"Kamu tau kalau masakan kamu sebenarnya nggak buruk buat disajikan untuk orang lain."
Raskal berkata di saat keduanya sedang melangsungkan sarapan pagi bersama. Sementara Arshe langsung memberikan respon dengan senyum lebar di saat mendengar ucapan yang secara tidak langsung tengah memuji masakannya di sana.
"Beneran? Berarti aku udah bisa buka restoran dan jadi koki kayak kamu? Nggak perlu belajar di Italy dulu, 'kan?" sambutnya dengan antusias di sana.
"Oh itu nggak perlu." Raskal yang mendengar perkataan Arshe yang hendak membuka restoran itu nyatanya langsung mengelak. "Dari pada harus buka restoran, lebih baik kamu setiap hari masak untuk di dapur."
"Masak untuk kamu, Kal?"
Lanjutan Arshe yang mana langsung membuat Raskal memasang raut wajah salah tingkah. Memang sebenarnya itulah maksud perkataan Raskal barusan, namun ia ragu untuk melanjutkan mengingat jika dirinya adalah seseorang pria yang pemalu untuk menyatakan sesuatu seperti itu.
"Kita udah kayak suami istri ya, Kal, kalau di lihat-lihat," ujar Arshe yang entah mengapa tidak lagi melanjutkan sarapannya, melainkan memilih untuk membicarakan sesuatu hal seperti ini pada Raskal. "Tiap pagi kita sarapan bareng, makan malam juga, terus tidur juga ..." wanita itu menggantungkan kalimat terakhir yang mana memilih untuk menatap Raskal dengan tatapan mata ragu.
"Tidur sama-sama?" Raskal lah yang menyambung setelahnya, entah mengapa ia malah berkata demikian, mungkin karena merasa ucapan Arshe terlalu memggantung untuknya.
Arshe yang mendengarnya langsung memberikan tawa kecil seakn mengartikan jika ucapan pria itu terlalu polos.
"Kenapa kamu ketawa? Jawaban aku benar, 'kan? Kita tidur sama-sama dari kemarin," kata Raskal dengan bingung saat mendapati respon tawa dari Arshe yang menurutnya cukup membingungkan.
Lantas, Arshe langsung menjawab walau agak lama karena harus menyelesaikan tawanya terlebih dahulu.
"Iya, Kal. Kita memang tidur bareng cuma ya, aku kaget aja kamu bisa frontal begitu ngomongnya. Biasanya juga malu-malu."
Raskal mencebik, "itu karena kamu yang mancing duluan, Arshe."
"Oh, jadi selama ini aku yang mancing kamu duluan?"
Membuat tatapan Raskal kembali jatuh pada wanita cantik di sana, yang mana masih memandangnya dengan wajahnya yang begitu cantik dan manis.
"Jadi, ini kamu yang sebenarnya?" tanya Raskal yang mana langsung membuat lipatan pada dahi Arshe yang mana menandakan jika wanita itu tengah heran dengan pertanyaan Raskal barusan.
"Maksud kamu?"
"You talked a lot, Arshe. Dan itu, cukup buat aku mengerti kalau sikp kamu berbeda dari sebelumnya, sebelum kamu datang ke sini."
Karena bagi Raskal, melihat Arshe saat ini seperti melihat wanita itu telah melepaskan beban yang entah apa itu, yang jelas sempat Raskal rasakan di saat pertemuannya dengan Arshe dulu.
Sedangkan Arshe, memilih untuk diam sejenak, guna memikirkan jawaban apa yang harus ia katakan pada Raskal. Hingga berlangsung cukup lama, Raskal yang tidak keberatan untuk menunggu wanita itu membuka suara, akhirnya Arshe menjawab.
"Karena saat ini aku sedang merasa kembali ke masa di mana aku sama sekali belum mengenal dia, Kal. Aku benar-benar merasa sedang kembali ke dalam waktu tiga tahun lalu, dan hanya ingin mengenal satu laki-laki."
Bisa dipastikan jika siapa pria yang dimaksud Arshe tersebut bukan?
***
Arshe tidak banyak menghabiskan waktu di rumah Raskal, karena beberapa menit Raskal pergi ke restoran, Arshe malah kepikiran untuk mencari udara, karena merasa bosan di rumah tentu saja. Sepertinya menunggu Raskal pulang pun akan terasa lama, oleh karena itu Arshe memilih untuk keluar rumah, entah pergi ke mana, yang jelas tidak akan jauh dari daerah rumah Raskal. Arshe tahu ia tidak bisa pergi jauh-jauh, karena besar kemungkinan ia akan bertemu orang-orang yang mengenalnya, yang mana bisa membuatnya harus menghadapi sesuatu yang jelas ia hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...