44

4.4K 533 14
                                    

Selamat hari minggu dan selamat membaca!

Angel termenung dengan pengakuan yang baru ia dapatkan saat ini. Wajah Stefanus memerah, matanya berusaha tidak menemukan tatapan Angel karena ia yakin dengan pasti detak jantungnya sudah tidak bisa memberinya harga diri. 

"Kau.. Menyukaiku?" Angel terdiam setelah menerima anggukan dari Stefanus. 

"Kau mungkin tak mengingatnya, tapi aku pernah diberikan segelas air putih saat hampir pingsan di jalanan. Seorang anak kecil yang sangat mirip sekali denganmu," Angel membelalak, tentu ia ingat kejadian itu. Angel sampai menangis mengira anak lain yang ia tolong hampir mati. Namun keadaan Stefanus yang kaya membuat Angel tak mengira itu adalah dia. 

"Itu sudah sangat lama, hm? Mungkin kita baru berusia 5 tahun, lidahmu masih sangat pendek dan cadel," ucap Stefanus belum ingin menatap Angel tetapi bibirnya tersenyum. 

"Setelah diadopsi, aku mencari keberadaanmu tetapi nihil. Selalu tidak ada, aku sudah menghampiri tempat di bawah jembatan di seluruh penjuru kota tetapi kau masih tidak ada, Aku sempat mengira jika kau diculik dan diambil organnya," Stefanus tertawa sendiri mengingat ia menangis keras kepada kedua orang tua angkatnya mengatakan temannya meninggal dan organnya diambil seperti yang ia tonton di televisi. 

"Tetapi aku melihat wajah yang familiar saat masuk menengah atas aku tidak bisa menggambarkan betapa bahagianya aku," Angel berusaha mengurutkan kejadian - kejadian yang ada di dalam otaknya. 

"Apa yang membuatmu merundung?" 

"Aku marah dan merasa dikhianati. Aku tahu aku tidak memiliki hak untuk merasa seperti itu, tetapi perasaan rindu setelah menunggu lama dan melihat gadis itu mengejar orang lain," Stefan mengehentikan ucapan sejenak. 

"Masudmu Aston?" Stefanus mengangguk. 

"Aku.. cemburu."

"Tapi dia kakakku!!" Angel merasa tak terima, Stefanus tersenyum tak enak. 

"Dulu tidak ada yang tahu jika dia kakakmu!" pembelaan dilakukan oleh Stefanus. 

"Tidak adil tahu, merundungku karena rasa cemburu itu!" Angel merengek membuat Stefanus mencubit pipi gadis itu pelan. 

"Aku tidak bisa mengontrol emosi saat itu. Niatku hanya menganggumu agar kau lupa untuk mengejar Aston. Tetapi semakin hari kau malah semakin semangat mengejar pemuda itu!" 

"Setelah kau bilang itu, 'kelahiran keduamu,' kau mulai menjauh dari Aston dan itu membuatku sangat senang," Stefanus mengutip kata di dalam kalimatnya dan mulai berani mengarahkan matanya kepada Angel. 

"Terlebih setelah kau mengatakan bahwa kita putus hubungan diakhir, aku sangat takut," Stefanus mengeratkan pelukannya pada Angel berharap perasaannya sampai ke gadis yang tidak peka itu. 

Angel tidak bisa berkata - kata setelah fakta mengejutkan yang seharusnya sudah ia ketahui sejak dahulu. Berbagai kode diberikan baik oleh Stefanus dan temannya yang lain sudah sangat kuat dan diberikan terus - menerus. 

"Apa yang harus aku lakukan?" Angel tak mengerti apa yang ia katakan. Stefanus berdeham bingung. 

"Setelah mengetahui perasaanmu, aku harus bagaimana?" pipi Angel memerah seperti tomat ketika ia menghindari tatapan Stefanus. 

"Kau ingin aku.. jadi kekasihmu?" setelah Angel berucap seperti itu, keduanya hening dan mengadu detak jantung mereka. Stefanus menggigit bibir. 

"Aku.. aku.. hmm," Stefanus tidak bisa berkata - kata. Tangannya tiba -tiba berkeringat membasahi punggung Angel. 

"Aku tidak ingin memaksa," setelah beberapa detik akhirnya ia bisa mengeluarkan suara meski sedikit tersendat. 

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang