33.

2.5K 262 59
                                        

28 Maret 2020

Happy Reading

~

Sore ini, keadaan bandara begitu ramai dan sesak oleh banyak orang. Beberapa terlihat terburu-buru dan menabrak orang yang lewat.

Lily dan Teta tampak duduk menemani Mitzi di kursi tunggu. Menunggu Anthony yang saat ini sedang ada di toilet.

Hari ini Mitzi dan Anthony akan pulang ke tanah air, dan sekarang ia dan Teta tengah mengantar keduanya.

"Ly," panggil Mitzi.

Lily mengangkat kedua alis sembari menoleh ke arah Mitzi.

Mitzi tersenyum kecil, kemudian menghembuskan napas panjang.

"Kenapa, Ci?" tanya Lily.

"Eh! Ci, Ly, emm Teta ke toilet bentar ya!" sela Teta dengan cepat.

Setelah mendapat "iyaan" dari Lily dan Mitzi, Teta segera pergi meninggalkan mereka.

"Cici?"

"Eh emm itu," Mitzi menjeda kalimatnya, kemudian menghela napas dan tersenyum, "Cici mau minta maaf sama kamu," lanjutnya.

Lily mengerutkan kening, "Minta maaf buat apa? Cici kan nggak punya salah sama? Malah Lily yang harusnya minta maaf sama Cici karena nuduh yang enggak-enggak."

"Enggak, Ly. Harusnya Cici cerita ke kamu dari awal biar akhirnya nggak kaya gini."

"Cici ngomong apa sih?" tanya Lily tak paham.

"Soal Anthony."

"Onik?"

"Sama Kevin."

Ah, Kevin. Lily menarik napas sejenak, kemudian berdeham pelan. Mempersilakan Mitzi untuk menceritakan apa pun yang ingin diluruskan.

"Ony, emang nggak suka sama Kevin. Dia, nggak suka sama sikap Kevin yang kadang nggak mikirin orang lain. Tapi meskipun gitu, Kevin itu orang yang paling gampang ngerasa bersalah," Mitzi terdiam sejenak, kemudian menghembuskan napas setelah cukup tenang.

"Gampang merasa bersalah?" gumamnya.

Lily jadi ingat bagaimana Kevin sering mengatakan bahwa ia merasa bersalah tiap kali menyakiti dirinya.

"Kamu bener, Ly. Salah satu alasan kenapa Anthony sama Kevin musuhan karna aku."

Lily berusaha menelan ludah. Mencoba menahan rasa sakit dan tidak enak hati mendengar ucapan kekasih Anthony.

"Ci, Lily nggak—"

"Nggak salah. Kamu nggak salah, kalau selama ini kamu mikir aku sama dia pernah ada hubungan. Itu emang bener," ujar Mitzi melirihkan kalimat terakhir.

Mitzi tampak menarik napas dalam-dalam. Kemudian tersenyum miris dengan mata yang berkaca-kaca.

Lily tidak tau harus berbuat apa. Ia bingung, canggung dan takut untuk sekedar mengusap bahu kekasih sepupunya ini.

"Hubungan kita baik, tapi seingetku banyak yang nggak suka. Beberapa berusaha bikin kita putus. Dan salah satunya berhasil."

"Jangan dilanjut, Ci. Lily nggak maksa kok kalau Cici nggak siap," potong Lily cepat.

"Nggak, dengerin Cici, Ly. Orang yang berhasil bikin hubungan kita putus itu Denira."

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang