Raskal hanya menatap datar rak besar yang berisi berbagai macam bahan baku makanan di depannya. Sudah beberapa kali Raskal terhenti dalam langkahnya, hanya karena pikirannya yang terasa blank sesaat.Sulit bagi Raska untuk menyembuhkan luka di hatinya. Masih terbayang wajah Arshe di pikirannya, begitu pula bagaimana kenyataan yang masih tidak bisa ia terima sampai saat ini.
Benarkah Arshe sudah dimiliki orang lain?
Takdir yang awalnya telah Raskal yakini jika keduanya akan bersama hanya lah omong kosong belaka?
Raskal tidak bisa kembali bersama Arshe? Menghabiskan waktu seperti dulu?
Hal itu yang terus berputar di kepala Raskal hingga ia tidak bisa mengontrolnya sendiri. Raskal tidak memiliki cara lain selain kembali mengonsumsi alkohol di mana sudah beberapa tahun tidak pernah ia sentuh. Hanya untuk melepaskan bayangan Arshe, Raskal rela melakukan itu. Namun, nyatanya tidak semudah itu. Bayangan Arshe semakin melekat hingga membuat Raskal menciptakan kegaduhan.
Raskal berdecak saat mengingat bagaimana tempo hari ini sempat melakukan keributan di sebuah bar. Jelas saat itu ia sedang tidak sadar sepenuhnya, dan berakhir menghajar seseorang yang bahkan tidak Raskal kenal.
Hal itu disebabkan oleh dirinya yang terlalu memikirkan Arshe, hingga membuatnya seakan buta untuk menyadari kewarasannya. Raskal tahu dia begitu berlebihan dalam mencintai Arshe, harusnya pula ia sadar diri bukan? Sehatusnya Raskal tetap teguh dalam pendiriannya untuk tidak lagi jatuh cinta. Harusnya sejak dulu ia tetap merasa tidak pantas. Bukan malah berharap sesuatu yang nyatanya tidak akan bisa ia dapatkan.
Raskal mengambil beberapa sayur yang berada di rak tersebut, memasukannya ke dalam troli yang isinya belum begitu banyak. Raskal hanya ingin mengisi kulkas di rumah, mengingat keadaan rumah cukup begitu tidak terurus karena Raskal sibuk dengan dunia kesedihannya sendiri sejak kemarin. Oleh karena itu Raskal berinisiatif untuk memperbaiki keadaan rumah, setidaknya dengan mengisi dapurnya.
"M-maaf—"
Hendak mengambil satu buah paprika segar, namun nyatanya tangan Raskal harus bersentuhan dengan tangan milik seseorang yang ternyata juga menginginkan paprika yang sama. Raska hanya menarik tangannya kembali, hendak menggumankan kata maaf namun terhalang karena mendapati siapa sosok yang ternyata menjadi orang yang lebih dulu menyentuh paprika tersebut.
Arshe. Tidak salah lagi. Wanita itu yang kini nyata dalam pandangan Raskal berada di sana. Tepat di sebelah Raskal yang mana keduanya sempat bersentuhan secara tidak sengaja.
Mendadak wajah Raskal menjadi kaku saat pandangan mereka bertemu, begitu pula dengan Arshe yang langsung memasang wajah sendunya melihat Raskal di sana.
Tidak ada obrolan yang mereka ciptakan, karena keduanya hanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang tidak berbeda jauh, hanya menampilkan kesedihan. Baik Raskal maupun Arshe tidak pernah memperlihatkan raut kesedihan mereka satu sama lain, namun kali ini berbeda. Keduanya nampak sama, menyimpan luka maupun perasaan menyesal.
"Kal—"
"Arshe. Udah selesai cari sayurnya?"
Moment itu harus terganggu oleh kedatang sosok yang menjadi biang utama dari kerisauan Raskal. Raskal hanya menatap semakin nanar di saat Eros datang, menghampir Arshe dengan menampilakan wajah seolah adalah pria yang paling bahagia di bumi. Raskal hanya menatap diam saat Eros merengkuh pinggang Arshe untuk lebih mendekat ke arahnya.
Sial. Pria itu berniat membuat Raskal terbakar api cemburu, huh?
Ingin rasanya marah tapi Raskal harus sadar diri jika dirinya bukan siapa-siapa di antara orang itu. Dirinya hanya orang yang mencintai sosok wanita di depan, dan sialnya tidak akan pernah mendapatkan balasan yang setimpal. Sebut saja Raskal adalah pria malang untuk saat ini.
"Raskal?" Eros menyadari kehadiran Raskal langsung menegur pria itu dengan memberikan tatapan cukup terkejut. "Wah, ternyata kamu juga ada di sini. Sedang belanja untuk restoran?" tanya Eros seraya menatap troli milik Raskal yang masih sepi dari bahan baku itu.
"Nggak, cuma beli sedikit bahan untuk ngisi dapur," jawab Raskal memaksa jika dirinya pun sedang terlihat biasa saja di depan pria itu, walau pandangannya selalu teralih pada Arshe yang kini menunduk menjauhi pandangan Raskal.
Sementara Eros, satu-satunya orang yang tidak menyadari kecanggungan antara Raskal dan Arshe itu memberikan senyum lebar pada Raskal.
"Ngomong-ngomong saya belum bilang terima kasih sama kamu, tentang malam kemarin. Terima kasih sudah menghubungi Arshe malam itu," kata Eros lagi yang tidak melupakan jika beberapa hati lalu ia sempat merasa kacau dan Raskal lah saksi atas kekacauannya malam itu yang mana adalah orang yang secara tidak sadar mendengarkan keluh kesahnya.
"Oh sama-sama." Raskal menjawab denahn memberikan senyum kecil namun tidak bermakna apa-apa. "Lalu, apa semua permasalahanmu sudah teratasi?" Sengaja ia bertanya seperti itu, karena ingin mengetahui bagaimana kondiri ruamh tangga kedua orang di sana, melalui Eros tentunya.
Dan ternyata Raskal salah untuk menanyakannya pada Eros. Karena jawaban pria itu malah semakin membuat hati ya tertusuk semakin dalam.
"Semua sudah berjalan dengan baik. Ya 'kan, Arshe?"
Walau Raskal berharap Arshe menjawab dengan gelengangan kepala, tetap saja ia tidak bisa mendapatkanya. Ia hanya bisa mendapatkan di mana Eros terus menatap penuh cinta pada wanita itu. Membuat dada Raskal semakin sesak untuk menyadari satu hal lagi.
Eros begitu mencintai Arshe. Sama seperti dirinya. Dan Eros adalah pemenangnya. Bukan Raskal.
***
Raskal pulang dengan tangan kosong di mana ia membatalkan semua barang yang hendak ia beli. Ia meninggalkannya begitu saja di tempat rak yang menjadi tempat terakhirnya bertemu Arshe dan Eros. Raskal berpikir ia tidak bisa melanjutkan kegiatannya di kala dadanya semakin sesak dan juga perasaan cemburu itu semakin menjadi.
Payah. Raskal memang payah untuk bertahan. Ia adalah pria yang begitu lemah hingga tidak kuasa untuk menahan perasaanya sendiri. Dan ini sudah terhitung beberapa kalo, di mana Raskal memilih untuk melakukan hal yang sama seperti sebelumnya ia lakukan saat meratapi kesedihannya.
Kali ini tidak ditemani oleh alkohol, atau minuman sejenis yang memabukan. Kali ini Raskal tidak memiliki apa-apa, karena hanya ada air mata yang turun dari pelupuk matanya.
Arshe dan Eros pasti sedang berbahagia di rumah mereka, bukan?
Sekelebat bayangan Arshe dan Eros yang saat itu berjalan meninggalkan Raskal. Bayangan itu rupanya semakin menjadi di saat Raskal sudah sampai di rumah.
Tidak bisa ia bayangkan, bagaimana kedua orang itu menghabiskan waktu untuk tertawa bersama. Eros yang selalu melihat Arshe setiap harinya, mendapatkan perhatian tulus dari wanita yang Raskal cintai itu.
Adapula bayangan yang terjadi di pikiran Raskal, di mana kedua insan itu masing-masing saling menyatakan cinta. Arshe dan Eros menghabiskan waktu mereka untuk bercinta sebagai bentuk ikatan cinta keduanya.
Hanya bisa membuat Raskal tersenyum dengan mirisnya di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chef's Love ✔️
RomanceBagi Raskal, menjadi juru masak selama empat tahun ini tidaklah mudah. Banyak rintangan, terutama pada keahliannya yang selalu disepelekan oleh sang atasan. Hidup Raskal cukup miris sejak dulu. Sempat berpikir jika kemirisan itu terus berlanjut sel...