54.

1.4K 156 3
                                    

📌 2 Agustus 2021

Happy Reading

~

"Ini yang jual siput mana sih?"

Lily tersenyum kecil, "Seafood," ralatnya.

"Eh, hehe. Jadi malu aa' kalo dibenerin sama Neng Geulis," Fajar nyengir setelah sebelumnya melirik Lily yang duduk di kursi depan.

"Sok-sok an punya malu si Fajar," bisik Apri ke telinga Jorji.

Enggak bisik juga sih, buktinya Fajar masih denger dan natap Apri sama Jorji sinis sekarang. Lanjut dengan aksi cubit-cubitan penuh drama mereka.

"Depan kayanya ada tuh, Pin!" Apri menunjuk rumah makan yang mulai dekat.

"Ah, itu sebelah sana juga ada, Kak!" timpal Jorji, kepalanya maju di antara Kevin yang menyetir dan Lily yang duduk di kursi depan.

"Enak depannya lagi kayanya," komentar Fajar.

Kevin merengut kesal, entah bagaimana tiga anak manusia itu bisa masuk mobilnya tadi. Padahal niatnya hanya ingin berduaan di mobil dengan sepupu Anthony.

Ia akan mengingat ini, kalau-kalau nanti mau pergi sama Lily nggak boleh bawa mobil yang kapasitas orangnya banyak!

Senyum kecil Lily tersungging begitu saja melihat raut wajah Kevin. Tangannya mengusap lengan Kevin pelan, lalu menepuknya tiga kali.

"Sabar," ujar Lily.

"Kalo nggak sabar juga udah gua turunin di jalanan dari tadi," balas Kevin dengan bibir manyun.

Lily terkekeh pelan, kedua mata cantik itu menatap jalanan.

"Di situ aja, ya?" tanya Kevin sembari memelankan laju mobil.

"Hmm? Iya, nggak papa. Lily nggak tau yang enak mana," jawab Lily.

Kevin memutar stir mobil untuk parkir di rumah makan yang cukup besar. Hanya khusus seafood sepertinya.

Fajar mengerutkan dahi, "Kok berhenti di sini? Kan tadi gue nunjuk yang depan," tanyanya pada diri sendiri.

"Nggak, gue nggak terima saran rumah makan dari lo."

Apri dan Jorji tertawa, sementara Lily hanya terkekeh.

"Nurut aja, Jay, daripada suruh bayar sendiri," ujar Apri di sela tawa.

* * *

Lily mendudukkan diri di samping Kevin dan Jorji. Mereka masih menunggu anak-anak yang lain untuk bergabung.

Tangannya membuka lembar buku menu dan membaca isinya satu per satu. Kevin tersenyum kecil, dagunya diletakkan pada bahu Lily. Membuat sepupu Anthony itu terkejut.

"Kenapa?"

Kepala Kevin menggeleng pelan.

"Dih, nggak jelas," Lily terkekeh pelan.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang