01

28.2K 1.8K 14
                                    

Seorang gadis bertubuh kecil tak berwarna meringis di alam bawah sadarnya. Ia berusaha menggerakkan tubuh namun tidak bisa. Semuanya kaku dan terlalu sakit untuk digerakkan.

"DOKTER! PASIEN TELAH SADAR!" Suara teriakan samar - samar berdengung pada gendang telinganya. Ia meringis pelan, menghasilkan suara "Sssh."

"Apa anda bisa mendengar suara saya?" perlahan namun pasti cahaya mulai memenuhi rentina matanya lagi. Terlihat seorang bapak tua berkacamata sedang mendekatkan wajahnya.

"Sekali lagi apakah anda bisa mendengar suara saya?" perlahan gadis itu mengangguk.

"Syukurlah, Angel bagaimana? Ada yang sakit?" yang dipanggil Angel kembali mengangguk.

"Perlu painkillers?" Angel menggeleng. Dokter tersebut tersenyum. Kemudian Angel mendapatkan sedotan di bibirnya, ia menyesapnya membuat beberapa cairan membasuh tenggorokannya. Lega rasanya. Matanya kembali melihat ke arah mulut dokter yang berkomat - kamit membacakan diagnosanya.  Angel tidak bisa fokus. Matanya berjalan kesana kemari.

"Tahun berapa ini?" dengan lirih Angel bertanya. Namun tidak ada suara yang keluar melainkan hanya uap udara pada masker oksigen yang menutup hidung dan mulutnya.

"Ada apa Angel?" Dokter perlahan membuka masker oksigen tersebut. Berhati - hati agar tidak menyakiti gadis yang terlihat remuk itu.

"Tahun, tahun berapa ini?" tanya Angel dengan suara lirih. Sang Dokter mendekatkan telinganya pada bibir pucat pecah pecah milik Angel.

"Tahun? 2018," Dokter terlihat bingung, sedangkan mata Angel membelalak panik. Jari - jarinya bergerak tak karuan, nafasnya mulai memberat kembali.

"Angel, hey Angel, tenanglah," Dokter tersebut terlihat panik. Segera masker oksigen kembali dipakaikan pada Angel. Segala cara dilakukan agar gadis itu bisa tenang.

"Suntikan segera!" Dokter berteriak panik menjadi hal terakhir yang ia dengar sebelum mata Angel menutup kembali.

"Ada apa dengannya?"

.

.

Angel kembali membuka matanya setelah 2 jam disuntikan sesuatu oleh sang dokter. Angel melihat keselilingnya, ruangannya terlihat lebih sederhana dengan hanya ada beberapa alat medis yang sekiranya diperlukan. Angel menghela nafas memahami situasi. Semesta tidak bercanda kepadanya. Dirinya benar - benar kembali pada masa lalu. Bahkan kejadian pun sama seperti kehidupan lalunya.

Di mana ia didorong oleh Deshire dari atas gedung sekolah menyebabkan dirinya terbaring koma selama hampir satu bulan sebelum membuka mata dengan pemandangan dokter memeriksa dirinya. Bahkan dokter yang memeriksa dirinya sama seperti di kehidupan lalunya, dokter Ray. Tangan Angel yang hanya menyisakan infus bergerak menjambak rambutnya. Tidak ada sensasi apapun ketika perban putih yang membalut kepalanya kembali mencetak warna merah, yang ia rasakan adalah rasa ingin berteriak melepaskan semua emosinya, namun tidak satupun suara keluar dari bibir pucat itu.

Air mata mulai meluruh dari kedua mata sayunya. Ia tidak ingin kembali. Ia tidak ingin mengulang kesengsaraan hidupnya. Semesta benar - benar jahat kali ini. Bukankah Semesta sudah melihat bagaimana tersiksanya ia hidup di neraka yang berkamuflase menjadi rumah? Atau bagaimana batinnya menangis ketika dirinya disiksa para iblis yang memakai topeng 'keluarga'? Bahkan ingatan masa lalu tidak dibuatnya lupa. Semesta yang kejam.

"ANGEL! DOKTER!" Angel tersentak akan suara yang menggelegar masuk ke dalam gendang telinganya. Matanya membelalak panik, ia mengenali suara ini. Suara yang sama persis dengan kehidupan sebelumnya.

Aston Stanley, kakak kembarnya.

Tidak! Mau apa dia kemari! Tidak seharusnya alur berjalan secepat ini! Alur hidupnya yang ia ingat, ia akan dimarahi dengan alasan 'menuduh Deshire mendorongnya'  akan terjadi setelah ia keluar dari rumah sakit. Namun sekarang? Bahkan ia belum 24 jam sadar dari komanya. Tangannya yang menjambak rambutnya beralih menutup telinga, memukulnya beberapa kali berharap suara Aston yang masih berteriak "DOKTER!" itu menghilang.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang