48.

2.1K 259 122
                                        

6 Mei 2020

Happy Reading

~

Kevin menatap pintu gelanggang yang terbuka. Sudah seminggu sejak Lily mengatakan bahwa perempuan itu tidak lulus sidang dan menangis di pelukannya, mereka tidak lagi  bertemu.

Mendengar kabarnya saja ia tak pernah. Bahkan chat yang sering ia kirim tak pernah dibalas.

Bertanya ke Anthony pun ia masih merasa canggung.

Kevin paham Lily pasti kembali dirundung kesedihan. Cobaan yang datang secara bergantian dalam waktu yang singkat itu pasti begitu menghancurkan dirinya.

Helaan napas lepas begitu saja dari bibir. Setelahnya, Kevin tersentak ketika Anthony yang entah darimana mendudukkan diri di sampingnya.

Kevin hanya melirik Anthony. Kemudian menyodorkan air mineral yang sejak tadi ada di tangannya ke arah lelaki itu.

"Mau?" tawar Kevin.

"Udah tadi gue," tolak Anthony.

Sepertinya Anthony sadar jika Kevin masih canggung dengan yang terjadi di antara mereka akhir-akhir ini.

"Lily, gimana?" tanya Kevin pelan.

"Yah, gitu," jawab Anthony sambil tersenyum kecut.

Kevin kembali menghela napas. Ia tak bisa membayangkan Lily yang kembali seperti mayat hidup.

"Lo nggak ke rumah?" tanya Anthony.

"Hmm?"

"Lily," lanjut Anthony.

"Gue takut ganggu, chat gue aja nggak ada yang dibales," ujar Kevin.

"Vin," panggil Anthony sambil berdiri dari duduknya.

Kevin menatap Anthony sambil menaikkan kedua alisnya. Dahinya mengerut heran ketika tangan kanan Anthony terulur ke arahnya.

"Damai. Dateng ke rumah. Senengin Lily."

Kevin menatap Anthony tak percaya.

"Gue tau Lily butuh lo," sambung Anthony sambil tersenyum tipis.

Tangan Kevin meraih tangan Anthony sambil tersenyum tipis.

"Besok gue bawa kabur sepupu lo. Nggak bakal gue balikin," balas Kevin.

"Bawa aja. Kalo sampe kabur ke gue sambil nangis abis lo sama gua!"

Kevin dan Anthony sama-sama tertawa pelan. Yah. Dulu. Pernah sedekat itu Kevin dan Anthony.

Dan sekarang semua membaik. Kembali seperti semula.

Kevin kembali menghela napas panjang sembari tersenyum tipis.

Terimakasih Tuhan. Permainan takdir ini menyenangkan.

* * *

Lily memeluk gulingnya, beberapa kali air mata tampak mengalir di pipi, kemudian dihapus. Begitu hingga terus berulang.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang