25.

2.8K 257 20
                                        

📌 11 Februari 2020

Happy Reading

~

Lily menatap langit-langit kamar hotel tempatnya menginap saat ini di Denmark dengan pandangan yang begitu sendu.

Beberapa kali helaan napas terdengar, juga beberapa kali ia sudah mencoba memejamkan mata.

Namun, hati dan jiwanya tak ingin diajak beristirahat dengan cepat. Kejadian beberapa jam yang lalu masih saja muncul di pikirannya.

Ya.

Kejadian dimana ia dengan jelas dapat mendengar semua obrolan sengit dan penuh emosional antara Kevin dan kekasihnya. Denira.

Tapi bukan obrolan itu alasan mengapa Lily masih tak bisa memejamkan matanya. Tapi kejadian setelah ia berlalu dan obrolan itu selesai.

Ketika Kevin justru menahan lengan Mitzi dan bukan lengannya.

Ia menarik selimut sebatas dada, lalu berusaha keras untuk mengistirahatkan tubuh, otak, dan hatinya.

* * *

"Selamat pagi Lily!"

Lily mengerjapkan mata, kemudian menutup telinga dan matanya dengan bantal.

Malas sekali pagi-pagi sudah melihat wajah Teta yang penuh keceriaan itu. Bikin ikut bangun, hehe.

"Ly! Bangun dong! Sarapan ayo! Bareng atlet nih!" ajak Teta sambil menarik turun selimut Lily.

"Ck, lima menit lagi deh, Ta!" protes Lily.

"Dih, lima menit lagi, nggak ada ya, ayo buruan! Calon kakak ipar lo udah ngajak tadi!" balas Teta masih berusaha membangunkan Lily.

Bukannya bangun Lily malah memposisikan dirinya senyaman mungkin. Membuat Teta gemas bukan main.

Teta memiringkan kepala serta bibirnya. Kemudian mengerutkan dahinya. Begitu mendapat ide, senyumnya terbit begitu saja.

"LILY! LIAT DEH, ADA KEVIN DI DEPAN!"

Refleks Lily bangun dan meraih handuk yang sudah ia keluarkan sejak semalam. Kemudian berlari menuju kamar mandi.

"Ya Tuhan! Bentar Kak! Lily mandi dulu!" teriak Lily dari dalam kamar mandi.

Teta terkikik geli, kemudian tersenyum kecil.

"Dari tadi kek gue gituin. Kan bangun," gumam Teta sembari duduk di kasur.

Ketika sibuk menunggui Lily mandi dan bersiap. Sebuah chat masuk ke hp Teta. Membuat Teta segera mengecek isi pesan tersebut.

Teta tampak menghela napas, kemudian menggigit bibir bawah. Teta melirik Lily yang kini tengah menyisir rambut. Lalu kembali lagi menatap chat yang masuk ke hp.

Lily mengerutkan dahinya ketika melihat Teta tengah menunduk dengan raut sendu.

Perlahan Lily menepuk bahu Teta, "Kenapa, Ta?" tanya Lily.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang