Selamat hari sabtu dan selamat membaca <3
Stefanus tidak berhenti bertanya tentang fakta bahwa Angel menyukainya. Angel sampai lelah dan segera mengusir pemuda itu ketika ia sudah bangun dari tidur dan demamnya membaik. Setelah keadaan Stefanus membaik ditandai dengan kemampuan untuk menopang tubuh sendiri, Angel tidak menunggu satu menit pun untuk mengusir Stefanus keluar dari flat miliknya.
Hari ini keduanya kembali ke sekolah. Sayang seribu sayang, Stefanus lupa menyalakan alarm dan membuatnya kesiangan sampai ke sekolah. Bel sekolah sudah hampir berbunyi dan kekacauan terjadi di pintu masuk karena banyak siswa maupun siswi yang berlarian mengejar waktu. Stefan menjadi salah satunya, ia berlari sampai nafasnya tercekat untuk menaruh tas ke loker dan membawa buku ke ruang kelas.
Tetapi sebelum ia sampai di lokernya, Stefanus mendapatkan pemandangan yang membuat rahangnya mengeras dan matanya menyipit. Tangannya mengepal erat hingga ujung kuku melukai telapak tangan. Gestur dan ekspresi yang diberikan oleh pemuda itu menunjukkan bahwa ia tidak menyukai apa yang telah dilihat. Baru saja suasana hatinya membaik, Stefan kembali mendapatkan hawa panas dari gadisnya dan seorang yang paling tidak ia suka, Theo.
Di sana Theo membawa boneka beruang kecil dan menyodorkannya kepada Angel. Tangan Theo sangat nakal dan menjalar ke akar - akar rambut Angel untuk memberantaki rambut gadis itu. Stefanus bisa melihat Angel tersenyum kecil, otaknya berputar agar senyum itu tidak melebar setiap detiknya. Stefanus melupakan bahwa ia hampir telat.
"Arrgh! Kepalaku sakit!" Stefanus tiba - tiba berteriak, menunduk sambil memegang kepalanya. Stefanus curi - curi pandang terhadap Angel yang masih belum bereaksi, padahal para murid yang berada di sekitar Stefanus sudah memandang pemuda itu aneh sembari berbisik. Stefanus menebalkan muka.
"AARRGHH! KEPALAKUU?!" dengan dramatis ia jatuh ke lantai memegangi kepalanya, berusaha sekuat mungkin untuk terlihat kesakitan. Kedua matanya berkedip - kedip sebagai usaha untuk melihat gadis itu. Usaha memalukan Stefan membuahkan hasil, Angel menghilangkan fokusnya dari Theo yang berbicara basa - basi dan segera berlari ke arah Stefanus.
"Apa kau masih sakit?!" Angel berlari panik menuju Stefanus yang terlihat miris di lantai, menggeliat seperti menahan sakit. Jika ada kamera yang merekam, Stefanus bisa dipanggil oleh agensi yang melatih aktor untuk diaudisi.
"Kepalaku! Kepalaku sakit," Stefanus memegang kepalanya dengan tangan yang membuat wajahnya tertutup oleh lengan. Untung saja wajahnya tertutup atau usaha Stefanus bersikap dramatis ini akan sia - sia karena ia tersenyum lebar meski merintih kesakitan.
"Kenapa kau masuk sekolah jika masih sakit?" Angel yang terlampau panik tidak menyadari bahwa suhu tubuh Stefanus normal. Stefanus tak bisa menahan senyumnya tetapi ia kembali berusaha memperlihatkan ekspresi menyedihkan.
"Aku tidak ada yang menemani di rumah," tentu saja itu bohong, seluruh keluarga inti sedang berada di rumah, bahkan Ayah angkat Stefanus yang merupakan orang sibuk. Belum lagi pelayan yang tidak bisa dihitung oleh sepuluh jari. Tetapi Angel percaya saja dan membopong tubuh Stefanus ke ruang kesehatan.
Di ujung sana ada yang terdiam dari kekacauan yang Stefanus sebabkan. Orang yang ditinggalkan begitu saja bahkan hadiah boneka beruang yang diberikan sudah jatuh ke tanah. Theo, pemuda itu berjongkok mengambil boneka beruang itu kemudian memegang dadanya sendiri.
Theo harusnya sudah bisa melihat bahwa kehidupan kedua ini sangat berbeda. Berbeda dengan Aston yang sudah memiliki hubungan darah dengan Angel, Theo benar - benar orang asing yang tidak berarti. Kehadiran Theo bisa dilupakan begitu saja ketika kehidupan ini dimulai. Jika Theo tidak memaksakan diri untuk masuk ke kehidupan Angel lagi, gadis itu tidak akan peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
Teen FictionTentang Angel, si gadis malang yang mengulang hidup tanpa ingin mengulang kesalahan. Tentang tokoh lain dalam cerita yang ingin memperbaiki kesalahan mereka. Seluruh tokoh dikembalikan untuk menjalankan kehidupan kedua dengan tujuan yang sama namun...