"Kal? Kamu yang beliin semua ini?"
Arshe datang menghampiri Raskal sambil membawa goodie bag yang mana berisi banyak sekali pakaian wanita, yang mana bisa dipastikan jika pakaian tersebut adalah sebuah pemberian dari Raskal yang entah kapan pria itu lakukan. Bahkan sejak kemarin, Raskal tidak pergi ke mana pun, lalu kenapa bisa pria itu memberikan barang seperti ini? Bahkan Arshe mengetahui merek pakaian itu yang mana hanya ada di pusat pembelanjaan mewah di kotanya. Raskal tidak sedang bercanda, kan untuk memberikannya barang seperti ini?
"Oh, itu." Raskal yang menyadari kehadiran Arshe sejenak menghentikan kegiatannya untuk menatap barang yang tengah di pegang oleh Arshe di sana. "Iya aku yang beli untuk kamu. Kasian kamu pake baju lama punya Rasha, bukannya baju dia bukan selera kamu banget ya, She?" kata pria itu yang mana langsung dijawab oleh gelengan kepala keras oleh Arshe di sana.
"Enggak, Kal. Memangnya kapan aku bilang kalau bilang baju adek kamu bukan selera aku? Bahkan aku bersyukur karna dia bolehin aku pake bajunya. Kamu jangan berlebihan kayak gini, ah! Aku jadi nggak enak," ujar Arshe yang mana sangat tidak nyaman usai mendapatkan pemberian seperti ini dari Raskal. Kesannya ia seperti menjadi tamu yang tidak tahu diri.
Sedangkan Raskal memilih untuk menatap wanita itu dahu berkerut. Nyatanya Arshe menolak pemberiannya ya? Lebih tepatnya wanita itu merasa tidak ingin direpotkan. Namun, memangnya siapa yang repot? Bahkan Raskal senang melakukan itu pada Arshe. Seakan ia menjadi pria yang begitu perhatian pada wanita itu.
"Ya udah, kalau gitu terima aja, She. Toh, aku lakuin ini karena memang aku pengen kasih kamu baju. Tapi baju yang aku kasih, sesuai selera kamu, 'kan?"
Yah, walau masih dalam keadaan tidak enak, nyatanya Arshe tidak bisa berbohong jika pakaian pemberian Raskal memang benar benar seleranya.
"Ya sesuai sih."
"Ya udah kalau gitu selesai permasalahannya. Yang penting baju yang aku kasih sesuai dengan selera kamu dan kamu nggak perlu ngerasa nggak enak karena aku lebih nggak enak kalau kamu malah nolak pemberian aku," lanjut Raskal lagi di sana dengan enteng mengatakan hal itu pada Arshe yang mana sudah berdecak pasrah.
Ya sudah, bagaimana lagi? Kalaupun Arshe menolak pemberian Raskal bisa dikatakan jika ia adalah seseorang yang tidka tahu terima kasih, kalau begitu? Jadi ya sudah.
"Arshe," panggil Raskal di saat Arshe hanya memilih untuk diam sambil memperhatikan kegiatan Raskal yang saat itu tengah membersihkan isi kulkas.
"Ya?"
Raskal memberikan senyum tipisnya karena melihat respon Arshe yang begitu singkat namun terlihat cukup menggemaskan di matanya.
"Pagi ini kamu mau temanin aku ke pasar?"
Karena memang jadwal Raskal untuk mengisi kulkasnya. Biasnaya ia lebih sering berbelanja bahan di super market, tetapi karena hari ini ia sedanh bersama Arshe, maka tidak ada salahnya untuk mengajak wanita itu pergi ke pasar bukan? Raskal yakin Arshe lebih sering ke super market, yang mana hal itu akan terlihat biasa jika ia mengajak Arshe ke sana. Maka dari itu, Raskal ingin mengajak Arshe untuk mencari suasana baru rupanya. Yah, kalau pun wanita itu mau, sih. Raskal tidak memaksa jika Arshe menolaknya.
"Mau."
Dan ternyata jawaban Arshe sesuai harapan, hingga membuat Raskal lagi-lagi menyinggungkan senyumnya di sana.
"Ya udah kalau gitu, siap siap, gih. Nggak usah mandi, karena dipastikan kita di sana bakal bau ikan."
***
Arshe hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah, di saat ia telah disuguhkan oleh pemandangan yang jauh dari dugaannya. Kata pasar yang menurutnya super market versi tradisional yang mana dilakukan di tempat terbuka yang sistem pembelian pun bisa dilakukan secara tawar menawar. Arshe tahu itu dan dia pun pernah pergi ke pasar dulu bersama ibu, dan nampaknya sudah beberapa tahun terlewati Arshe tidak pernah menginjakan kakinya ke tempat itu lagi. Hingga ia tidak menyangka bahwa banyak perubahan di tempat umum ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...