16. The Mentor

367 35 0
                                    

"Arshe?"

Raskal sampai terkejut sendiri mendapatkan kehadiran Arshe yang kini telah berada di depan rumahnya. Arshe datang tanpa mengabarinya lebih dahulu, jelas membuat Raskal bingung.

"Hai, Kal." Wanita itu menyapa dengan menyinggungkan senyum tipis. "Maaf ya, malam-malam aku ke datang ke sini, ganggu kamu, ya?"

"Oh tentu enggak!" sangkal Raskal dengan cepat memberikan pernyataan jika kehadiran Arshe sama sekali tidak mengusiknya, walau saat itu ia sedang berada di waktu ternyamannya melihat majalah. Tetapi, bukankah akan lebih nyaman jika ia ditemani oleh sang model majalah itu sendiri? Hm.

"Hm, ada sesuatu?" tanya Raskal usai berdeham menghilangkan kecanggungannya karena baru saja Arshe menengok pada majalah yang ada ditangannya.

"Engga, sih, cuma kata Made, kamu kepilih jadi model restoran kamu ya? Buat jadi bintang iklan?"

Jujur saja Raskal sudah menyumpahi Made dalam hati. Bisa-bisanya pria itu bocor mengenai hal itu pada Arshe! Raskal akan mencincang pria itu besok, tunggu saja!

"Ya begitu lah." Raskal hanya menjawab dengan ringisan kaku di sana.

"Terus kamu udah ada persiapan belum?" tanya Arshe yang seketika membuat kening Raskal berkerut.

"Persiapan apa?"

"Menjadi model itu perlu persiapan, Kal. Nggak boleh kaku di depan kamera dan harus improve. Aku yakin kamu pasti masih kesulitan jika nggak tau hal-hal dasar sebelum melakukan pemotretan." Arshe menjelaskan. "Ngomong-ngomong aku juga diberitahu Made tentang ini, em, kalau kamu nggak keberatan, kamu boleh, kok, aku ajarin gimana caranya menjadi model. Gimana mau?"

Sebuah penawaran yang tidak boleh ditolak Raskal hanya karena gengsi. Lupakan gengsi sejenak dan mari terima tawaran itu, Kal! Ini adalah waktu di mana ia bisa menghabiskan waktu bersama Arshe. Kapan lagi?

***

Malam ini Raskal tengah disibukkan dengan berbagai macam gaya baru yang pertama kali ia ketahui jika gaya gaya tersebut adalah sebuah bentuk dalam pekerjaan seorang model. Hal baru bagi Raskal karena ia pun baru tahu jika jadi model ataupun bintang iklan bukanlah Hal yang mudah. Berkali-kali Arshe menginstruksikan mengenai gaya tubuh dan wajahnya agar terlihat bagus di kamera. Katakan saja Raskal kesulitan. Namun, ia tidak akan menyerah begitu saja. Tidak ingin ia terlihat putus asa di depan Arshe. Dia ingin menunjukkan hasil terbaik di depan wanita itu.

"Kal, kayaknya ekspresi muka kamu masih keliatan kaku. Nanti kalau di depan kamera, usahakan kamu tampil senatural mungkin, ya."

Yah, memang bisa dikatakan Raskal masih buta dalam hal mengekspresikan wajah. Dia belum pernah berakting di depan kamera sebelumnya, maka dari itu Raskal masih terlihat canggung dalam menjalankan tugas barunya. Well, padahal ia baru latihan, bagaimana nanti jika benar-benar berakting? Bisa-bisa Raskal kena marah oleh sutradara atau apalah itu, karena tidak pandai berlakon di depan kamera.

Dan kini, Raskal dan Arshe memutuskan untuk menyelesaikan latihan akting Raskal, dan keduanya memilih untuk bersantai ria di teras rumah Raskal sembari menikmati teh dan juga camilan.

"Aku nggak tahu kalau akting bakal sesulit itu." Raskal menyahut sambil menatap pemandangan depan yang memperlihatkan taman kecilnya di sana.

"Hm, memang. Bahkan bisa dikatakan, akting lebih sulit daripada memasak, loh!" Arshe membalas dan Raskal tentu saja menyetujuinya. Tentu saja ia akan lebih memilih memasak sepuluh menu dalam satu hari daripada harus menjadi bintang iklan.

"Tapi, kalau sudah terbiasa pasti terasa mudah, kok, Kal. Apalagi kalau kamu sudah dapat apresiasi dari orang-orang terhadap akting kamu, pasti kamu bakal merasa puas dan nggak menutup kemungkinan kamu bakal ketagihan berada di depan kamera," jelas Arshe sembari menyesap teh buatan sang chef di sebelahnya.

The Chef's Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang