Hancurnya Keluarga Stanley sudah terlihat. Namun, tidak hanya mereka yang menangis, tetapi Angel juga. Rasa cinta ia kepada keluarganya masih sering menyusup untuk menghancurkan rencananya. Entah seberapa jahat mereka, Angel tidak bisa sepenuhnya benci.
Bukan tidak bisa, tapi belum bisa.
Ia meninggal dalam usia yang bisa dibilang remaja. Ia baru saja legal, perasaannya belum terbentuk secara stabil. Terlebih tubuhnya sekarang, remaja emosional berusia 16 tahun, emosinya seperti menaiki roller coaster yang tidak bisa ia kendalikan.
Ia merasa marah, tetapi kesedihan juga menyeruak membuat ia tidak bisa menentukan apa yang harus ia lakukan selain menangis. Di kamarnya yang dingin, ia menenggelamkan diri dalam selimut dan tak bisa bergerak namun terisak. Bahunya bergetar, terlalu lelah untuk menjadi kokoh.
Angel merasa semesta begitu jahat dengan memberinya kesempatan kedua. Tidak seperti tokoh lain yang bersyukur dengan adanya kesempatan kedua, Angel sangat membencinya. Kesempatan kedua artinya kehidupan kedua dan artinya kesakitan kedua.
Setiap kali Angel mengeluarkan rasa bencinya kepada mereka, wajah penuh harap miliknya selalu terngiang - ngiang. Ia masih mengingat bagaimana rindunya ia dengan rasa kasih sayang. Meskipun bibirnya saat ini berkata, 'tidak perlu,' jauh di dalam hatinya kerinduan itu masih terasa. Namun berbeda dengan masa lalu, saat ini Angel bisa mengendalikan kerinduan itu.
Dahulu ia tidak pernah kehilangan akal untuk memenuhi rasa rindunya. Mulai dari cara termudah hingga cara tersulit sudah ia lakukan. Bahkan ia tak gentar meskipun sudah berulang kali kerinduannya dihancurkan oleh kenyataan. Anak itu masih terus mengejar apa yang bisa memenuhinya.
Tetapi ia tidak bisa berlari terus. Ia bisa kehabisan nafas, kakinya juga lelah. Ia sudah jatuh berkali - kali, kakinya sudah berdarah, terluka dalam namun tidak ada yang berbaik hati memberikan obat penawar rasa sakit untuknya. Semua orang hanya bisa menjatuhkannya tanpa bertanggung jawab akan rasa sakit yang ia terima.
"Kenapa ini sangat sakit," Angel memegang dadanya yang berdebar kuat. Debaran tak menyenangkan yang membuat getaran pada seluruh tubuhnya. Angel tidak bisa bernafas dengan benar.
"Aku kira aku sudah siap, ternyata rasanya masih sakit," Angel mulai menarik keras rambut rusaknya. Matanya memerah seram dan ia berteriak tertahan. Rasanya frustasi seperti ini, tetapi ia tidak bisa mengatasinya. Ia berdiri sendiri sekarang tidak berani meminta bantuan kepada satu tokoh pun.
Malam ini ia hanya bisa mempasrahkan dirinya dengan rasa sakit, membiarkan ia tenggelam dalam air matanya sendiri menunggu kegelapan tanda harinya sudah berakhir.
.
.
Angel bangun dengan kepala yang berat. Kelopak matanya terasa menempel dan tidak bisa terbuka dengan benar. Angel mengerang merasa malas. Angel bangkit, menggapai tongkat yang ia taruh di dekat kasurnya dan berjalan mencari cermin. Ia bergidik sendiri melihat bayangan yang dihasilkan oleh cermin. Mata menghitam dan bengkak, wajahnya sembab dan tidak enak dipandang.
"Hari ini harus sekolah," Angel mengingat kejadian kemarin di mana ia ditahan untuk pergi ke sekolah. Perlahan ia mulai menyiapkan barang - barang yang diperlukan seperti seragamnya, tas sekolah, buku pelajaran hari ini, dan juga dirinya. Ia mulai membersihkan diri, membiarkan dirinya menggigil kedinginan karena tidak ada fasilitas penghangat air di ruangan ini. Ia menggunakan sabun yang sempat diberikan seorang pelayan baru kepadanya. Angel terkadang malu sendiri dengan pelayan - pelayan baru di rumah ini yang sangat mengasihaninya. Kondisinya memang patut dikasihani.
Udara yang dingin membuatnya tidak ingin keramas. Rambutnya dibiarkan kering dengan beberapa tetes air yang diakibatkan cipratan saat ia membilas tubuh. Angel bergerak mengikat rambut, menyisir dengan kuat terlalu malas untuk melepaskan rambut yang saling bertaut satu sama lain. Ia biarkan itu terjatuh saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
Teen FictionTentang Angel, si gadis malang yang mengulang hidup tanpa ingin mengulang kesalahan. Tentang tokoh lain dalam cerita yang ingin memperbaiki kesalahan mereka. Seluruh tokoh dikembalikan untuk menjalankan kehidupan kedua dengan tujuan yang sama namun...