49

4.8K 472 28
                                    

Selamat membaca..

Deshire dalam masa pemeriksaan, sedangkan Angel dipanggil beberapa kali ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian. Beberapa saksi yang sempat ditutup mulutnya oleh Deshire, mulai membuka suara dan mengatakan apa yang mereka lihat di hari itu. 

Angel kembali tinggal di flat. Keluarga Stanley sempat menyarankan untuk tinggal sejenak di mansion tetapi Angel menolak dengan alasan sedang ingin sendiri. Hingga di sini ia sekarang, berdiri dengan pandangan kosong, mengaduk coklat panas yang membuat uap panas di atas gelas. 

"Awh," Angel menaruh gelas berisi coklat panas itu di meja seketika tangannya terasa tersengat dan terlihat bekas merah. 

"Tidak fokus lagi," Angel merutuki dirinya sendiri sembari membasuh tangan dengan air dingin yang mengalir. Sejak hari ulang tahunnya itu, Angel seringkali ditemukan tidak fokus, beberapa kali kepalanya terantuk pintu kabinet atas ataupun tembok di belakang kasurnya. Kadang juga ia tersandung kakinya sendiri dan membuat memar lutut.

Tok.. tok.. tok..

Angel menghentikan aliran air dari keran dan membuat suara ketukan pintu lebih jelas lagi. Angel mengusap tangan pada pakaiannya untuk menghilangkan air dan membuka pintu. 

Tidak ada siapa - siapa.

Angel melihat ke kanan, kemudian ke kiri, koridor kosong, bahkan terkesan gelap. Bulu kuduk Angel meremang, ia memegang lengannya sendiri sebelum menaruh pengelihatannya pada lantai. Ada sebuah boneka beruang besar dan juga coklat di dalam kotak berbentuk hati dan jangan lupakan tulisan, 'FORGIVE ME!' yang dicetak besar di tangan boneka itu. 

Hal ini bukan satu kali Angel dapatkan, entah sudah beberapa kali setelah hari ulang tahun terburuknya lewat, dan sudah berapa hal yang ia dapatkan secara misterius di depan pintu flat. 

Sebenarnya tidak terlalu misterius, Angel tahu dengan jelas siapa pengirim dari barang - barang romantis ini. Siapa lagi? Tidak lain dan tidak bukan, pemuda bodoh yang sedang banyak salah dengan Angel, Stefanus. 

Angel melihat ke kanan dan ke kiri, melihat sebuah bayangan hitam yang berdiri dan bersembunyi di belakang tembok yang mengarah ke arah koridor berlawanan. Angel menghela nafas kesal dan kemudian menendang boneka beserta coklat tersebut ke sembarang arah. Tidak kencang tetapi penuh dengan kekesalan. 

"Aku sudah tidak berniat minum coklat panas," Angel bergumam sendiri sebelum menaruh gelas berisi minuman yang masih penuh itu ke dalam kulkas. 

.

.

"Angel, apa kau merasa baikan? Maaf aku tidak menghiburmu waktu itu, aku sedang menyiapkan hadiah dan saat aku akan memberikannya, semua sudah berantakan," Angel menghela nafas. Baru saja ia menginjakkan kaki di sekolah, ia sudah dihampiri penganggu hidup terdepan, Theodore. 

"Kau tidak perlu bertanya, kita tidak sedekat itu," Angel menaruh asal buku - buku di dalam loker dan mengeluarkan yang diperlukan. Theo seperti kehilangan diri selema beberapa detik karena hanya memainkan bagian ujung seragamnya. 

"Tapi aku memiliki hadiah-"

"Kau sudah cukup memberikannya. Beruang darimu tidak aku buang," ucap Angel memotong perkataan Theo dan bersikap tidak sopan. Tetapi Angel tidak begitu peduli sekarang, ia memeluk bukunya, menopang tubuh dengan kaki kanan dan menatap Theo dengan kelopak mata yang sedikit jatuh penanda ia sedang malas mendengarkan pemuda ini. 

"Kau menyimpannya?!" Angel sedikit menaikkan bahu secara tiba - tiba karena terkejut. Theo begitu bersemangat dengan mata berbinar seperti anak anjing dan kedua tangannya hampir terlempar ke depan seiring tubuhnya yang dicondongkan ke arah Angel. 

"Aku tidak membuangnya, jadi jawabannya, Iya?" Angel menggunakan nada tidak yakin di akhir kalimat tetapi Theo semakin berbinar dan melangkah maju membuat Angel segera mengambil langkah mundur. 

"Apa kau membawanya tidur? Apa kau memeluknya? Apa dia memberi kenyamanan?" Theo melayangkan pertanyaan yang bertubi - tubi kepada Angel dan membuat gadis itu menggoyangkan kepala merasa lehernya geli. 

"Aku.. meninggalkannya.. bersama Aston," ucap Angel menjeda setiap katanya merasa tidak enak dengan reaksi yang tadi ditunjukkan oleh Theo. Benar saja, anak anjing itu kini menunduk sedih, mata berbinarnya kini jatuh dengan bibir yang mengerucut kebawah. Angel merasa tak enak seketika. 

"Flat terlalu sempit untuk menaruh boneka sebesar itu," ucap Angel berusaha membuat alasan. Sebenarnya boneka itu sempat ia lupakan kehadirannya karena luapan emosii negatif yang sempat dirasakan. Angel juga tidak tahu bagaimana kabar boneka itu. 

"Apakah kau ingin dengan ukuran lebih kecil? Aku yakin mereka bisa membuatnya!" Theo kembali bersemangat. Dengan kaku Angel menggeleng. 

"Ti-" Angel tidak menyelesaikan ucapannya. Di belakang punggung Theo terlihat seseorang yang Angel kenal dan dengan impulsif Angel mengarahkan tangan Theo ke kepalanya dan bertindak seperti seorang teman dekat yang bercengkrama. 

Stefanus, berdiri mematung ketika melihat Angel yang terlihat akrab dengan pemuda yang ia panggil sebagai rival. Tangan Stefan mengepal, ia bergerak ingin menghampiri. 

"Angel?" Theo tidak bisa berkata - kata ketika ia merasakan rambut halus milik Angel yang menggelitik telapak tangannya. Angel memaksakan senyumnya melihat Stefanus yang berjalan mendekat. 

"Apa tadi yang kau katakan?" Angel berusaha bersikap biasa. Stefanus kini berdiri mematung melihat senyuman Angel semakin melebar ke arah Theo. Stefanus merasakan jantungnya jatuh ke lambung dan ia ingin muntah. Ia ingin segera menarik Angel seperti hari - hari sebelumnya untuk memastikan Angel 'bersih' dari pemuda lain. Tetapi jika ia melakukan itu sekarang, Stefan takut Angel akan semakin marah. 

"Tentang hadiah, kau ingin ukuran yang lebih kecil?" jarak Stefan dan kedua orang ini tidak begitu jauh sehingga Stefan masih bisa mendengar dengan jelas. 

'Aku tidak perlu itu.'

"Boleh," Angel mengigit bibir ketika ucapan batin dan bibirnya berbeda jauh. Matanya seakan menyesal mengatakan satu kata tadi. Sedangkan Theo yang tidak tahu apa - apa merasa gembira. 

"Kau ingin pergi bersama sehabis sekolah? Kau bisa memilih secara langsung," Stefanus sekuat tenaga menahan agar kaki tangannya tidak bergerak maju dan menendang bokong Theo. 

"Apa?" Angel bertanya karena ia kurang fokus. Ia melihat dengan jelas gerak - gerik yang Stefanus tunjukkan. Berteman dengan romansa sudan membat Angel mengenal Stefanus. Saat ini, yang Angel bisa baca dari Stefanus adalah tulisan, 'CEMBURU!' yang tidak kasat mata tertulis besar di dahi pemuda itu. 

"Aku bertanya, Apakah kau ingin pergi bersama sepulang sekolah untuk membeli hadiah?"

'Aku tidak ingin pergi denganmu.'

"Ya! Ya, tentu," Angel kembali menggigit bibir. Jangan salahkan dia atas bibirnya yang tidak kooperatif, salahkan Stefanus yang hampir melangkah maju dan membuat Angel panik. Stefanus membuka mulut terlihat tercengang dan tidak terima. Ia memaki Deshire secara brutal dalam hati karena wanita itu, Angel yang seharusnya sudah menjadi seorang kekasih kini akan dibawa pergi oleh pemuda lain. 

Ya, dia sedikit dramatis. 

Angel hanya dibawa pergi untuk dibelikan boneka beruang. 

"Oh! Benarkah?! Kalau begitu aku akan menjemputmu dan-"

"Ide bagus, aku duluan, selamat tinggal," Angel memotong perkataan Theo dan berlari melewati Stefan untuk ke kelasnya. Angel merutuki dirinya selama perjalanan, 'Mengapa aku lakukan itu? Untuk membuat Stefan cemburu?? BODOH!'

"AKU AKAN BERJALAN BERSAMA ANGEL! WOOHOO!!" Theo berteriak, mengepalkan tangan dan melemparkannya ke udara. Ia melompat senang sembari berjalan tanpa melihat kesekelilingnya, beberapa kali ia menabrak pundak siswa lain namun segera meminta maaf sembari tertawa bodoh. Theo terlihat sangat bahagia. 

Tetapi siapapun tolong tahan tinjuan Stefanus sekarang juga!

Thank you for reading..
Boleh yaa minta vote dan komennya <3
See you!!

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang