Selamat membaca!
"Angel ingat, kau harus menggunakan semua produk yang aku belikan sesuai urutan yang telah Aku dan Key ajarkan! Dalam waktu satu bulan ini kami menunggu perubahan terbaik darimu! Aku akan turun sekarang, Stefan hati - hati berkendara!" ucap Queen sebelum turun dari mobil yang ditumpangi mereka dan berdiri di depan gerbang menjulang menunggu dibukakan.
Tidak ada yang bersuara ketika Queen sudah menghilang. Angel memilin merasa gugup karena Stefan yang duduk dengan kaku di kemudi. Kini hanya tinggal mereka berdua di ruang sempit, Key sudah diantar terlebih dahulu sebelum Queen. Angel merasa Stefan mengendarai mobil ini sangat lama.
"Stefan, apa kau baik - baik saja? Kau berkeringat, apa kau takut dimarahi karena memakai uang begitu banyak?" Angel bertanya dengan nada tak enak. Mengingat entah sudah berapa kali Stefan menekan pin kartu kreditnya untuk membiayai keperluan Angel hari ini. Angel sudah bersikeras untuk menggunakan uangnya dan tidak membeli banyak produk namun tetap saja Queen dan Key tetap menggesek kartu yang bukan milik mereka untuk membiayai banyaknya kantung belanja yang sudah berada di tangan.
"TIDAK!" Angel terlonjak mendengar Stefan yang dengan tiba - tiba berteriak panik. Angel menjadi bingung sendiri sembari mengelus dada.
"Maksudku, tidak!" Stefanus meneguk ludah setelah melakukan tindakan serba impulsif tadi. Tangannya mencengkram stir mobil semakin erat. Angel mencium bau keringat yang samar, kemudian setelahnya ia melihat tangan Stefanus yang mengecilkan suhu pendingin di mobil membuat tubuh Angel yang masih tertutup jaket pemuda itu terasa menggigil.
"Apa kau manusia kutub?" Angel sedikit menyindir sembari mengeratkan reseleting jaket yang ia gunakan. Tangannya ia sembunyikan di dalam lengan jaket kebesaran agar tidak secara langsung terkena angin dingin yang tepat berada di hadapannya. Angel tak mendapat jawaban, ia menengok ke arah pemuda itu.
"Stefanus kau sakit?!" Angel terkejut melihat bagian kerah baju Stefan yang terlihat lembab. Muncul keringat sebesar biji jagung yang terlihat jelas dari dahi Stefanus. Angel bergerak ingin menyentuh dahi Stefan berniat memastikan suhu tubuhnya. Namun sebelum tangan Angel berhasil menyentuh dahi Stefanus, anak itu mengelak secara tiba - tiba dan membuat mobil yang dikendarainya sedikit oleng. Tangan Angel yang tadinya melayang ingin menyentuh dahi pemuda yang lebih tinggi kini berganti menyentuh dadanya sendiri karena merasa jantungnya jatuh hingga ke lambung.
"Kau sungguh sakit? Badanmu tak nyaman, atau ingin berhenti sebentar? Merasa pusing?" Angel merasa Stefan tidak menyentir secara stabil saat ini. Angel jadi khawatir bahwa dirinya yang menjadi alasan tentang ketidak stabilan pemuda itu.
"Tidak, aku hanya... Ah, Tidak!"
"Kau sudah seperti ini sejak di pusat perbelanjaan, apa kau tidak nyaman aku menggunakan banyak uangmu hari ini? Aku akan bekerja untuk menggantinya," Stefanus menggeleng cepat menjawab Angel, dirinya terkesan panik melihat Angel yang seperti tidak percaya diri saat ini.
"Bukan itu, aku hanya, entahlah. Jangan ajak aku bicara dahulu!" Stefanus mencengkram stir semakin kuat seiring warna kulitnya berubah merah. Angel bingung sendiri, ia memegang rambutnya pelan dan memutuskan untuk diam.
Ngomong - ngomong soal rambut, Angel belum terbiasa. Ia bisa mengakui bahwa dirinya puas dengan rambut yang memperbaiki penampilannya saat ini tetapi rambutnya terasa sangat ringan, tidak seperti sebelum - belumnya, banyak bagian rambut yang kasar sering mengenai kulit lehernya dan membuat gatal. Kali ini rasanya nyaman. Angel jadi berpikir, apakah nanti ia tidak bisa tertidur dengan posisi telentang? Apakah posisi menghadap langit akan merusak tatanan rambutnya? Karena ia menghabiskan banyak waktu untuk membuat rambutnya terlihat seperti ini, akan sangat sedih jika rusak karena posisi tidur sembrononya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
Teen FictionTentang Angel, si gadis malang yang mengulang hidup tanpa ingin mengulang kesalahan. Tentang tokoh lain dalam cerita yang ingin memperbaiki kesalahan mereka. Seluruh tokoh dikembalikan untuk menjalankan kehidupan kedua dengan tujuan yang sama namun...