51

5.1K 447 8
                                    

I know it's late, but I want to say, Happy Eid Mubarak!!

Telapak tangan sebelah kiri milik Angel berada dalam genggaman Stefanus yang sangat erat hingga tidak ada celah untuk melepasnya. Kecanggungan terjadi diantara ketiga orang itu. Ketiganya menatap satu dengan yang lain secara bergantian sembari berusaha memahami apa yang sedang terjadi.

Pengunjung di tempat makan ini mulai memusatkan perhatian kepada mereka. Beberapa diantaranya sudah berbisik menebak apa yang sedang terjadi. Sedangkan pengunjung yang berada di dekat mereka terlihat melambatkan tempo makan dan duduk menyenderkan punggung berharap suara ketiga orang itu semakin jelas.

"Apa yang kau lakukan?!" Theo menjadi orang pertama yang membuka suara. Theo berusaha memisahkan tangan Angel dari Stefan.

"Aku yang harus bertanya, apa yang KAU lakukan," Stefanus enggan melepaskan tangan Angel dan menatap tajam lawan bicaranya.

Theo tidak mengerti. Mengapa Stefanus yang bertanya seperti itu? Ini adalah acara Theo dengan Angel. Theo sendiri yang merencanakan dan Angel setuju.  Mengapa saat ini Stefan menjadi ribet sendiri?

"Aku? Apa urusannya denganmu?" Theo menantang Stefanus dan melipat tangannya. Bibir Stefanus terbuka dan tertutup beberapa kali saat mencari kata - kata untuk membalas Theo. Tetapi beberapa kali ia membiarkan otaknya berputar, tetap saja jawabannya tidak ketemu.

Karena Stefanus tidak memiliki urusan apapun di sini.

"Tidak ada bukan? Sekarang bisakah kau melepaskan gadis ini? Dia harus makan," Theo tersenyum manis dengan mata yang dipaksakan menyipit. Stefanus menatap Angel, dalam hati ia berharap Angel bisa membantunya.

"Stefan," panggil Theo tidak sabar ketika tangan Angel sampai berkeringat dan belum dilepaskan.

Dalam hati Stefan berhitung, ia menatap Angel penuh penantian. Gadis yang ditatap memandang kosong, otaknya tiba - tiba tidak berfungsi dengan baik, membawa impuls secara lambat.

Satu...

Dua..

Tiga..

Angel masih tidak berbicara, gadis itu kebingungan mencari jawaban dan memilih diam dan menghentikan kerja otaknya. Stefanus lemas, tangannya terlepas dan ia berjalan lesu meninggalkan kedua orang itu. Wajahnya sangat jelek, ia terlihat menua dalam beberapa detik. Matanya jatuh dengan sayu dan tangannya mengelus dada yang terasa sesak.

Stefanus ingin menangis. Hidup yang ia impikan berhasil terkabul dan ia jalani. Tetapi mimpi itu juga ia hancurkan karena ketidak hati - hatiannya. Stefanus membenci Deshire sampai ke tulang, tetapi banyak makian yang ia berikan kepada diri sendiri karena terlalu bodoh.

Angel duduk dengan pandangan kosong, memberikan gerakan bebas pada tangannya untuk mengambil alat makan dan bergerak abstrak pada piring. Angel tidak mengerti apa yang ia rasakan. Angel tidak tahu apakah ia marah, sedih, kecewa, atau terhibur dengan kecemburuan Stefanus. Semuanya sangat abstrak dan bercampur satu sama lain.

Berbanding terbalik dengan perasaan dua orang ini. Satu orang tersenyum senang dengan kepuasan yang melegakan hati. Theo duduk dan menyesap minuman dingin yang ia pesan tadi dengan perasaan ringan.

Sebentar lagi, alur dahulu akan terulang. Theo tidak akan menyia - nyiakannya.

.

.

Selesai makan, Theo mengajak Angel berjalan berkeliling sembari mengenalkan segala hal yang berada di pusat perbelanjaan ini. Angel sudah tahu hampir segala sesuatu yang Theo jelaskan karena ia telah mempelajari terlebih dahulu bersama Stefanus.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang