46

4.7K 528 43
                                    

Selamat Paskah bagi yang merayakan 🍬🐰🌺!!

Perkataan Angel disampaikan ulang oleh Aston kepada kedua orang tuanya. Bersyukurlah otak kedua orang itu bekerja. Anthony sekarang sibuk mengatur jadwal dirinya dan juga istri dan anaknya bertemu dengan seorang ahli. Aston juga menemani Adeline untuk memeriksa kesehatan setelah memberinya harapan palsu bahwa Angel akan pulang saat ulang tahun.

Sudah hampir menginjak hari dimana si kembar akan berkurang usia, tetapi Angel masih belum memberikan kepastian apakah ia akan pulang saat ulang tahun atau tidak. Aston setiap hari tidak lelah bertanya dan membujuk. Secara langsung atau lewat pesan singkat. Aston juga sudah bercerita tentang keluarganya yang sudah mulai bertemu psikiater bahkan sang Ayah sudah menerima pengobatan.

Deshire kini hidup lebih tenang berusaha melupakan apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Sudah hampir dua minggu hukuman terakhir yang ia terima, ia belum mendapat perlakuan macam - macam lagi dari keluarga itu. Deshire cukup was - was dengan keadaan ini. Keadaan sangat tenang bahkan Dion belum melaporkan kejanggalan yang dilakukan oleh Anthony lagi.

Deshire belum sempat melihat aset - aset yang sudah ia pindahkan atas namanya. Dion akhir - akhir ini cukup sulit dihubungi karena alasan ulang tahun tuan muda keluarga Stanley. Namun, Dion mengatakan keadaan cukup terkendali dan belum menerima kecurigaan lagi.

Deshire juga tahu tentang pengobatan mental yang dilakukan keluarga itu. Dalam seminggu, Deshire bisa melihat anggota keluarga tersebut secara rutin bergantian pergi ke rumah sakit. Kesehatan Adeline sudah cukup baik, namun tidak memanfaatkan kondisi tubuh yang baik itu untuk menghukum Deshire. Entah Deshire yang memang tidak menyulut emosi atau Adeline saja yang tak ingin.

Atau keadaan akan kembali seperti dulu?

Hari ini, tepat satu minggu sebelum ulang tahun si kembar. Angel bersembunyi dalam flatnya,

beberapa hari Aston semakin gencar mendatanginya bahkan sampai mengikuti ke flat. 

Angel berencana memanggil Stefanus untuk menemaninya. Ia ingin memanggil Key dan Queen juga tapi..

Biarkan orang yang kasmaran menikmati debaran.

Jika melihat waktu, Stefanus seharusnya datang setengah jam lagi. Tetapi Angel sudah dikejutkan dengan ketukan pada pintu flatnya.

"Kau begitu cepat!" ucap Angel seketika pintu ia buka" Stefanus menyengir dan merentangkan tangan meminta Angel masuk ke dalam rengkuhannya. Angel menurut.

Jangan terkejut. Ini adalah hal yang biasa. Selama sebulan ini mereka sudah berpeluk, berpegang tangan, mengusap kepala satu sama lain, ataupun bersuap- suapan. Semua hubungan yang biasa teman lakukan.

Ya, teman.

Teman baik.

Teman yang sangat baik.

[......]

Keduanya menghabiskan waktu 10 detik berdiri di depan pintu sebelum masuk ke dalam flat milik Angel setelah melepas sepatu.

"Aku membawa roti bakar kesukaanmu, " Angel berbinar melihat roti bakar yang dimaksud sudah disiapkan Stefanus. Pemuda itu dengan cekatan mengambil piring menaruh roti yang masih hangat di atasnya.

"Aku membelikan rasa kacang, kau harus coba," Stefan mengambil potongan kecil dengan sendok dan menyuapi Angel. Gadis itu menerima saja apa yang masuk dalam mulutnya dan memotongnya menjadi bagian - bagian kecil dengan gigi.

"Bagaimana? Enak?" Angel mengangguk setelah mengunyah. Stefanus memberikan sendok dan mengusap rambut Angel dengan tangan kosongnya.

"Habiskan," ucap Stefan.

Menit - menit setelahnya mereka hanya hening dengan suara kunyahan Angel yang menjadi satu - satunya sumber suara. Stefanus menyaksikan pemandangan Angel makan dengan lahap sembari tertawa. Kebiasaan makan cepat Angel belum bisa dihilangkan.

"Kelinci kecil makan dengan lahap," Stefanus mengeluarkan suara pura - pura untuk meledek gadis yang pipinya mengembung karena sedang mengunyah. Angel menatap tak suka membuat Stefanus tersenyum puas.

"Akhir - akhir ini kelinciku terlihat tertekan. Ada apa?" Stefanus menopangkan dagu pada telapak tangan, menunggu kunyahan terakhir dari Angel.

"Aku akan ulang tahun," Angel menghela nafas malas, meletakkan alat makan di atas piring yang bersisa sejumput selai.

"Bukankah itu suatu hal yang menyenangkan? Mengapa menghela nafas seperti itu?" tanya Stefanus sambil mencubit hidung yang mengeluarkan suara besar berkali -  kali.

"Aku diminta untuk pulang, aku dilema," Stefanus mengangguk, mulai mengerti apa yang memberatkan pikiran gadisnya.

Eh.. Teman kelincinya..

Ya, kelinci kecil..

"Kau ingin pulang atau tidak?" Angel mengangkat baju. Ia menunduk memainkan jari - jari tangannya untuk menghindari tatapan menunggu dari Stefanus. Perlahan permainan Angel pada jarinya ketika Stefanus menggenggamnya kuat, lebih memerintah Angel untuk menjawab.

"Hanya saja, aku penasaran apa yang terjadi di sana. Aston terus berkata bahwa mereka sudah melakukan pengobatan, aku penasaran apakah itu benar atau hanya sebatas omongan saja. Tetapi, aku masih belum yakin untuk menginjakkan kaki di sana, aku takut ditahan," ucap Angel menyampaikan keraguannya.

"Untuk saat ini kau benar - benar bingung atau sudah menemukan pilihan?" Angel menggeleng.

"No clue," ucapnya.

"Ini ulang tahunmu yang ke-17. Sudah sewajarnya mereka ingin melihatmu di hari spesial itu. Hari dimana kau sudah mendapat identitas resmi di hadapan negara," Stefanus menjelaskan pendapatnya.

"Datanglah ke rumah itu. Aku tidak mengatakan pulang karena kau bisa mampir di sana untuk beberapa waktu dan kembali ke flat milikmu," ucap Stefanus. Pemuda itu sempat tidak sengaja mendengarkan percakapan Aston dengan seseorang di telepon dan terus menerus mengatakan tentang hadiah. Stefanus ingin Angel mengetahui apa hadiah yang dimaksud oleh Aston. Mungkin itu bisa sedikit mengobati luka batin yang disembunyikan semakin dalam oleh Angel.

"Apakah kau ingin menemaniku?" Angel menatap Stefanus memohon.

"Kelinci kecilku tidak berani sendiri? Tenang saja, kakak peri akan selalu menemani," Stefanus mengusap wajah Angel dan mencubit pipinya keras. Angel mengaduh dan meringis, memukul tangan Stefanus agar terlepas dari wajahnya.

"Kemari, beri kakak peri pelukan," Stefan merentangkankan tangan, dan menarik gadis itu agar menyender pada dadanya.

"Jangan takut, kau sudah bertumbuh lebih banyak dari sebelumnya," Stefanus mengusap pelan kepala Angel yang sudah nyaman di dadanya.

"Kau hebat, bertahan sendiri di sini, masalah seperti itu bukan tandinganmu lagi, " lanjut Stefanus tanpa menghentikan gerakan tangannya.

Perlakuan seperti ini sering Angel dapatkan dari Stefanus sebagai pemulih kepercayaan diri. Stefanus akan memeluk dan mengucap pujian untuk Angel selama beberapa menit setiap kali wajah Angel terlihat tertekan.

"Kau juga hebat," Angel berceletuk tiba - tiba. Stefanus berdeham meminta kejelasan dari ucapan tersebut.

"Kau sabar menunggu jawabanku dan tetap di sini meskipun digantungkan tanpa kepastian," tangan Angel merambat ke punggung Stefanus dan memeluk pingangnya erat.

"Aku tidak menyangka kau bisa bertahan begitu lama. Aku mengira kau akan pergi ketika tidak mendapat jawaban. Terima Kasih sudah ada di sini, jangan pergi. Aku tidak mau," ucapan Angel menghentikan gerakan mengusap yang tadi dilakukan Stefanus. Jannting Stefanus seketika tidak berfungsi normal. Detaknya begitu cepat dan kencang.

"Aku janji akan memberikan jawaban secepatnya. Jangan pergi dulu," Angel semakin dalam menyembunyikan kepalanya pada dada Stefanus.

"Kau mengikatku, bagaimana aku bisa meninggalkanmu?"

Terima kasih sudah baca ❤
Boleh minta vote dan komennya?
C u later!!

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang