2.

5.1K 425 55
                                        

📌 3 November 2019

Happy Reading

~

Satu minggu sebelumnya ...

Atlet bulutangkis yang baru saja mempertahankan gelarnya semalam itu mengedarkan pandangan. Melihat lalu lalang orang yang baru saja mendarat dari pesawat seperti dirinya.

Tiba-tiba saja,  teman seperbulutangkisnya, Fajar, berlari mendekat sambil mengangkat hp, yang ia ketahui milik Anthony.

"Pin! Onik lagi telpon nih!" ucap Fajar setengah berbisik.

Takut orang diseberang sana mendengar.

"Terus?"

"Pp nya cantik! Si Onik pelit banget kaga mau bagi-bagi kontaknya!" kata Fajar.

"Hah, beneran? Lihat sini gue fotonya nya!"

Begitu melihat foto di hp Anthony, pemuda bernama Kevin itu langsung merebut hp yang tadinya digenggam oleh Fajar.

"Halo?"

"..."

"Ini nyambung kagak sih, Jay?! Kaga ada yang bales!" kesal Kevin sambil menjauhkan hp Anthony.

"Ah, masa sih? Tadi ada kok!" balas Fajar, "coba lagi deh, Pin."

Kevin kembali mendekatkan hp Anthony di telinga kanannya.

"Halooo~"

Tut!

Kevin menarik tangannya kesal. Bukannya menjawab sapaan dari dia, perempuan yang ditelepon itu malah mematikannya.

Ia menatap sebal hp Anthony. Membuang benda pipih itu ke arah Fajar. Tiba-tiba saja, ia merasa tidak suka dengan perempuan yang tadi menelpon melalui hp Anthony.

Entah rasa tidak suka karena ketidaksopanan si perempuan mematikan telpon sepihak, atau karena memang ia tidak suka diabaikan?


* * *

Lily menelpon Anthony, meminta sepupunya itu untuk menjemput di bandara. Ia ingin segera beristirahat setelah berjam-jam hanya duduk di pesawat. Padahal sejak di pesawat, Lily sudah tidur, namun rasa lelah masih saja ia rasa.

Jemarinya sibuk mengecek chat yang notifikasinya mendadak masuk. Salah satunya adalah chat dari Teta yang mengingatkan untuk menyampaikan salam perempuan itu pada Anthony.

Ia menggelengkan kepala kecil. Kemudian kembali mengedepankan pandangan. Senyumnya mendadak tersungging begitu melihat Anthony dari kejauhan.

"Onik!" seru Lily sambil melambaikan tangannya.

Anthony berlari mendekat ke arah Lily. Kemudian mencubit lengan Lily hingga meringis kesakitan.

"Apaan sih! Kok Lily dicubit!" protes Lily.

"Bisa nggak sih nggak manggil Onik! Geli banget di kuping gue!" ujar Anthony sambil meraih koper Lily.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang