11. The Beach

564 40 0
                                    

Raskal memakai jam bebas shift-nya kali ini dengan bersantai ria di pantai sembari melihat sunset yang sebentar lagi turun. Raskal bersama dua orang temannya yang berkewarganegaraan asing itu mengobrol santai sambil menikmati cocktail yang menjadi minuman andalan Raskal jika pergi ke pantai atau pun ke kelab.

"So, who's life, Raskal? Is that job so hard for you?"

Pertanyaan yang Raskal tahu akan keluar dari salah satu temannya itu. Dia pun sudah memiliki jawabannya.

"So far, not bad for my pocket." Jawaban realistis yang diberikan Raskal. Yah, walau harus tekanan batin setidaknya dompet Raskal terpenuhi di dalam pekerjaan itu.

"Yeah, what is needed in this world, what else besides money!" ungkap teman Raskal lagi yang menyetujui jawaban Raskal. Memang, apalagi yang dibutuhkan di dunia selain uang? Cinta? Tsk, sulit untuk Raskal mendapatkan yang satu itu.

"And who's your girlfriend now?" Pertanyaan berlanjut kini dengan topik berbeda. Dua pria londo sana begitu penasaran dengan kisah asmara Raskal rupanya. Well, haruskah Raskal mengatakan jika saat ini dirinya masih melajang?

"I'm single."

"Oh ya? You single and to be happy?"

Dikatakan bahagia, tentu saja tidak. Raskal tidak bangga dengan status lajangnya, bahkan ia ingin menjalin cinta dengan wanita, hanya saja ia terlalu takut untuk membuat hubungan lagi, ditakutkan wanita itu memilih pergi di saat mengetahui masa lalu Raskal. Itu yang menjadi permasalahan Raskal.

"Kau tampan, Raskal. Aku yakin tidak ada wanita yang menolakmu. Ayo, biarkan aku mengenalkanmu dengan seorang wanita!" ajak teman Raskal lagi yang tidak percaya jika seorang pria tampan dan berbakat seperti Raskal masih melajang.

Raskal hanya membalas dengan tawaan basi, menyikapi jika ajakan sang teman itu tidak akan berarti apa-apa untuknya. Mengenalkan seorang wanita pada Raskal? Raskal tidak akan menerima ajakan itu.

"I'ill back. I'm going to bar."

Raskal pun memutuskan untuk melepaskan diri dari obrolan tidak mengenakan itu dengan menggunakan alasan ingin menambah minum, hanya itu yang bisa ia pakai. Dan Raskal pikir, ia akan berlama-lama di meja bar daripada kembali bergabung bersama dua bule tersebut, baiklah tidak melihat sunset juga tidak masalah yang terpenting ia terbebas dari pertanyaan status lajang atau apalah itu yang hanya memuakan Raskal.

"Wah, tumben sekali bar kita kedatangan chef tampan. Baru selesai berselancar, Kal?" sapa seorang barista yang tak lain adalah kenalan Raskal sejak dulu. Hm, sebelum bekerja di Restoran, Raskal pun sempat menjadi juru masak di bar ini selama sebulan, yah hanya menggantikan koki mereka yang terkena cacar saat itu. Walau tidak dibayar mahal, setidaknya Raskal bisa mendapatkan banyak teman selama bekerja di sana.

"Ombak lagi nggak bagus buat selancar hari ini," jawab Raskal seraya duduk pada stool yang menghubungkannya langsung dengan sang barista di sana. "Seperti biasa ya, Luc, seperempat aja biar gak keras banget." Raskal pun memilih untuk memesan minum lagi.

"Okey, akan tersedia tigamenit lagi!" Luca yang menjadi sang barista itu kini sibuk membuakan minuman kadar tinggi Itu untuk Raskal, dan disaksikan langsung oleh Raskal secara langsung bagaimana proses penuangan alkohol beserta campuran lainnya tersebut.

Tidak sampai tigamenit Luca telah menyajikan minuman keras itu di hadapan Raskal. Keahlian Luca untuk meracik minuman itu tidak perlu diragukan lagi, Raskal pun cukup puas mendapatkan rasa nikmat dari minuman pesanannya itu.

"Ngomong-ngomong pantai lagi sepi banget hari ini, para turis lagi pulang kampung?" tanya Raskal setelah menyadari sejak tadi jika pantai di sini cukup sepi dari biasanya.

The Chef's Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang