18

10.9K 985 50
                                    

Happy reading!

Keesokan harinya Theo tidak ke sekolah di waktu pagi. Ia memilih waktu yang sangat sempit dengan bel sekolahnya. Ia masih berharap bertemu gadisnya hari ini, tetapi ia tidak terlalu berharap seperti kemarin. Dalam pikirannya, karena alur sudah sedikit berubah dari seharusnya, mungkin Angel akan aman saja jika gadis itu masuk hari ini. 

Betapa salahnya ia, ketika ia memasuki gedung sekolah pemandangan pertama yang ia dapati adalah Angel yang berada di lantai dengan pasrah menatap beberapa murid yang berdiri mengelilinginya. 

Theo memisuh dalam hati karena memilih untuk berangkat dalam waktu yang sempit. Ia berlari mendekati Angel dan meneriaki para murid yang merundung gadis malang itu. Theo mengangkat Angel dengan menaruh tangannya pada pinggang gadis itu. Theo berteriak agresif karena merasa marah melihat gadisnya diganggu. 

Perdebatan terjadi diantara mereka hingga salah seorang diantara murid yang merundung Angel mulai memainkan nakal rambut gadis itu yang terikat. Theo tidak suka melihatnya, ia memukul dengan keras tangan yang memainkan rambut gadisnya. Theo dengan agresif memukul seluruh murid baik laki - laki maupun perempuan yang berdiri mengelilingi mereka. Membuat banyak cibiran tertuju padanya namun Theo tidak peduli. 

"Kau tak apa? Sungguh tidak apa?" Theo mengamati tubuh Angel dari kepala hingga kaki dengan pandangan khawatir. Theo meringis kecil melihat perban - perban yang menutupi tubuh gadisnya. Theo melihat seorang perempuan menginjak salah satu kaki Angel yang diperban. Theo mengepal merasakan amarah. 

"Angel, kau tak apa - apa?" tidak mendengar satu kata pun dari Angel membuat Theo semakin khawatir. Ia terlalu khawatir hingga tidak menyadari apa yang telah ia ucapkan. 

"Kau.. kau tahu darimana namaku?"

Ah.. sial! Theo harus menjawab apa?

"Itu.. aku..aku.." Angel mengangkat alisnya melihat Theo gelagapan. Adegan yang sama persis seperti kemarin saat Aston menontonnya kehilangan kata - kata. Memang, anak kembar, wajah mereka sangat mirip.

"Name tag," Theo seperti bodoh tidak menyadari pakaian tertulis nama masing -masing murid di bagian dada sebelah kiri. Theo mengigit bibir merasa malu sendiri. 

"Oooh.." Angel bergumam dengan tidak minat dan mulai membenarkan posisi tongkatnya, ingin berlalu pergi. 

"Terima kasih," Angel tak melupakan sopan santunnya dan menunduk sedikit mengatakan kata terima kasih kepada seorang yang telah membantunya. Meskipun orang itu Theo. 

Setelahnya Angel benar - benar berbalik, mengambil langkah pelan memasuki lorong tempat di mana lokernya berada. Theo terbengong di tempatnya tidak melihat tatapan penuh pengharapan milik Angel. Theo masih mengingat dengan jelas setelah ia membantu gadis itu, Angel tersenyum hingga ujung bibir hampir menyentuh telinga. Saat itu Angel menolak untuk pergi sebelum gadis itu mengantarkan Theo ke ruang kepala sekolah. Bahkan gadis itu sendiri yang mengantar Theo sampai ke kelas. Tapi saat ini, Angel bahkan tidak bertanya apakah ia murid baru atau bukan. Apa ingatan Theo yang salah? Tersadar dari lamunannya, Theo dengan cepat menggerakkan kakinya mengejar Angel yang sedang bersusah payah membuka loker miliknya. 

"Biar kubantu!" Theo berseru mengejutkan Angel yang sudah berhasil membuka lokernya dan sedang bersiap memasukkan tas sekolah ke dalamnya. Angel memberikan senyuman canggung dan perlahan menaruh tasnya dengan benar. 

Keheningan terjadi dalam satu detik, bertambah menjadi lima detik, hingga 15 detik, Theo hanya bisa menggaruk tengkuknya menyadari ia berseru terlalu keras. Angel menahan tawa melihat Theo yang malu karena banyak murid yang mulai menatap mereka. Angel mengambil beberapa buku kemudian berbalik menatap Theo. 

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang