Happy Sunday <3 Selamat membaca semuanya!
Stefan membelikan secangkir besar coklat panas untuk Angel yang sedang merenung sendiri di duduknya. Angel menyetujui untuk bercerita setelah melepaskan telunjuk Stefanus. Namun melihat Angel yang menghela nafas berat sebelum mulai bercerita membuat Stefanus pamit sebentar untuk membelikan coklat panas yang diharapkan bisa menenangkan Angel.
"Minumlah dahulu," Stefanus kembali mengambil tempat duduk di hadapan Angel, tempatnya tadi sembari menyodorkan cangking yang masih terasa panas dengan asap tipis mengepul di atasnya. Angel menatap cangkir itu tanpa berniat mengambilnya.
"Tidak ingin menjadi mengesalkan, tetapi aku tidak begitu menyukai minuman panas," Angel menatap minuman itu enggan.
"Minuman panas disarankan untuk menenangkan pikiran," Stefan menggunakan kedua tangannya meminta Angel untuk meneguk coklat tersebut tetapi tidak dilakukan gadis itu. Angel berdeham singkat dan memperbaiki posisi duduk agar lebih nyaman.
"Apa yang kau ingin ketahui tentangku? Karena aku yakin cerita hidupku bisa didapat secara cuma - cuma lewat gossip yang beredar," ucap Angel membuat Stefan berdeham panjang seperti berpikir. Meski Angel yakin Stefan sama sekali sedang tidak menggunakan otaknya.
"Hidungku pernah hampir patah karena Aston meninjunya sembari berteriak bahwa kau adalah adiknya," Stefanus meringis sendiri memegang hidungnya membuat Angel tertawa puas.
"Hanya hampir, jangan begitu dramatis," Angel mengibaskan tangannya pelan membuat Stefanus mendengus kesal. Apakah Angel memang memiliki bakat untuk mengesalkan orang? Setahunya Angel lebih bersikap pasrah terhadap keadaan dan hanya diam sembari menunggu orang - orang yang merundungnya pergi.
"Aku ingin tahu, apakah yang Aston katakan benar atau tidak. Karena sejak awal kau masuk ke sekolah ini dengannya dan juga Deshire kau dikenalkan sebagai putri dari seorang pembantu," ucapan Stefanus membuat Angel meringis sendiri. Ia ingat dahulu saat pertama kali ia menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah, ia dengan setia mengejar Aston, mengajaknya berbicara, membawakan tasnya dan selalu berada di samping pria itu. Namun beberapa hari setelah masa pengenalan usai, Angel menerima perkataan kasar tentang perilakunya yang tergolong murah untuk seorang anak pembantu. Angel menangis kala itu, dan saat ini ia malu sendiri mengingatnya.
"Ya, mungkin," Angel mengangkat bahu pelan merasa miris dengan nasibnya dahulu. Ia menyadari dahulu ia terlalu lugu mempercayai bahwa orang - orang jahat itu akan menerimanya suatu saat. Namun ia sudah bertemu akhirnya, sampai ia mati yang didapatnya hanya cacian. Kasih sayang yang ia dapat setelah tak bernyawa tak ada artinya bukan? Ia sudah tidak punya perasaan saat menjadi mayat.
"Apa maksud dari mungkin?" Stefanus menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi sembari mengernyit tak mengerti maksud dari perkataan Angel.
"Mungkin iya dan mungkin tidak," Angel menaruh tangannya pada permukaan cangkir keramik tersebut melakukan check suhu, merasa rasa menyengat pada tangannya, Angel melepasan cangkir tersebut.
"Bisakah kau berikan jawaban yang masuk akal?"
"Tidak," jawab Angel singkat membuat Stefanus menganga tidak percaya. Angel dengan santai mengangkat pandangannya lagi dan mengangkat alis mempertanyakan ekspresi yang diberikan pria itu.
"Tidak ada jawaban masuk akal dari pertanyaan itu. Aku sendiri masih bertanya - tanya apakah aku masih menjadi adik orang itu atau tidak," Angel menyuarakan apa yang dirasakannya. Ia sendiri masih bimbang dengan jawabannya sendiri jika ditanya seperti itu. Ada rasa menyengat jika menjawab, 'tidak.' Tetapi tidak rela untuk menjawab, 'ya.'
"Melihatmu sekarang aku cukup tak percaya kalau kau adalah Angela. Kau ingat dahulu kau adalah orang yang sama yang pernah terjatuh hingga terseret motor Aston akibat memaksa pulang bersama?" ucapan Stefanus membuat wajah Angel seketika memerah. Tangannya bergerak ingin memukul Stefanus tetapi pria itu menghindar. Angel tentu ingat kronologi kejadian ia terseret motor itu. Aston menjalankan motor tanpa mempedulikan Angel yang masih berpegangan pada bagian belakang motor pria itu, sehingga Angel yang terkejut jatuh dan sempat terseret. Dan luka pun Angel dapat memenuhi kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel
Teen FictionTentang Angel, si gadis malang yang mengulang hidup tanpa ingin mengulang kesalahan. Tentang tokoh lain dalam cerita yang ingin memperbaiki kesalahan mereka. Seluruh tokoh dikembalikan untuk menjalankan kehidupan kedua dengan tujuan yang sama namun...