tiba Raskal ciptakan walau dalam keadaan tengah memasak sekali pun. Apa temannya itu sudah mulai gila?
"Memangnya apa yang beda?" tanya Raskal mencoba mengetahui apa yang dirasakan Made terhadap dirinya.
"Khe sekarang lebih sering datang ke Resto sesuai jadwal." Itu yang pertama Made katakan karena ia cukup terkejut melihat Raskal tidak serajin atau sebut saya segabut dulu, yang sering kali datang bekerja lebih awal.
"Lalu?"
"Juga jarang marah-marah," lanjut Made lagi. Oke, yang kedua perlu ia syukuri karena pria itu tidak lagi membuat onar dengan melampiaskan amarah padanya.
"Dan yang terakhir, aku sering liat khe duduk di depan bersama lua (perempuan). Pacarmu?"
Lontaran kalimat terakhir sukses membuat Raskal tersedak air liurnya sendiri. Kenapa tiba-tiba melabeli Arshe sebagai kekasihnya? Apa mereka terlihat sangat dekat?
"Bukan lah. Teman gue, baru kenalan, sih tapi ya cukup dekat." Raskal menjawab walau begitu. Membuat Made mengangguk.
"Tapi cantik loh, Kal. Nggak mau jadiin pacar?" Rupanya Made memiliki jiwa shipper untuk keduanya.
Raskal tertawa ringan sebagai jawaban awal. "Doain aja. Kalau pendekatan ini berhasil, gue bisa aja pacarin dia."
Made segera menjawab dengan kedua tangan yang ia usap pada wajahnya mengartikan ia begitu mendukung atas ucapan Raskal barusan.
"Amin. Pokoknya tak dukung siapa pun yang akan jadi pacar khe, Kal."
Yah, Raskal pun mengaminkan dalam hati. Sama seperti manusia pada umumnya, ia pun menginginkan menjalin sebuah hubungan cinta setelah lama bertahan dengan status single-nya selama beberapa tahun ini.
Tapi, yang menjadi pertanyaan, apakah wanita itu mau dengan dirinya? Ya sudah tentu jelas tidak. Walau wajahnya masuk dalam kategori pria tampan, tetap saja sukar untuk wanita seperti Arshe menyukainya. Apalagi dia tahu mengenai masa kelam Raskal saat menjadi hm, yang jelas Raskal tidak memiliki keyakinan jika dirinya akan menjalin hubungan cinta dengan Arshe. Sudah pasti bertepuk sebelah tangan. Miris ya.
Raskal pun mendadak overthingking akibat memikirkan hal ini. Potongan bawangnya menjadi tidak merata dan Raskal yakin akan kembali terkena omelan Steven setelah ini. Sial, dia harus segera menutupi kesalahan ini dengan mencincangnya menjadi satu lalu akan membuatnya menjadi bumbu siap saji. Oke, sebelum ketahuan Steven mari lakukan itu.
Suara mesin chopper terdengar setelahnya, menandakan Raskal tengah fokus dengan kegiatan membuat bumbu dapur walau sebenarnya sangat tidak diperlukan. Beruntung para koki di sana tidak begitu memedulikan kegiatannya, hingga setidaknya Raskal jauh dari pertanyaan seperti, 'buat apa buat bumbu dapur? Udah banyak di kulkas, Kal!' Yah, untuk saat ini dia aman.
Usai menyelesaikan kegiatan tidak bergunanya, Raskal kembali ke tempat ia berada. Melanjutkan memasak menu yang baru tersodor untuknya. Namun, belum sempat Raskal mengambil pisau untuk kedua kali, tiba-tiba kedatangan Steven membuatnya menarik kembali tangannya. Sempat berpikir Steven akan kembali melampiaskan emosi padanya, atau jangan-jangan si Bule itu mengetahui tentang kesalahannya barusan? Mati. Raskal yakin hari ini ia akan makan siang dengan segala umpatan dari Steven.
"Hei, Rascal!" Pelafalan nama yang cukup bagus, Stev. Kita semua tahu apa arti dari nama itu, huh!
"Yes, Chef!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...