7. The Plea

544 49 0
                                    

Arshe masih menekuni kegiatannya di dapur sejak pagi. Usai membeli semua perlengkapan dapur yang ia rasa harus segara di refil kembali, kini Arshe benar-benar menghabiskan waktunya di sana. Cukup lelah, namun ia merasa puas saat melihat seisi kulkasnya telah penuh kembali dan juga bahan-bahan lainnya yang membuat Arshe semakin betah berada di dapur. Well, setidaknya tempat ini lebih baik setelah taman belakang yang biasa ia gunakan untuk membaca buku.

Kemudian Arshe melanjutkan kegiatannya untuk mengisi perutnya yang sejak pagi kosong. Dia suka sekali melupakan makan entah itu pagi, siang, atau malam, Arshe selalu melalaikan kewajiban tubuhnya itu. Arshe sendiri tidak habis pikir mengapa ia suka sekali melakukan itu. Apakah itu faktor stress yang ia alami belakangan ini? Mungkin bisa dibilang. Situasi itu cukup berpengaruh pada pola hidupnya.

Arshe tidak berpikir untuk makan sesuatu yang berat sore ini. Rencananya ia akan memanggang roti dan cukup segelas susu yang pikirnya akan membuat perutnya tahan hingga esok. Tetapi, sebuah ingatan singkat yang tiba-tiba membuat Arshe mengalihkan rencananya untuk mengambil bungkus roti tawar lalu beralih pada satu bungkus mie instan yang kemarin ia beli secara rakus. Benar, tidak tanggung ia membeli makanan cepat saji itu tanpa memikirkan berapa jumlahnya. Yah, salahkan naluri wanitanya yang saat itu ingin berbelanja banyak karena melihat rupa sang makanan instan yang beraneka ragam. Seakan Arshe ingin merasakan semua rasa mie instan itu, sampai lupa jika sebenarnya ia tidak mungkin akan menghabiskan semuanya. Hah, baiklah mungkin ia akan menyimpannya sampai dua atau tiga bulan ke depan. Doakan saja semoga tidak kadarluwasa.

Lalu sembari menunggu air rebusan mendidih, Arshe memilih untuk menyiapkan perlengkapan yang menjadi teman sang mie instannya nanti. Teringat postingan Raskal kemarin yang memperlihatkan mie rebus dengan sayur sawi serta cabai rawit, membuat Arshe melakukan hal yang sama. Arshe berharap masakannya ini akan terlihat sama dengan milik Raskal.

Pada menit ke tujuh Arshe menyelesaikan acara memasaknya. Kini makanan beraroma lezat itu telah tersajikan di atas mangkuk kaca. Arshe hendak membawanya ke meja makan, tetapi belum sempat ia melakukannya, perhatiannya harus teralih dengan kedatangan seorang bocah laki-laki yang kini tengah berlari ke arahnya.

"Tante Arshe!!"

Arshe menyambut kedatangan keponakannya itu dengan senyum lebar serta merentangkan kedua tangannya untuk menerima pelukan dari bocah umur enam tahun itu.

"Messi, Tante kangen banget, loh. Kok lama banget nggak main ke rumah Tante?" sahut Arshe di dalam pelukannya pada anak bernama Messi itu.

"Mama tuh yang sibuk, Tan. Padahal aku mau main ke sini sambil liat Cimo," jawab anak itu dengan nada agak menyesal. Bersamaan dengan datangnya sang Mama yang itu berarti adalah saudari Arshe. Elsa namanya.

"Duh, maaf ya She, kita masuk nggak ketuk pintu dulu. Habis tadi sepi banget terus pintu belakang juga nggak dikunci, maaf lancang loh," ucap wanita berpakaian formal itu seraya menghampiri Arshe yang masih menggandeng tangan Messi.

"Iya Mbak, nggak apa-apa kok, lagian emang dari kemarin ART rumah lagi pulang kampung jadi sepi banget di sini."

Hendak membawa obrolan mereka menuju ruang tengah, namun bocah di sebelah Arshe menginterupsi membuat keduanya menoleh pada anak itu.

"Tante, aku mau lihat Cimo. Dia lagi dimana, Tan?" tanya Messi dengan tidak sabar karena memang tujuannya kemari untuk menjenguk kucing peliharaannya yang sejak bulan lalu dititipkan pada Arshe karena Elsa sekeluarga pergi ke luar negeri bulan lalu. Jadilah, Arshe yang mengurus peliharaan keluarga itu untuk sementara.

"Ada kok, di belakang. Coba deh datangi Cimo, pasti dia kangen liat kamu," ujar Arshe yang memberi akses bebas untuk Messi menjelajahi rumahnya untuk bermain dengan kucing.

The Chef's Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang