03

22.5K 1.6K 14
                                    

Angel menatap bagunan megah di hadapannya. Sebuah mansion bergaya Eropa kuno terbangun kokoh memenuhi pengelihatan Angel. Bangunan indah yang terpampang mewah itu tidak menimbulkan rasa kagum bagi gadis pucat dengan perban dan tongkat di tangannya. Kedua matanya malah memancarkan keengganan dan ketakutan.

"Angel?" Aston melihat adiknya yang diam mematung di pintu mobil yang sudah tertutup. Tangannya masih menggenggam selimut dan juga tongkat untuk menopang tubuhnya.

"Angel?" panggil Aston lagi setelah panggilan pertamanya tidak membuahkan jawaban. Angel melihat Aston tanpa minat lalu berjalan melawatinya.

Aston menghela nafasnya lagi. Angel berjalan tertatih - tatih mendekati pintu utama Mansion Keluarga Stanley. Beberapa pelayan yang kebetulan lewat atau sedang berjaga di depan pintu menatapnya tanpa minat. Mereka hanya membantu membuka pintu menjulang milik kediaman Stanley sebagai bentuk kemanusiaan melihat gadis muda yang kesusahan berjalan itu.

"Ast-" baru saja Angel memasuki bagian ruang keluarga, satu - satunya jalan untuk menuju ke kamarnya yang terletak di belakang dapur. Suara itu memberhentikan langkahnya.

"Angel? Kamu kenapa? Mengapa kamu diperban seperti itu?" Angel ingin memutar bola mata mendengar suara penuh kepura - puraan milik kakak angkatnya itu. Tanpa menjawab apapun Angel mulai mengambil langkah lagi.

"Sssh.." ringisan tidak diundang hadir begitu saja dari mulut Angel ketika tangannya ditarik dengan sedikit keras.

"Jika kamu berani bilang tentang ini kepada yang lain, akan aku buat lebih parah," nafas Angel memberat.

'Tidak usah khawatir, aku tidak akan mengulangi kesalahanku,' Angel menjawabnya dalam hati. Menurutnya mengadukan Deshire kepada keluarganya adalah kesalahan besar yang ia lakukan di kehidupan lalu. Bagaimana penyiksaan yang diterimanya semakin besar setelah alibi Deshire dipercaya begitu saja oleh keluarga bodohnya.

"Angel!" yang dipanggil menghela nafasnya, suara kakak kembarnya itu terdengar panik.

'Apa sekarang waktunya? Aku akan dimarahi?' tangan Angel masih di dalam genggaman Deshire.

"Ah!" Angel memandang tanpa minat Deshire yang entah kapan sudah berada di lantai dengan air mata yang entah mengapa dan bagaimana mengalir, ia memasang wajah tersiksa.

"Angel!" Aston mendekat ke arah dua perempuan itu. Aston melihat interaksi mereka sejak awal. Bagaimana Deshire menarik adiknya di awal dan bagaimana Deshire menjatuhkan dirinya dengan sengaja, membuat kesan Angel mendorongnya. Aston mulai menyadari beberapa kejanggalan yang terjadi di peristiwa kehidupan lalu.

"Aku tahu aku salah, aku minta maaf, sudah bukan?" Angel berbicara tanpa emosi, tidak melihat kepada dua orang yang ia ajak bicara. Dengan segera ia mengeratkan pelukannya pada selimut dan mengambil langkah untuk kembali berjalan ke kamarnya. Mengabaikan panggilan dari Aston.

"Aston, aku tidak apa, hanya-" Deshire tertegun melihat Aston yang melewatinya begitu saja. Tangan Deshire mengepal melihat arah ke mana Aston tuju, Angela. Deshire merasa marah diabaikan, mengapa adik bodohnya itu bisa mengabaikan air matanya. Air mata merupakan senjata mematikan Deshire yang bisa menjatuhkan lawan agar berlutut di kakinya. Dan sekarang, Aston dengan mudahnya mengabaikan air mata itu?! Deshire tidak terima.

"Angela!" Deshire menggeram, tangannya mengepal semakin keras hingga memutih.

.

.

Deshire merasa keanehan terjadi akhir - akhir ini. Kedua orang tua angkatnya sedang pergi dengan tujuan bisnis untuk beberapa minggu ke depan, di mansion ini hanya tersisa dirinya, Aston, para pelayan, dan gadis sampah yang menghilang akhir - akhir ini. Tentunya Deshire tahu alasannya.

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang