Pagi ini Arshe di sambut dengan keberadaan Eros yang mana sudah bangun terlebih dahulu dari pada dirinya. Pria itu nampak segar dengan penampilannya yang santai, tidak lagi dalam keadaan yang terburu-terburu seperti biasanya, kini Eros seakan telah menjelma menjadi pria romantis yang mana telah menyiapkan sarapan untuk Arshe.
"Selamat pagi."
Pria itu menyapa Arshe dengan hangat, seraya memasang senyuman yang semakin membuat ketampanan pria itu merekah. Arshe menjawab dengan anggukan kecil tanpa berniat membuka suara.
"Hari ini aku buatin kamu roti lapis, hanya resep dari internet, tapi yah semoga kamu suka," kata Eros seraya menyodorkan roti lapis yang mana menjadi kerjaannya sejak subuh tadi, guna menyenangkan hati sang istri.
Sementara Arshe hanya menatap makanan itu sejenak, seketika mengingat sesuatu yang mana juga berhubungan dengan roti lapis yang pernah ia makan beberapa bulan yang lalu. Apakah akan sama dengan rasa pembuat roti lapis sebelumnya? Bukan, apakah akan terasa sama perasaan Arshe saat menyantapnya?
"Arshe," panggil Eros yang mana menyadari jika sejak tadi wanita itu belum menyentuh makanan itu. Membuat pria itu menyangka, jika Arshe masih terbawa perasaan akan kejadian tadi malam.
"Aku minta maaf untuk tadi malam. Maaf untuk bersikap lancang sama kamu," ujarnya lagi dengan perasaan bersalah pada wanita di depannya.
Dan Arshe hanya menatap pria itu dengan datar sebelum menjawab. "Ros, aku maklumi itu. Toh, kita nggak sempat melakukannya, karena memang aku belum siap untuk itu," kata Arshe lagi.
Eros hanya mengangguk pelan dengan senyum yang mengembang tipis pada sudut bibirnya. Lalu tangannya naik untuk menyentuh punggung tangan Arshe, menggenggamnya erat seakan memberikan kepercayaan penuh untuk Arshe di sana.
"Aku janji ngga akan mengulangi kesalahan aku lagi, She. Aku, nggak akan buat kamu kecewa lagi, dan itu adalah janji aku."
***
Mungkin ini adalah waktunya Arshe membuka pintu percayanya untuk Eeos. Tidak ada pilihan lain untuk Arshe melakukan itu, karena ia dan Eros pun juga sudah terikat dalam ikatan pernikahan, bukan? Mungkin untuk satu kali ini saja kamu kembali membuka hatinya untuk Eros. Dan maka dari itu ia harus bisa menghapuskan apapun dan siapa pun itu yang sering muncul dalam pikirannya, agar menjalani hidup bersama Eros, suaminya.
Arshe hanya berharap jika Eros adalah orang yang benar benar tepat untuknya. Karena ia sudah menentukan pilihan untuk bersama pria itu. Dia akan memulai untuk kembali bukan perasaannya pada pria itu, seperti yang ia lakukan dahulu.
"Ros," guman Arshe di saat pria itu masih berada di dapur guna mencuci piringa bekas ia dan Arshe sarapan, namun kegiatan pria itu harus terhenti akibat datangnya Arshe yang mendadak berdiri di belakangnya.
"Kenapa, She? Ada sesuatu?" tanya Eros yang merasa heran mengapa Arshe tiba-tiba datang menghampirinya.
Arshe menatap Eros sejenak dengan air muka begitu teduh, bersamaan dengan bibirnya yang terbuka untuk mengatakan sesuatu. "Kamu... nggak bakal tinggalin aku lagi, Ros?"
Arshe mengutarakan pertanyaan itu dengan nada penuh harapan, hingga membuat Eros seketika terdiam, tidak segera menjawab karena pria itu lebih memilih untuk memperhatikan dalam Arshe di hadapannya sana.
"Kamu percaya aku, 'kan, She?" pria itu berbalik bertanya dengan nada yang penuh keyakinan. Lalu dengan cepat Eros membersihkan tangannya dari sabun yang sempat membaluri tangannya, kemudian Eros berbalik kini dengan sepenuhnya menghadap Arshe, hingga membuat langkah wanita itu sedikit termundur ke belakang.
"She, mungkin kamu belum bisa percaya aku sepenuhnya, tapi..." Eros memberikan tatapan yang begitu memuja pada wanitanya, memberikan tatapan penuh percaya yang ia harap akan Arshe sadari. "Aku sebisa mungkin berusaha untuk buat kamu percaya sama aku, She. Dan janji aku, adalah nggak akan ninggalin kamu lagi," ucap Eros sambil memberikan senyuman tulus pada Arshe di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...