"Bukankah ini sebuah takdir?"
Raskal menggeleng tidak percaya di saat pagi hari ini kembali bertemu dengan wanita yang kemarin baru saja ia ketahui namanya. Oh, jangan lupakan jika hari ini wanita itu semakin nampak cantik dengan riasan natural serta pakaiannya yang lebih, katakan lebih terlihat seperti gadis Bali. Yah, cukup berbeda dengan penampilannya kemarin yang terlihat sebagai wanita ibukota. Tapi, overall tetap cantik. Sungguh, Raskal tidak bohong.
"Takdir?"
Wanita itu masih menimbang ucapan Raskal barusan mengenai kata 'takdir'. Rasanya tidak bisa dikatakn takdir jika pertemuan mereka hanya dilakukan di tempat yang sama.
"Well, Raskal, ini baru pertemuan kita yang ketiga. Bisa dikatakan takdir jika kita bertemu di tempat yang jauh atau terpencil. Lagipula, kamu juga bekerja di sini, 'kan? Kita pasti bakal sering ketemu," ujarnya seakan menolak kata takdir yang diucapkan Raskal barusan.
Raskal pun tidak menyalahkan tampikan dari wanita itu. Dia mengangguk seakan menyetujuinya. "Benar. Tapi seharusnya hari ini aku tidak bekerja, entah mengapa langkah kakiku malah datang ke mari."
Membuat wanita di depan sana meninggikan kedua alisnya.
"Jadi, masih kamu katakan ini takdir?"
Raskal tertawa renyah sebelum menarik kursi di sebelahnya.
"Nggak. Ini hanya kebetulan ya, 'kan?"
"Exactly!" seru wanita itu. "Tapi aku belum ijinin kamu duduk, kenapa lancang banget?"
Sedangkan Raskal menggerakan kedua bahunya cuek, "kalau kamu mau usir juga nggak apa-apa. Kursi di sini banyak, dan aku bisa tetap ngobrol sama kamu walau beda kursi," jawabnya santai.
"Okay then, please move." Tidak disangka wanita itu benar-benar mengusirnya. Berhasil membuat Raskal melongo sesaat.
"Are you serious? Apa aku ganggu kamu?" tanyanya kini dengan nada tidak percaya. Jika benar ia mengusik waktu wanita itu maka Raskal berjanji tidak akan melakukannya lagi. Hah, lagipula salahnya terlalu sok kenal juga, sih. Siapa tahu, wanita itu risih akan keberadaanya, ya 'kan?
"No. Nggak ganggu, hanya tolong pindah dari kursi itu dan duduk di sebelah aku. Kamu tahu kalau tempat yang kamu duduki itu berhadapan langsung dengan matahari, aku nggak mau nanggung risiko kalau kamu pusing, sakit mata, cuma karena duduk di situ."
Raskal pun baru menyadari jika posisinya saat ini memang tidak mengenakan. Tapi kenapa ia baru sadar sekarang? Baru ia merasakan jika sinar matahari itu sangat mengganggu pandangannya. Sial, apa terlalu terkecoh dengan wanita di depannya hingga hal seperti ini pun sampai tak ia rasakan? Oh, Raskal ada apa dengan dirimu!
"Maaf," guman Raskal kemudian. Terlalu bingung untuk sekedar menjawab ucapan yang mengandung sebuah perhatian dari wanita itu. Dia pun bergegas berdiri, berdeham sebentar sebelum mendekat pada wanita itu.
Ngomong-ngomong namanya Arshe. Raskal baru mengetahui nama yang begitu unik kemarin di saat ia merelakan pakaiannya basah hanya karena mengejar, meminta nama wanita itu. Wow, perjuangan yang cukup hebat.
Dan kini Raskal telah menempatkan dirinya di sebelah Arshe. Bisa dirasakan jantungnya berdegup ketika lengannya bersentuhan dengan lengan wanita itu sebelum Arshe memilih untuk bergeser sedikit, hingga terjadi jarak antara keduanya. Mungkin sekitar tujuh centi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...