Raskal kembali menyibukan diri di dapur restoran yang tengah dikuasai oleh Steven tentunya. Suara pria itu melengking nyaring hingga mengalahkan suara mesin penggiling daging. Ck, Steven memang another level. Selain hobi mencaci maki ternyata pria itu memiliki suara yang cukup tinggi hingga Raskal pikir pria itu lebih pantas menjadi penyanyi broadway daripada sekedar menjadi kepala Chef. Kalau Raskal punya nyali, ingin sekali ia mengatakannya langsung pada Steven. Sayanganya tidak. Raskal masih memikirkan bagaimana masa depannya, dan tidak ingin berakhir ditendang jauh oleh Steven dari dapur.
Kali ini Raskal sibuk menyiapkan hidangan utama berupa seafood yang akan ia masak dengan teknik ala masakan Spanyol, yah katakan makanan sejenis seafood paella. Raskal pikir ia tidak akan kesulitan untuk membuat hidangan itu, dan kemungkinan besar tidak akan ada kritik pedas lagi dari Steven. Dia begitu yakin karena si Bule jelek itu sejak tadi memang terlalu fokus pada tim sebelah, di mana itu adalah bagian Made yang tengah riweuh mengurus hidangan pencuci mulut untuk beberapa pejabat kaya di sana. Well, setidaknya Raskal aman kali ini.
Setengah jam kemudian, Raskal telah menyelesaikan hidangan itu dengan penataan yang cukup cantik di atas piring. Setelah memberikannya pada pramusaji, Raskal kembali ke tempatnya dengan menu baru yang ia dapatkan. Kali ini ia semakin merasa mudah saat mengetahui menu yang ia dapatkan hanya lah menu sederhana, tidak akan membutuhkan waktu lama untuk membuatnya. Mungkin hanya duapuluh menit, ia bisa menghidangkan sebuah Original butterburger. Hah, gampang sekali.
Baru saja mengambil satu pasang roti bun dari kulkas, tiba-tiba Raskal telah dikejutkan dengan kehadiran Made di sana. "Udah kelar ujian lo?" tanyanya pada Made yang sedang memasang wajah cemberut di sana.
"Udah. Capek aku dari tadi diomelin Steven!" gerutunya.
"Mampus. Siap-siap habis ini kena kritik pedas si Gordon Ramsay kw," balas Raskal seraya menyinggungkan senyum ejek pada Made.
"Jangan gitu lah, Kal. Bisa di skors satu minggu aku kalau dessert kali ini gagal."
Yah, mau gagal atau pun tidak tetap saja Steven menganggap masakan koki-koki di sana tidak pernah enak. Katanya tidak cocok di lidahnya. Cih, tentu saja tidak cocok, lidah pemakan nasi sambel dengan roti saus keju tentu saja berbeda jauh. Harusnya kesalahan itu ada pada Steven, sih. Siapa suruh bekerja di negeri orang? Kalau memang tidak cocok pulang saja sana.
"Oh iya, ngomong-ngomong gimana hubungan khe sama perempuan kemarin? Kayaknya makin dekat aja," sindir Made yang tiba-tiba membuat Raskal menyinggungkan senyum kecilnya.
"Proses pendekatan, De. Bahkan tadi pagi, kita sarapan bareng," jawab Raskal.
Made kemudian menatap Raskal cukup takjub di sana. Yah, sudah dikatakan temannya satu ini memang tidak begitu memiliki kisah cinta selama di sini, dan ketika mendengar cerita Raskal tengah dekat dengan seorang wanita, tentu saja cukup membuat Made antusias.
"Semoga disegerakan, Kal. Kalau bisa, langsung nikahin aja lah! Umurmu udah nggak cocok buat pacaran."
Yah, jika memang menikah semudah dibayangkan pun Raskal juga ingin melakukannya. Tapi, masalahnya, siapa pula yang mau dengan Raskal? Sudah dikatakan Raskal terlalu insecure terhadap dirinya sendiri.
"Lo aja dulu nikah, gue gampang bisa hidup sendiri juga nggak masalah," tukas Raskal seraya meletakan roti bun yang telah di panggang sejak berbincang dengan Made.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...