07

20.2K 1.6K 59
                                    

"Aston di mana adikmu?" Anthony mendatangi putranya yang sedang berdiri menggenggam beberapa kertas yang bertumpuk. Tubuh putranya itu dibalut hoodie berwarna hitam dengan celana jeans pendek selutut.

"Ayah? Ibu? Mengapa sudah pulang," Aston menatap ayah dan ibunya yang entah kapan sudah menghampiri dirinya.

"Adikmu? Dia di mana?" Aston sedikit khawatir dengan pertanyaan ayah dan ibunya itu. Apalagi sebelum ia sampai ia melihat ayah dan ibunya itu berbicara dengan Deshire.

"Ayah dan ibu harus tahu, Angel tidak mendorong De—"

"Kami tahu ia tidak akan melakukan itu!" Adeline menyentak sang putra yang tidak memberitahukan jawaban yang ia mau. Adeline sudah bergerak gelisah sejak tadi. Ia ingin memastikan apakah suara yang ia dengar kemarin adalah benar suara putrinya atau hanya halusinasi dari rasa putus asa.

Deshire sendiri membelalak kaget. Tangannya sudah mengepal hinggal memutih. Apakah tak cukup Aston yang menjadi aneh tapi kedua orang tua bodoh itu juga? Mengapa mereka membela gadis sampah itu? Bahkan dirinya belum memberi bumbu pada hambarnya cerita.

"Katakan Aston di mana adikmu, dia di sini kan? Dia baik - baik saja bukan?" Adeline kembali bertanya kepada Aston. Aston sedikit terdiam sebelum mengangguk.

"Aku baru menidurkannya sebelum aku pergi tadi, dia memiliki gangguan tidur, jangan dibangunkan dahulu," Aston menjawab ibunya membuat kedua orang tua itu menghela nafas lega.

"Antar kami kepadanya," Aston masih khawatir, meskipun ia melihat bagaimana hancurnya mereka di kehidupan lalu, ia tidak bisa memastikan apakah mereka benar - benar mengulang waktu saat ini.

"Dia sedang terti—"

"Kami tidak akan menganggu! Antar kami kepadanya!" kali ini Anthony yang menyentak putranya itu. Kakinya bergerak gelisah.

Deshire yang dilupakan itu berusaha menetralkan air wajahnya yang sudah pias. Ia menggigit bibirnya kuat - kuat, berusaha membuat air mata di sela - sela kemarahannya. Air mata selalu berhasil sejauh ini.

"Baiklah.. baiklah.." Aston menaruh kertas yang dibawanya di atas meja di ruang keluarga. Kemudian berjalan mendahului kedua orang tuanya melewati Deshire yang matanya berhasil berkaca - kaca. Namun, apa yang kedua orang tuanya itu lakukan membuat air matanya itu tertahan di kedua matanya, matanya memerah menatap tidak percaya kedua orang tuanya yang melewati dirinya.

Diulang sekali lagi. Melewati dirinya! Sungguh?! Di mana tatapan penuh puja dan cinta itu? Semuanya hilang dalam semalam?!

Tangan Deshire mengepal hingga telapak tangannya mencetak bentuk kuku indahnya.

"Angela!" Deshire menggeram sebelum berbalik berlari menuju kamarnya. Tangannya bergerak mengacak rambutnya frustasi.

"Apakah harus dipercepat?"

...


Aston menaruh telunjuknya di atas bibir. Tangannya membuka gagang pintu dengan pelan. Namun pintu lapuk itu masih bersuara.

Krieet

Aston meringis mendengarnya, kamar Angel gelap, tidak ada lampu tidur yang menemani kegelapan di kamar itu. Anthony dan Adeline mengintip di balik punggung lebar putra mereka. Aston sendiri sedang menimang apakah ia akan menekan saklar lampu atau tidak.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang