34

5.7K 610 36
                                    

Selamat membaca <3

Pagi ini Angel kembali berhasil melarikan diri dari keluarganya dan sampai di sekolah dengan selamat. Namun, kali ini keluarga itu tak kalah pagi juga menyusulnya, baru saja ia akan menaki lift seperti kemarin, sang kakak sudah berlari seperti orang kesetanan menyusul Angel. 

Lagi dan lagi perdebatan tidak bermutu mereka lalui dan berakhir seperti kemarin. Bekal di tangan Angel dan juga uang saku dari kakaknya yang kaya itu. Angel sedikit puas dengan jumlah uang saku yang ia kumpulkan dua hari ini. Ia tidak pernah memegang uang dengan jumlah yang cukup banyak sebelumnya. Aston juga tidak main - main memberikan uang saku kepada sang adik kembar, untuk Angel uang saku yang ia dapatkan bisa membuat ia kenyang dalam waktu dua bulan. 

Saat ini Angel dengan puas menaruh tas bekal bergambar kucing Marie di lantai kelasnya dan perlahan mengambil posisi duduk di kursinya.  Tangannya merogoh tas sekolah yang ia gunakan untuk mengambil uang yang belum sempat ia gunakan kemarin, kemudian mengumpulkannya menjadi satu dan menghitungnya. 

"Oho, Angel! Kau menjadi kaya dalam sehari?" Angel terkejut dengan suara yang menginterupsi apa yang sedang ia lakukan. Tangannya bergerak menyembunyikan uangnya namun segera berhenti melihat siapa pemilik suara. 

"Queen," panggil Angel sembari mengeluarkan helaan nafas lega. Queen menaikkan alisnya untuk menyapa sebelum duduk di meja Angel. 

"Kau sibuk mengumpulkan uang sebelum bermain bersama kami?" Queen menoel uang kertas dalam genggaman Angel membuat kertas tersebut bergoyang. Angel segera mengamankan hartanya.

"Aku tidak akan mengambilnya, aku lebih kaya," ujar Queen sembari mencebik melihat Angel yang cepat - cepat memasukkan uangnya kembali ke dalam tas. Angel tersenyum kecil. 

"Ada apa, mengapa menghampiriku?" tanya Angel. 

"Kita harus pergi hari ini, aku sedikit tidak tahan dengan rambutmu itu," ujar Queen sembari mencoba untuk memegang rambut Angel. Gadis itu tersenyum menahan rasa tersinggung dalam hati. 

"Kita harus memperbaikinya sesegera mungkin," lanjut Queen sembari memainkan rambut temannya. Sesekali ia lipat, sesekali ia tarik perlahan. 

"Dan kau harus memastikan bahwa tidak ada bapak tua itu lagi untuk menghentikan kita!" Queen terdengar sangat kesal ketika mengatakan hal itu. 

"Tidak berjanji," Angel mengangkat bahu, ia sendiri tidak yakin akankah Anthony menyusulnya kembali setelah pulang sekolah seperti hari - hari sebelumnya. Karena ia tahu, mereka tidak mengenal kata, 'Tidak.' Keluarga manja itu terbiasa dituruti segala kehendaknya. 

"Sungguh aneh ya, melihatmu dikejar keluarga kaya seperti itu," Queen sedikit mencondongkan tubuhnya tanda ia sedikit tertarik dengan percakapan ini. Angel sendiri mulai merapatkan punggung pada sandaran kursi hingga tak ada celah udara. 

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Queen, Angel menatap gadis di hadapannya seperti mahluk teraneh di dunia ini. Apakah seorang teman memang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi tentang temannya yang lain? Angel tidak pernah tahu, mungkinkah ini sesuatu yang normal dalam pertemanan?

"Perasaan apa?" Queen menghela nafas malas dengan pertanyaan Angel. Gadis yang diberikan helaan nafas itu bingung, ia tidak merasa salah. 

"Cerita tentang kau mengejar cinta keluarga itu sudah beredar sejak lama. Bagaimana perasaanmu ketika keadaan berbalik?"

"Mengapa sangat ingin tahu?" Angel mencebik membuat Queen tertawa. 

"Hanya penasaran, aku suka cerita seperti ini. Bagaimana perasaanmu? Apakah kau puas? Atau senang?" tanya Queen antusias, Angel sampai berdesis merasa ngeri. 

"Tidak keduanya," jawab Angel membuat Queen seketika kecewa. 

"Aku merasa aneh saja," lanjut Angel membuat Queen lagi - lagi mencondongkan tubuh. 

"Mereka yang membenciku sampai mati tiba - tiba bersikap seperti itu. Itu, aneh." 

"Itu sebabnya kau ingin menjauh? Kau tidak nyaman dengan perasaanmu?"

"Ya, mungkin. Selain itu, aku tahu mengejar mereka juga merupakan salah satu kebodohan, aku tidak boleh bersikap bodoh seumur hidup kan?" Angel entah sadar atau tidak merubah suasana percakapan mereka. Queen sendiri merasa canggung. 

"Jangan berikan tatapan sedih itu," Queen memukul meja Angel untuk sekedar menghilangkan suasana tak mengenakkan ini. Angel sampai tersentak dan menatap kesal anak itu. 

"Sudah! Pastinya kami akan membantu kau melupakan orang - orang itu," Queen berucap dengan semangat berusaha memindahkan energinya pada Angel. 

"Ingat kau harus pergi dengan kami! Jangan khawatr soal uang, kami semua kaya! Sampai ketemu lagi," ucap Queen sebelum melompat dari meja Angel dan melesat pergi. Angel menggeleng saja dengan kelakuan anak itu. 

.

.

"Cepat ! Cepat! Cepat!" Key berusaha membawa Angel pergi dari sekolah sesegera mungkin, anak itu bergerak panik sembari memegangi Angel beserta tongkatnya. Kedua mata anak anjing milik Key bergerak ke sana kemari, memindai sekitar. 

"Tas! Aku saja yang bawakan!" Key yang melihat Angel kesusahan segera mengambil alih tas gadis di sebelahnya sembari tetap menarik Angel. Pemilik tubuh yang ditarik hanya bisa menghela nafas, menghentikannya pun terlalu malas. 

"Key! Di sini!" Key dan Angel serentak menolehkan kepala mereka ke arah sumber suara. Queen di sana berdiri bersama Stefan di hadapan sebuah mobil mewah. Posisi mereka sedikit tersembunyi dengan kedua manusia yang sedikit melipat lutut mereka. 

"Kalian merencanakan ini?" Angel tercengang seketika melihat seberapa pendek Stefanus melipat lututnya. Salahkan mengapa kalsium dalam diri Stefanus begitu tinggi. 

"Sudah kukatakan kami tidak tahan melihat rambutmu," Queen mengambil alih tas Angel dari punggung Key.

"Aku tidak mengatakan hal itu!" Stefanus menyentak ketiga orang gadis dengan tatapan tidak terima. Kemudian pemuda itu menatap Angel sembari menggeleng tanda ia benar - benar tidak mengatakan hal tersebut. 

"Tenanglah, aku sudah mengatakan kepada orang - orang itu untuk—"

"Angela!"

"Cepat masuk!" perbincangan mereka dipotong oleh teriakan memanggil dari kakak kembar sang gadis. Dengan panik, Key berusaha membuka pintu mobil yang terkunci sembari meneriaki Queen agar membuka pintu tersebut. 

"Kuncinya di Stefanus!" Queen memukul punggung Stefan karena kesal pemuda tersebut hanya diam saja. 

"Bukannya kau yang pegang?" Stefan yang tadinya tenang ikut panik berusaha merogoh saku celananya. Angel hampir memutar bola matanya entah untuk kehebohan ketiga orang ini atau untuk tangannya yang sudah ditarik ingga ia berpindah posisi. 

"Kau sungguh pergi bersama mereka?" Aston masih tidak suka dengan keputusan sang adik. Angel tak peduli dan mengangguk. 

"Sudah kubilang untuk tidak ikut campur," ucapan Angel menghentikan kehebohan ketiga orang yang sedang mencari kunci mobil. Mereka terkejut Angel bisa berbicara seperti demikian. 

"Baiklah, tapi kau harus kabari aku. Aku akan menjemputmu, telepon aku jika sudah selesai," ucap Aston menghela nafasnya berusaha tidak meledakkan emosinya. Matanya menatap tajam satu - satunya orang berjenis kelamin sama dengannya. 

"Aku tidak punya telepon genggam untuk mengabari jadi aku tidak akan melakukan itu. Dan bisakah kau lepas, aku akan pergi hari akan gelap," ucap Angel menarik tangannya sendiri. Aston terkejut, ia lupa Angel tidak memilki telepon genggam sepertinya. Saat ia berpikir penyelesaian masalah, Angel sudah berpindah tangan menuju Stefanus yang sedang membukakan pintu mobil setelah kunci mobil yang ditemukan di tas sekolah miliknya. 

"Angel, kau berubah sangat banyak!"

Susah banget nemu mood buat bikin part ini T-T
Makasih sudah baca <3 Boleh yaa minta vote dan komennya!
See u besokk!

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang