53.

2K 189 10
                                        

📌 7 September 2020

Happy Reading

~

Dua pasang mata itu beradu dengan tajam. Bukan, itu bukan mata Lily dan juga Kevin. Tapi mata Teta dan Maria.

Suasana begitu canggung ketika Lily melirik Kevin. Mereka sama-sama tidak mengerti dengan dua perempuan ini.

"Hai, Kak Kevin," sapa Teta sambil tersenyum paksa.

"Emm iya," jawab Kevin.

"Gue pikir tadinya lo mau ngajak Lily naik rusa," jawab Teta sambil melirik Maria.

Raut wajahnya benar-benar terlihat kesal. Senyum yang sejak tadi berusaha ia paksakan sudah hilang. Berganti menjadi bibir yang terkatup rapat.

"Ta," lirih Lily sambil menarik mundur bahu Teta.

"Hai, Ta. Lama ya, kita nggak ketemu. Gue baru tau lo temenan sama pacarnya Kevin," sapa Maria.

Lily mengernyitkan dahinya. Maksud sapaan Maria itu apa? Mereka sudah saling mengenal?

Dan lagi, pacar Kevin?

Mata Lily menatap Teta penuh tanda tanya.

"Kak Maria kenal, sama Teta?" tanya Lily.

"Loh, Teta nggak pernah cerita?" Maria balik bertanya.

Kedua alis Lily terangkat begitu mendengar pertanyaan Maria.

"Cerita apa?" tanya Lily.

"Ini Kak Sele, Ly," ujar Teta.

Setelahnya, Teta menarik tangan Maria. Menjauh dari Lily dan Kevin yang sama-sama diam.

Lily melirik kecil ke arah Kevin, sementara yang dilirik hanya melirik balik sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Keliling yuk?"

* * *

Tawa beberapa kali lepas dari bibir Lily. Sejak memenuhi tawaran Kevin untuk berkeliling dan mengabaikan Teta serta Maria, ia lupa dengan ucapan Teta. Tentang Kevin yang kembali egois.

Kalau dipikir lagi, sepertinya itu bukan egois. Mungkin Kevin seperti itu karena Maria adalah temannya.

Tidak mungkinkan, mengabaikan orang yang jelas-jelas adalah teman saat tak sengaja bertemu.

Kembali berpikir positif dan melupakan ucapan temannya adalah jalan yang Lily pilih.

"Kak Kevin," panggil Lily.

"Hmm?"

"Makan yuk, laper," pintanya dengan begitu lucu.

Kevin refleks mencubit gemas hidung Lily hingga perempuan itu memekik kesakitan.

"Aww, its so hurt!" protes Lily ketika tangan Kevin terlepas dari hidungnya.

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang