18.

2.9K 279 53
                                        

📌 1 Januari  2020

Happy Reading

~

"Sudah bukan tentang siapa tokoh utamanya. Ini adalah kisah yang pernah ada.

Sebelum semua serumit. Dan sesakit ini.

Sebelum semua ego menang. Dan ketika rasa bersalah menjadi alasan untuk meminta maaf.

Sebelum sebuah pertemanan menjadi saling melepaskan.

Dan sebelum rasa yang kuat, berubah menjadi hati yang patah."

* * *

Kevin melajukan mobilnya untuk kembali ke pelatnas setelah menelan kekecewaan yang begitu besar.

Entah kecewa dengan dirinya sendiri, atau kecewa dengan apa yang sempat Lily katakan di bandara.

Ia memukul stir mobilnya, kemudian menyisir rambut ke belakang. Ada yang salah dengan hatinya, dengan perasaannya.

Kevin benci sekali. Kenapa ia selalu mudah merasa seperti ini.

Kenapa semudah ini membuat hatinya begitu lemah?

Kevin melirik spion kiri, saat itu juga ia melihat Mitzi tengah berjalan sendiri di depannya.

Dahinya berkerut, dengan cepat ia memelankan laju mobilnya. Berusaha sejajar dengan langkah kaki Mitzi.

Meskipun hari sudah siang, namun jalan yang saat ini ia lewati memang sepi. Jarang sekali yang lewat jika tak menggunakan kendaraan.

Kevin menekan klakson mobilnya. Membuat Mitzi tersentak kaget dan berhenti, kemudian menoleh ke samping kanannya.

"Sendiri?" tanya Kevin setelah menurunkan kaca mobilnya.

Bukannya menjawab, Mitzi tampak terdiam sejenak. Sesaat kemudian, senyum kecil Mitzi terukir.

"Iya," ujar Mitzi.

"Ga dijemput?" tanya Kevin basa-basi.

Mitzi menggelengkan kepalanya kecil, "Ony masih latihan. Kam— sorry maksud gue, lo nggak latihan?" tanya Mitzi.

Kini Kevin yang terdiam sejenak. Menatap Mitzi sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Mitzi.

"Latihan. Nanti."

Mitzi hanya tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya pelan.

"Mau kemana?"

"Kafe depan," ujar Mitzi sambil tersenyum tipis.

Kevin berusaha bernapas dengan baik. Setelah rasa kecewa dan bersalahnya terhadap Lily. Rasa bersalah yang lain kini justru muncul secara tiba-tiba.

"Naik, Bi. Di sini sepi, ntar ada yang nyulik bahaya," ujar Kevin sambil melirik Mitzi.

"Bi?" Mitzi menatap Kevin.

Kevin mengusap wajahnya kasar, "Sorry, Zi maksud gue."

"O—oke," balas Mitzi sambil tersenyum canggung.

Mobil Kevin kembali bergerak setelah Mitzi naik. Melaju menuju kafe depan, tempat Mitzi akan diturunkan.

* * *

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang