56.

1.3K 162 13
                                        

📌 30 Agustus 2021

Happy Reading

~

"Sujud lo di kaki temen gue!"

"Tolong ya, Mbak. Ini bukan tempat untuk ribut, kalau kalian mau bertengkar, silahkan keluar!"

"Nggak bisa, Pak! Temen saya ada di dalem!"

"Kalau begitu mohon untuk tenang dan tidak membuat keributan seperti ini!"

"Teta!" pekik Lily.

"Lily."

Kevin menarik Maria menjauh dari Teta dan Lily. Membiarkan dua sekawan itu saling menenangkan diri.

"Kenapa, Ta?" tanya Lily penuh kekhawatiran.

Teta menunjuk Maria penuh amarah, "Demi apapun, gue benci banget punya sepupu nggak ada otak kaya lo!" ucapnya penuh penekanan.

"Teta!" tegur Lily, "lo kenapa sih?!"

"Udah nggak usah ribut. Kaya anak kecil tau nggak, berantem di tempat umum," lerai Kevin.

"Nggak ngaca emang lo, Kak! Lo pikir bikin temen gue nangis berkali-kali di tempat umum nggak kaya anak kecil?!"

Kevin diam, namun manik matanya melirik Lily. Sementara perempuan itu tampak masih panik dan khawatir dengan Teta yang tak kunjung mereda.

"Ta, udah, Ta. Ayo ngomong kepala dingin. Jangan marah-marah gini," bujuk Anthony diikuti Mitzi.

Melihat beberapa anak pelatnas yang menatap mereka dengan rasa penasaran, Teta memutuskan untuk diam. Lily mengusap bahu temannya, sementara Rian yang juga berada di sana meminta yang tidak bersangkutan untuk kembali ke dalam.

Kevin mengusap pelan punggung tangan Maria. Hal itu tak luput dari penglihatan Lily, tapi dia sudah kalut lebih dulu dengan keadaan Teta. Nanti saja mengabaikan Kevinnya.

"Gue ambil mobil sama izin Coach Herry dulu, kita ngobrol di luar," ujar Kevin.

"Vin, ikut ... " lirih Maria.

Lirihan itu terdengar oleh Lily. Melihat raut wajah tak senang dari perempuan itu, Kevin segera meminta Maria tetap tinggal di tempat.

"Mau ikut?" tanya Mitzi pada Anthony.

Anthony mengangguk, "Nanti mereka berdua sama siapa?"

Setelah mendapat izin dan mengambil mobil, mereka berlalu meninggalkan pelatnas. Mencari tempat yang tepat untuk membicarakan hal yang penuh emosional.

* * *

Kedua mata Teta yang masih penuh amarah membuat Lily mengusap bahunya. Mereka masih berada dalam kebingungan karena baik Maria dan Teta belum ada yang membuka suara.

"Oke, ini udah lima menit, dan nggak ada yang mau ngomong kenapa kalian ribut di depan?" tanya Mitzi.

Teta menghela napas dengan kepala menunduk. Ia bergerak memeluk Lily.

"Lily, i'm so sorry," lirihnya sebelum menangis.

"Buat apa?" tanya Lily.

"For your mommy."

"Ta ... "

"It's not me, but, i'm so sorry to this."

"Maksud lo apa ngomong gitu?" sahut Kevin tak sabar.

"Sele, dia yang bikin Tante Dara pergi," ucap Teta penuh penekanan.

Pelukan keduanya mengendur. Mereka menatap Maria yang sibuk menggeleng, dengan tatapan tak percaya.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang