41

5.2K 565 31
                                    

Selamat membaca <3

"Ayolah, jangan marah," Stefanus mengikuti Angel dari belakang dengan troli yang didorongnya. Saat ini mereka sedang berada di toko swalayan untuk membeli beberapa bahan makanan. Angel sedari tadi mendiaminya dan hanya berjalan sembari memasukkan barang - barang yang ingin Ia beli. 

"Angel, jangan mendiamiku seperti ini," Stefanus kini beralih menuju sebelah Angel dan menggoyang - goyangkan lengan gadis itu. Angel melepaskan tangan Stefanus dengan mudah dan mengambil telur. 

"Angel~"

"Diam atau telurnya akan pecah," Angel dengan ketus menjawab namun itu membuat Stefanus tersenyum. Pemuda itu terkekeh melihat Angel yang sangat serius memilih telur. Dalam hati Stefanus merasa bangga, Angel sudah mengetahui dunia luar perlahan demi perlahan. 

Stefanus ingat pertama kalinya ia membawa Angel ke toko swalayan. Saat itu hujan dan Angel baru pulang kerja. Stefanus bertanya kepada Angel apa yang menjadi camilan kesukaannya, anak itu hanya menunjuk kukis murah sembari berkata, 'Aku hanya pernah coba yang ini,' Stefanus harus perlahan meminta Angel mencoba berbagai macam camilan yang sedang trend di kalangan remaja. Hingga akhirnya saat ini troli yang Stefanus bawa penuh berisikan berbagai camilan yang Angel suka. Selain itu, Angel juga mulai memberikan senyumnya kepada orang lain, ia sudah tidak terlalu takut dengan manusia asing. Stefanus sangat bangga dengan gadis itu, tangannya terangkat ingin mengusap kepala Angel. 

"Jangan sentuh atau aku akan semakin marah," Angel bergerak ingin menimbang telur. Stefanus tersenyum dan kembali mengikutinya. 

"Berikan aku senyuman!" Stefanus mencegat Angel. Ia menutup jalan dengan tubuhnya dan merendahkan diri agar Angel bisa menatapnya tanpa mendongak. Wajah Stefanus terlihat konyol membuat sudut bibir Angel berkedut. 

"Diamlah."

"Angel~ Angel~"  dengan jahil Stefanus bernyanyi sembari menggerak - gerakkan troli untuk menganggu Angel. Gadis yang dijahili menutup wajah dengan tangannya merasa malu karena tindakan Stefanus yang mengundang perhatian banyak orang. 

"Apa aku harus menggunakan kartu terakhirku?" Stefanus bertanya kepada Angel yang hanya dijawab dengan angkatan alis oleh gadis itu. Stefanus tersenyum penuh kemenangan. 

"Angel~ Aku akan menjadi kakak peri untukmu! Semua belanjaanmu akan dibayar oleh kartu ini!" Stefanus melentikkan jari - jarinya sembari mengelitik leher Angel. Kemudian tangan milik Stefanus sibuk menari dan mengambil kartu debit miliknya. 

Angel mulai tersenyum. 

"Tetapi kakak peri tidak akan membantu jika Angel masih marah," Stefanus semakin beringas ketika Angel sudah mulai menyipit. Tangan Stefanus kini memegang pinggulnya sendiri, bibirnya dilipat jelek membuat ekspresi sangat konyol.  

"Baiklah, aku menyerah. Tolong bantuannya kakak peri," Angel menambah isian troli dengan mie instan dan memberikannya tanpa beban kepada Stefanus. Kemudian keduanya tertawa setelah Stefanus memperbaiki ekspresinya sendiri. 

"Apakah Angel ingin makan bersama kakak peri juga?"

.

.

Anthony meninggalkan pekerjaannya setelah mendengar laporan bahwa istrinya jatuh pingsan di depan mansion. Kepala Anthony penuh dengan banyak kemungkinan yang menyebabkan kondisinya seperti ini. Semua kemungkinan itu berarah kepada Angel. 

Anthony menjadi semakin khawatir. 

Di dalam mobil Ia bergerak gelisah. Tangannya memegang tablet berisi pekerjaan yang belum selesai namun diabaikan. Sopir yang membawanya pun ikut gelisah akibat sang tuan. 

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang