Arshe telah menghabiskan waktu selama tiga jam untuk berdiri menyambut para tamu undangan di acara anniversary pernikahan Elsa yang kesepuluh tahun. Sebenarnya Elsa tidak meminta Arshe untuk menjadi penyambut tamu, namun Arshe yang memaksa untuk tetap melakukan itu. Arshe pikir dengan menjadi penyambut tamu, setidaknya ia akan aman dari sengitan tajam dari seseorang yang sejak tadi bersama Elsa. Yah, katakan saja ia sedang menjauh dari jangkauan Elsa dan keluarganya. Dia hanya tidak ingin beperang batin lagi kali ini.
"She, kamu udah makan?" tanya Elsa menghampiri Arshe yang masih setia berdiri di tempatnya berpijak.
Arshe menggeleng kecil, "belum Mbak."
"Loh, kenapa? Bukannya tadi aku sudah suruh kamu makan sama Mama dan Messi?" Elsa merasa tidak nyaman tentunya di saat mengetahui Arshe belum menyentuh makanan sejak tadi.
"She, aku tau kamu pasti nggak nyaman kalau bertemu mama, tapi perhatiin kondisi kamu juga, dong. Kamu belum makan dari pagi, loh," ujar Elsa lagi kini dengan nada prihatin. Well, wanita itu pun sebenarnya tahu apa yang dirasakan Arshe selama ini, dan perlu diketahui hanya Elsa satu-satunya orang yang menganggap kehadiran Arshe selama ini.
"Nanti aja, Mbak. Aku belum lapar banget, kok." Arshe hanya bisa menolak dengan senyuman yang sengaja ia paksakan.
Sementara Elsa semakin menatap nanar Arshe di sana, tidak tahu harus melakukan apa lagi kali ini. Elsa pun merasa jika ia terus memaksa Arshe, itu pun tidak akan berakhir baik nantinya.
"Kalau gitu, aku ambilin makan ya," ucap Elsa mengambil alterrnatif lain yang ia kira akan lebih baik untuk Arshe.
"Mbak, nggak usah. Nanti aku bisa ambil sendiri, kok."
"Tapi, aku nggak tega liat kamu belum makan, She. Nggak apa-apa ya? Nanti aku temanin kamu makan di sini."
"Mbak—"
"Elsa."
Panggilan yang sesaat membuat kedua wanita di sana menoleh. Mungkin seharusnya Arshe tidak perlu menoleh karena namanya pun tidak ada dalam panggilan tersebut, namun demi bersikap sopan ia tetap melakukannya.
"Iya Ma," sahut Elsa menjawab panggilan dari Mamanya. Wanita itu sempat melirik Arshe yang hanya menunduk di sebelahnya.
Sementara wanita paruh baya yang dipanggil 'mama' oleh Elsa itu memberikan tatapan datar namun penuh isyarat pada kedua orang di sana, terkhusus pada Arshe.
"Kamu nggak tau kalau dari tadi Messi nyariin kamu? Acara makan malam kita terpaksa ketunda gara-gara kamu mendadak hilang, Elsa. Ini acara kamu, 'kan? Kamu nggak berniat menghancurkannya, bukan?" cecar Mama yang tak tanggung memberikan sentilan pedas dari mulutnya untuk Elsa.
"Iya Ma, tadi aku cuma mau ajak Arshe makan sama kita, kok." Elsa menjawab dengan seberani mungkin, melupakan jika jawabannya hanya akan menimbulkan luka untuk Arshe nantinya.
"Kamu ajak makan dia bersama keluarga kita?" ulang Mama dengan nada sinis seraya menatap Arshe.
"Tentu. Arshe juga termasuk dalam keluarga kita, Ma."
Entah mengapa yang Arshe rasakan saat ini hanya lah ketakutan. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah menghilang dari tatapan tajam wanita di depannya. Arshe tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi.
"Tch, bahkan nggak ada yang sudi untuk menganggap dia sebagai keluarga kita, Elsa."
Kalimat pedas itu meluncur dengan sempurna dari mulut Mama, yang sukses menghantam keras hati Arshe. Tidak tahu, ia tidak tahu harus bereaksi apa selain menahan gejolak tangis yang akan keluar tidak lama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...