40

6K 562 21
                                    

Selamat membacaa <3

"Oho, Itu sedikit kejam," Stefanus menginjak pedal gas sembari meringis ketika melihat ke belakang. Keduanya masih mengatur nafas karena tindakan impulsif dengan berlari itu. Angel tersenyum kecil, tangannya memijit tungkai kaki yang sedikit terasa nyeri. 

"Masih sakit?" tanya Stefanus menatap tangan Angel yang masih berada di tungkainya. Angel tersenyum kecil saja. 

"Masih belum terbiasa."

Setelahnya mobil diisi oleh keheningan. Namun, keheningan itu tidak membawa suasana canggung bagi keduanya, mungkin karena mereka telah terbiasa bersama. Tangan Angel bahkan dengan lancang menyalakan radio mobil Stefan setiap kali ia bosan.

"Lagu yang kemarin kau beri tahu apa? Aku lupa judulnya," tanya Angel sembari mengotak - atik radio Stefan. Menekan tombol maju dan mundur. Stefan tidak masalah dan malah bergerak berpikir untuk menjawab perkataan gadis itu. Angel memiliki hobi baru yaitu mendengarkan lagu. Bahkan memori pada ponselnya hampir terisi penuh oleh lagu. Hampir setiap minggu Angel meminta Stefanus untuk membantunya mengunduhkan lagu. 

"Everything has changed - Taylor Swift ft Ed Sheeran," ucap Stefanus. Angel tersenyum senang dan mulai memainkan lagu dari ponselnya ketika tidak ada siaran radio yang sedang memainkan lagu tersebut. Ia meminta kabel penghubung speaker di mobil Stefanus dan mulai menikmati suara indah sang penyanyi. 

Stefanus meneguk ludah mendengar setiap lirik yang dinyanyikan penyanyi. Ia melihat Angel yang sudah memfokuskan pengelihatannya ke jalanan sembari bersenandung ria. Jari telunjuknya mengetuk - ketuk jendela mobil dengan jahil. 

'I just want to know you better, know you better, know you better now,' lirik tersebut membuat Stefanus berdeham gelisah. Namun, Angel tak menyadarinya dan bersenandung asal berusaha mengikuti lirik yang berjalan. 

'Everything has changed,' lirik berganti dengan cepat berbanding terbalik dengan laju mobil yang sangat lambat. Angel menyadarinya dan mulai berhenti bersenandung. 

'All I know is you held the door, You'll be mine and I'll be Yours,' Stefanus berhenti menginjak pedal gas dan membuat Angel duduk tegak, melepas senderannya. 

'Everything has changed,' mobil benar - benar berhenti. Angel menatap sekitar, ia belum melihat bangunan flat yang akan ia tinggali. Mobil berhenti di jalanan kosong yang hanya ada beberapa lampu jalan yang masih dimatikan karena masih siang. 

"Ada apa?" tanya Angel khawatir, karena setelah ia memusatkan perhatiannya pada Stefanus, anak itu terlihat berkeringat. Stefanus mencengkram stir dengan erat dan menatap gadis di sebelahnya. 

"Apa kau merasa kita dekat?" Angel mengernyit dengan pertanyaan tiba - tiba dari temannya. Angel mengangguk. 

"Tentu. Mengapa kau bertanya?" Angel sudah berteman dekat dengan teman - teman Stefanus dan anak itu sendiri. Bahkan pikirannya sendiri mengatakan mereka adalah teman. Hanya anak - anak itu yang bisa mendapat kepercayaannya. 

"Kau nyaman?" Angel mengangguk lagi. 

"Kau tidak?" tanya Angel balik. Stefanus menggeleng heboh, tangannya dilambai - lambaikan di atas dada dengan cepat. 

"Aku nyaman sungguh, tapi, ehm.." Stefanus terdiam, Angel menghela nafas. 

"Kau akhir - akhir ini selalu seperti ini, tak pernah membereskan ucapanmu. Kau terlihat ragu, apa kau sedang ada masalah?" Angel menyadari Stefanus kerap kali tidak terlihat fokus dengan dirinya sendiri. Angel khawatir terjadi suatu masalah kepada temannya itu, terlebih Stefanus selalu menjadi orang pertama yang membantu Angel. Angel takut bahwa masalah yang diterima Stefanus adalah berkat dirinya. 

"Tidak.. Akan aku bicarakan lagi nanti," Stefanus menghela nafas sendiri dan kembali menginjak pedal gas. Angel menatap temannya itu dengan bingung. 

Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Stefanus. Angel yakin!

.

.

"Bisa bantu aku menggantung ini?" Angel memberikan tirai berwarna putih yang dilipat di keranjang laundry. Saat ini mereka sedang merapikan barang - barang Angel di flat yang akan ditinggali oleh gadis itu. Hanya ada mereka berdua di kamar flat baru ini. Angel sudah mengundang teman - temannya yang lain namun Stefanus mengatakan bahwa mereka semua sibuk dan tidak bisa datang. Jadi kali ini Angel harus merepotkan Stefanus. 

"Tolong pegangi tangganya," ucap Stefanus sembari memanjat tangga yang disediakan. Angel mengangguk dan menaruh kekuatan pada kedua tangannya yang sudah mengenggam tangga. 

"Sudah cukup rapih?" Angel mengangguk dan mengangkat jempol. Stefanus tersenyum senang dan mengusak rambut Angel hingga berantakan. 

"Jangan berani - berani merusak rambutku!" Angel memukul tangan Stefanus yang berada di kepalanya dan menatap kesal orang itu. Angel menjadi posesif terhadap rambutnya setelah kondisi rambut itu membaik dan terlihat cantik. Angel juga sudah mulai belajar menata rambut dari kedua teman perempuannya, sehingga, jika ia sudah menata rambutnya dan seseorang mulai dengan jahil merusak, Angel akan sangat marah.  

"Kau menjadi galak sekali," ucap Stefanus mencibir kemudian tertawa melihat Angel yang cemberut kesal. Tangan Stefanus mulai merapikan rambut gadis itu. 

"Masih cantik, tenang saja, jangan lipat mulutmu seperti itu," ucap Stefanus sembari terakhir merapikan poni yang jatuh di bagian kanan wajah Angel. Jari telunjuk Stefanus berhenti di sana. Angel menatap pemuda yang lebih tinggi itu dengan bingung. Jarak mereka cukup dekat, Angel bisa merasakan nafas Stefanus yang mulai tidak beraturan dan jari telunjuk yang turun ke pipi. 

"Kau terobsesi dengan pipiku?" Angel melepaskan jari telunjuk Stefanus dan bergerak mundur. Tangannya bergerak untuk mengipas wajah yang entah mengapa terasa panas. Stefanus berkedip dengan cepat sebelum menampar pelan dirinya sendiri. Keduanya mulai menjarak diri mereka dengan canggung. 

"Ekhm, Aku akan menelepon Queen dan Key," ucap Angel dan meninggalkan Stefanus sembari membawa ponselnya. Stefanus menutup wajahnya ketika Angel sedang beralih ke dapur meninggalkannya di ruang kamar. 

"Bodoh.. bodoh.. bodoh!"

.

.

"Kalian sedang sibuk?" Angel berbicara sesaat panggilan vidio grup yang Ia mulai sudah diterima oleh kedua orang di seberang sana. Angel duduk di kursi belajar yang sudah disediakan di flat tersebut. 

"Hallo Angel~" suara Key mendayu di seberang sana. Angel mengernyit melihat Key yang sedang menggunakan masker wajah sembari menaruh telepon di sebuah penyangga dan mengambil pewarna kuku. 

"Hallo," sedangkan temannya yang satu lagi layarnya terlihat gelap dan suaranya serak. Angel semakin bingung. Bukankah Stefanus berkata jika mereka ada acara sehingga tidak bisa datang hari ini?

"Kau sudah pindah ya.. Selamat! Aku akan berkunjung saat pulang sekolah saja," ucap Key. Mata anak anjing Key tidak menatap Angel dan memfokuskan dirinya pada kuku cantik yang Ia warnai biru langit. 

"Aku juga," suara Queen masih sangat serak, Angel samar - samar dapat melihat Queen mengusap kasar wajahnya. Angel menghela nafas. 

"Stefanus bilang kalian sibuk," ucapan Angel mengundang tatapan bingung dari kedua temannya. Sedangkan pemuda yang merasa namanya dipanggil mulai keluar ruangan juga. 

"Stefanus berkata, kau tidak jadi mengundang kami karena takut lelah," ucap Key sembari menatap Stefanus yang saat ini berdiri di belakang Angel. 

"Aku tidak pernah berkata seperti itu," Angel menatap Stefanus yang saat ini membuka mata dengan lebar menatap layar ponsel Angel. Serentak kedua manusia itu tertawa, Angel tak mengerti. 

"Baiklah.. Baiklah.. Kami akan biarkan kalian berdua, bye - bye," ucap Queen dan mematikan teleponnya dilanjutkan oleh Key yang melambai hingga layar ponsel Angel menghitam kembali. 

"Kau yang melarang mereka untuk ke sini?"

Makasih udah baca<3 Boleh minta vote dan komennya??

Jadwal update masih sama ya.. Sabtu dan Minggu!! See u later!

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang