32. The Shoulder to Cry

280 32 6
                                    

Arshe terbangun dengan keadaan berbeda. Jelas sekali jika pagi ini ia tidak terbangun di kamarnya, melainkan berada di kamar tamu milik seseorang yang mana menjadi tumpangannya sejak tadi malam. Arshe sendiri tidak tahu mengapa ia bisa semudah itu menerima tawaran Raskal untuk datang ke rumah pria itu, bahkan menginap di sini. Apakah karena tidak ada pilihan lain selain berada di tempat Raskal? sepertinya memang seperti itu karena tidak ada lagi orang bisa menjadi sandaran Arshe saat ini bukan?

Jadi, bisa dikatakan Arshe jahat sekali, ya? Apakah saat ini ia menganggap Raskal sebagai pelariannya? Pria itu pasti akan menyadarinya jika Arshe telah menceritakan semua yang telah ia alami selama ini, dan Arshe hanya berkeyakinan jika Raskal akan kembali kecewa padanya.

Dan kini, Arshe telah keluar dari kamar dengan penampilan yang sudah rapi, karena ia menyempatkan diri untuk mandi dan berganti pakaian. Untuk kedua kali, Arshe kembali memakai pakaian milik saudari pria itu, dan nampaknya lain kali Arshe akan menggantikan pakaian itu. Ia benar telah merepotkan, bukan?

Lalu dilanjutkan dengan wanita itu yang menghampiri tempat di mana Raskal berada yakni di dapur. Tentu ia tidak akan kesulitan menemukan pria itu, karena sudah terdengar bagaimana suara yang dihasilkan dari kegiatan Raskal dari sini, yang tak lain adalah memasak. Kemungkinan besar Raskal sedang memasak sesuatu yang menjadi sarapan Arshe pagi ini. Sekali lagi, Arshe benar sangat merepotkan pria itu, bukan?

"Kal," tegur Arshe memilih untuk menghampiri pria itu yang ternyata sudah berada tahap penyelesaian dalam kegiatan memasaknya.

"Oh, Arshe," jawab pria itu memberikan senyum tipis. "Bentar lagi sarapan jadi, kamu bisa tunggu dimeja makan," lanjut Raskal lagi yang mana masih menyelesaikan tahap terakhir acara memasaknya pagi ini.

Namun, bukannya menurut, Arshe malah tetap berada di tempat itu dan kini malah duduk di meja pantry yang kebetulan juga memiliki stool yang rupanya menjadi pelengkap pantry di sana mungkin sekaligus menjadikan meja panjang itu layaknya meja minibar. Dan wanita itu memilih untuk menopang dagunya untuk memerhatikan kegiatan Raskal saat ini.

"Aku baru tau kalau kamu serapi ini dalam nyiapin makanan," komentar Arshe melihat bagaimana Raskal yang begitu teliti dalam menyiapkan makanan bahkan walau hanya sebuah nasi goreng sekali pun. Pria itu sudah seperti menyiapkan makanan mewah yang membutuhkan waktu lama hanya untuk menyajikannya.

Raskal yang mendengar itu lalu mengangkat sedikit kepalanya untuk melihat Arshe di sana. "Memang sengaja. Makanan ini aku buat untuk orang spesial, dan karena itu aku harus siapin dengan serapi dan seistimewa mungkin," lanjutnya lagi yang entah bermaksud bercanda atau apa, yang jelas hanya bisa membuat Arshe tersenyum kecil mendengarnya.

"Kal,"

"Ya?"

"Terima kasih ya, untuk semua yang kamu lakuin sejak tadi malam," kata Arshe akhirnya menyampaikan ucapan itu lagi pada pria itu di sana. "Aku nggak tau harus gimana kalau nggak ada kamu, dan maaf karena udah merepotkan kamu, bahkan aku sampai nginap di sini, pasti kamu sangat terganggu, 'kan?" Karena Arshe pun merasa sangat tidak enak hati pada pria itu, bahkan ia merasa menjadi wanita tidak tahu diri karena dengan seenaknya berada di tempat Raskal yang mana adalah pria yang sempat ia sakiti. Arshe benar-benar merasa jika dirinya adalah wanita jahat, sedangkan Raskal adalah seorang pria yang baik hati karena telah menerimanya walau sempat ia campakkan.

Sementara Raskal tidak langsung menjawab ucapan Arshe tersebut dan memilih untuk menyelesaikan kegiatannya yang sedikit lagi selesai. Ia hanya tidak ingin menunda acara membuat sarapannya dengan obrolan serius mereka hingga ia yakin akan membuatnya berakhir gagal untuk menyiapkan sarapan. Maka dari itu, Raskal memilih untuk merampungkan nasi gorengnya terlebih dahulu, setelah itu menyajikannya di hadapan Arshe.

The Chef's Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang