13

14.6K 1.3K 97
                                    

Happy Saturday! Please enjoy your chapter<3

"Ah.. Ternyata benar," Angel menggigit bibir dengan respon ketiga orang itu yang menyetujui ucapannya. Ketiga orang itu mulai memilin, bergerak gelisah dengan ucapan Angel. 

Pikiran mereka hanya satu, 'Angel juga kembali,' dan itu merupakan hal yang merugikan untuk mereka. Kelahiran kedua, artinya Angel mengetahui dengan pasti apa yang terjadi kepada dirinya hingga ia bisa mendapat kesempatan ini. Keluarga Stanley mulai memahami bagaimana perilaku Angel kepada mereka, semua kejadian - kejadian yang membingungkan mulai menemukan titik temu. Angel memiliki ingatan. 

Ingatan yang akan menyulitkan mereka mendapatkan maaf Angel. 

Anthony menjadi manusia yang paling takut. Tangan dan kakinya tak berhenti bergetar, matanya memancarkan permohonan, menolak apa yang sekarang terjadi. Dalam hati Anthony berteriak, 'Tolong,' yang tidak bisa ia sampaikan secara langsung. Lidahnya terasa kelu, tidak bisa bergerak untuk menyuarakan kata. Tangan kanannya bergetar, tangan dominan yang sering ia gunakan sehari - hari. Tangan dominan untuk menulis, untuk menyendokkan makanan, dan untuk.. menggunakan senjata. 

Tangan dominan yang berhasil melenyapkan si bungsu di kehidupan akhir. Tangan dominan yang menghancurkan kehidupannya sendiri. Anthony ingin menghilangkan tangan dominannya ini, ia ingin mengambil benda tajam dan menggores tangannya hingga tidak berada di tempatnya. Ia ingin tidak ada satupun anggota tubuhnya  bisa melukai si bungsu lagi. Bahkan jika ia harus kehilangan suaranya ia rela. Asal ia tidak kehilangan nyawa, yang ia tahu pasti, ia harus mendapat maaf si bungsu di kehidupan kedua ini. 

Pemikiran Anthony mulai liar, keheningan semakin mendukung pikirannya. Tanpa sadar ia menggerakkan tangan kirinya untuk menggenggam erat pergelangan tangan kanannya, semakin lama semakin erat. Menancapkan kukunya di sana menunggu rasa sakit datang. 

"Anthony! Anthony! Lepaskan!" Adeline memekik histeris melihat warna kemerahan mulai menapak pada kuku bersih nan panjang milik Anthony. Pria itu segera sadar dari pikirannya, ia melepaskan tangan kirinya melihat bentuk lengkungan kuku berbekas di pergelangan tangan kanan. Beberapa menghasilkan luka robek yang sangat kecil namun terasa perih. Anthony meringis, ia kehilangan akal.

Tatapan Anthony beralih kepada Angel yang memandangnya tanpa emosi apapun di kedua bola matanya. Tidak ada rasa kasihan, takut, atau prihatin. Tatapan Angel benar - benar kosong sepertinya gadis itu juga tenggelam dalam pikirannya sendiri. 

"Mengapa? Mengapa kalian juga diberikan kesempatan?" Angel bergumam membuat keheningan yang tadi sempat hilang akibat perbuatan Anthony kembali lagi. Angel terlihat kesal dalam duduknya. 

"Mengapa orang jahat seperti kalian juga diberikan kesempatan?!" Angel berteriak kesal. Tangannya bergerak menarik rambutnya erat. Kepalanya sakit, ia frustasi dan mulai menangis. 

"Kau tahu aku berharap ketika aku kembali kalian menjadi orang yang sama. Menjadi manusia - manusia jahat yang siap membunuhku setiap saat."

"ANGELA!" Aston berteriak menegur sang adik yang berkata sembarangan.Namun niat menegur selanjutnya Aston urungkan melihat tatapan marah si bungsu. 

"Mengapa? Kalian memang membunuhku sejak lama, namun aku terlalu gigih untuk bertahan hidup. Jika kalian masih menjadi manusia yang sama aku akan terima dengan senang hati kematianku," Angel tersenyum miring melihat Anthony yang semakin bergetar ketakutan. 

"Mengapa sangat takut Ayah? Jangan berpikir kau hanya membunuhku sekali dengan pistol. Kau lebih jauh membunuhku saat aku berumur 9 tahun. Oh.. jangan harap aku lupa dengan peran kalian," Angel menunjuk satu - satu anggota 'keluarganya.'

AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang