58.

1.8K 179 33
                                        

📌 13 Oktober 2021

Happy Reading

~

"Jika dilanjutkan menjadi luka, bukankah sebaiknya benar-benar berhenti atau mengambil jeda?

Belum terikat saja kita seperti racun, lalu bagaimana mempertahankan sesuatu yang harus dijaga berdua?

Hatimu penuh ragu sementara aku selalu menunggu.

Astaga, hubungan kita tidak pernah sehat, ya?"

- nestlebeat

"Hey."

Bahu yang tiba-tiba tertutup oleh jaket tebal itu terangkat karena terkejut.

"Brian?"

Brian tersenyum kecil, "Snow's getting heavy, and you're just wearing sweater?"

"Ya?"

"Lo mau mati kedinginan?" Brian menatap Lily kesal. Tangannya sibuk membenarkan jaket tebal yang dia sampirkan pada bahu perempuan di depannya.

Lily terkekeh pelan, "Tadi waktu berangkat buru-buru, lagian jam lima saljunya nggak sebanyak waktu malem."

"Iya, dan lo balik malem. Sekarang turun lagi."

"Tapi nggak dingin kok."

"Hmm, ngeles aja terus. Emang mau cari mati," balas Brian.

"Ck, enggak! Siapa coba yang mau cari mati!" Lily memukul lengan Brian.

"Up to you."

Bibir tipis itu mengecup pipi Brian sekilas, "Gue lupa, Bi, serius."

"Kalau lo sakit yang jagain siapa, Ly? Dua hari lagi gue balik ke Amrik," ujar Brian.

Lily menatap geli kekasihnya, "Lebay banget sih lo, Teta juga di apart kali," balasnya.

"Nggak, temen lo itu sesat. Nanti kalo lo diracun terus mati gimana?" Brian menatap sengit Lily.

Lelaki itu punya dendam pribadi dengan sahabat Lily. Ia ingat, saat dia menemui Lily, pasti Teta akan berada di antara mereka.

Brian tidak tahu bagaimana perempuan sesat itu bisa tahan berada di tengah sepasang kekasih yang sedang melepas rindu. Bahkan terkadang Teta dengan tidak manusiawi mengusir dirinya agar tidak bisa bertemu Lily.

Setelahnya saat dia bisa bertemu secara diam-diam, Lily akan bercerita bahwa Teta mengikuti mereka.

Astaga, hubungannya dengan Lily selama satu setengah tahun ini begitu rumit.

Brian celingukan, membuat Lily mengerutkan kedua alisnya.

"Kenapa?" tanya Lily sambil ikut celingukan.

"Temen lo nggak ngikutin kan?" tanyanya was-was.

Lily tertawa pelan, "Enggak."

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang