31. The Rain

264 31 5
                                    

"Dingin banget!"

Berkali-kali Made mengeluh dengan memeluk dirinya sendiri karena hawa dingin yang begitu menusuk tubuhnya. Berbeda dengan Raskal yang seperti menjadi manusia es, karena sejak tadi hanya berdiam diri tanpa merasakan kedinginan seperti yang dirasakan Made. Made hanya menggelengkan kepalanya ngeri melihat sikap Raskal yang begitu cuek menghadapi hujan angin yang sore ini cukup deras. Bahkan keduanya harus terkurung di dalam mini market karena hujan yang tiba-tiba menghentikan perjalanan pulang mereka.

"Makanya Kal, lain kali datang naik mobil khe aja! Punya mobil kok nggak pernah dipake!" Made mengatakan seraya mengeluh pada temannua di samping, yang mana sangat jarang untuk memakai mobilnya. Katakan saja Raskal pelit, tetapi Made tidak bisa mengatakan seperti itu juga, sih, mengingat Raskal sering meminjamkannya uang jadi, bukan berati pelit, hm mungkin katakan saja Raskal terlalu malas untuk memakai mobilnya dan lebih nyaman dengan berjalan kaki. Oke, katakan saja seperti itu.

Kemudian kedua pria di sana memilih untuk tetap menunggu hujan yang mana tidak kunjung reda. Made mulai resah tetapi Raskal tetap anteng seakan sedang bertapa melihat hujan di sana. Made agak merinding melihat kelakuan temannya itu, dan pada akhirnya karena tidak memiliki pilihan lain selain menerobos hujan,
Maka Made memilih untuk masuk kembali ke mini market dan membeli dua buah payung yang mana akan ia pakai dan juga stau untuk Raskal.

"Nih, payung buat khe. Jangan sampe kita bermalam di sini, karena hujan ini bakal sampe pagi!" Begitu kata Made sambil mengulurkan satu buah payung baru untuk Raskal. Dan usai Raskal menerimanya, segera Made membuka payung miliknya seraya berkata lagi sebelum berlari menerobos hujan.

"Kal, aku duluan ya! Jangan lama-lama di sini, tuh payungnya gratis buat khe!"

Begitu kata Made sebelum pria itu benar-benar berlari menjauh dari pandangan Raskal. Raskal sendiri hanya menghela napasnya seraya memandang payung pemberian Made.

Jadi, akankah ia mengikuti langkah Made untuk meneros hujan? Well, walau itu akan merepotkan Raskal, mau tidak mau ia harus melakukan itu. Pada akhirnya, Raskal mengikuti hal yang sama dengan Made barusan, berlari menerobos hujan dengan payung yang melindungi dirinya.

Tunggu saja rumah Raska tidak sejauh rumah Made. Mungkin hanya membutuhkan satu kilo perjalanan, sebelum sampai di rumahnya. Namun, walau Raskal memang menyukai jalan kaki, bukan berarti ia akan menikmati perjalanan becek ini. Tentu ia merasa kerepotan dengan perjalanannya kali ini, karena harus berhadapan dengan air yang terus turun begitu derasnya dari atas dan juga angin kencang yang hampir membuat payungnya terbang. Raskal harus mempercepat langkahnya untuk segera sampai rumah, tetapi ada satu hal yang menghentikan langkah Raskal tiba-tiba, di saat seperempat jalan ia melihat seseorang yang sedang berjalan berlawan arah dengannya tidak peduli kondisi hujan angin di sana, orang itu tetap berjalan entah ke mana.

"Arshe."

Maka tidak perlu berpikir panjang Raska mempercepat langkahnya untuk menghampiri orang yang ia yakini adalah Arshe tersebut. Dengan segera ia memayungi wanita itu dengan perasaan yang tidak menyangka jika ia akan bertemu dengan Arshe dengan keadaan seperti ini. Terlihat jelas, Arshe tidak sedang dalam mode bermain hujan saat ini. Wajah wanita itu sangat mengartikan kehancuran di mana pandangan mereka akhirnya bertemu dengan Arshe yang kini mendongak untuk melihat Raskal.

Wanita itu sukses menjatuhkan air matanya di hadapan Raskal di sana.

***

Raskal mempersilahkan Arshe untuk masuk ke dalam rumahnya. Wanita itu masih dalam keadaan basah kuyup benar-benar hampir kehilangan arahnya jika tidak bertemu dengan Raskal tadi di jalan. Beruntung pria itu dengan segera mengambil alih untuk membawa Arshe ke rumahnya. Tidak ada pilihan lain selain membawa wanita itu ke rumah, bukan?

The Chef's Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang