35.

2.5K 260 30
                                    

📌 6 April 2020

Happy Reading

~

Lily menatap pemuda yang masih berdiri di depan meja kasir. Sesekali ia melirik ke arah luar.

Ya, Raka masih betah untuk sekedar berdiri menunggui Lily. Beberapa kali ia mencoba mengajak Lily mengobrol. Namun, Lily lebih memilih diam daripada menjawab.

Pikirannya masih kacau karena ucapan segerombolan perempuan pengunjung kafe tadi.

Ditambah lagi ia tidak enak juga ditunggu Raka seperti ini. Demi apapun, ia ingin Raka segera pergi dari hadapannya.

"Ly," panggil Raka.

Lily menoleh, kemudian mengangkat kedua alis.

"Iya?"

"Skripsi lo sampe mana?" tanya Raka.

"Almost finished. Masih beberapa harus di revisi," jawab Lily sambil tersenyum kecil.

Raka mengangguk-anggukkan kepala kecil. Kemudian melirik jam di pergelangan tangan.

Lily yang melihat itu masih sibuk berdoa dalam hati agar pemuda ini cepat pergi dari sini.

Beberapa orang di kafe ini tau kalau Raka sudah punya kekasih. Kalau mereka melihat dirinya ditunggu seperti ini, meski sekedar berteman.

Orang mana yang masih akan percaya jika keduanya hanya berteman kan?

"Lo kok nggak pulang sih? Nungguin siapa?" tanya Lily.

"Eumm, kira-kira?"

"Pacar lo?" tanya Lily.

"Lo liat dia di sini?"

Lily menggelengkan kepala kecil dengan mata polosnya.

"Enggak," jawab Lily.

"Berarti?"

"Nungguin Lily ya?" tanya Lily.

"Itu tau," jawab Raka sambil mengusak rambut Lily.

"Nungguin Lily beneran?!" pekik Lily sambil memajukan kepala dengan mata melebar.

Raka tertawa melihat kelakuan Lily yang tampak menggemaskan.

Lily meringis kecil ketika pipi kirinya ditarik pelan oleh Raka. Membuatnya refleks menutup kedua pipinya yang tanpa sadar merona.

Bukan merona seperti yang ia rasakan kalau berdua sama Kevin kok.

Tapi merona karena malu diperlakukan seperti tadi.

"Valley, can you help me?! I think, i can't do it!"

Teriakan Olive dari arah dapur membuat Lily kaget. Ia segera pamit untuk melesat ke dapur.

Meninggalkan Raka yang sepertinya memang masih betah menunggunya. Dasar aneh.

* * *

Enough | Kevin SanjayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang